Orang dapat diyakinkan dengan argumen. setiap kali kamu memberi tahu seseorang  untuk melakukan atau mempercayai sesuatu, atau saat menjelaskan kenapa kamu mempercayai sesuatu kamu sedang memberikan argumen.Â
Masalahnya adalah kebanyakan orang tidak begitu pandai berargumen. Belajar tentang argumen dan pemikiran yang kuat tidak hanya membuatmu menjadi filsuf yang baik, kebiasan itu juga akan membentuk kamu menjadi pribadi yang lebih persuasif, pribadi yang ucapannya didengar orang, menjadi orang yang meyakinkan.
Plato dalam bukunya Republic, berpendapat bahwa jiwa manusia dibagi menjadi tiga bagian:
- Rational | Logical, mencari kebenaran dan dapat dipengaruhi fakta dan argumen
- Spirited | Emotional, bagaimana bagian emosi atau perasaan mempengaruhi tindakan
- Nafsu, bagaimana mengendalikan untuk makan, melakukan seks, maupun melindungi diri dari ancaman bahaya
Menurut Plato manusia terbaik adalah yang dikuasai oleh bagian rasional dari jiwa mereka, untuk memastikan bagian emosional dan nafsu dalam keadaan baik.Â
Argumen dan Opini
Sebuah argumen didasarkan evaluasi terhadap ide,bukti, atau fakta yang tersedia. sedangkan opini dibentuk berdasarkan pengalaman atau insting seseorang tanpa didukung oleh bukti.Â
Opini adalah kumpulan ide tanpa bukti, sebaliknya argumen adalah kumpulan bukti pendukung. Bertukar opini adalah hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari, terkadang opini kita tidak sesuai satu dengan yang lain. Kemudian muncul pertanyaan: Opini manakah yang benar? untuk mengetahui hal tersebut dilakukan evaluasi dengan membuat sebuah argumen dan menguji kualitas suatu argumen yang dipaparkan.
Argumen yang Baik
Keyakinan harus didukung oleh pemikiran, yang biasa disebut premis. gabungan beberapa premis membentuk argumen, dalam premis terdapat bukti untuk mendukung kesimpulan. Menurut Edward Damer dalam bukunya Attacking Faulty Reasoning, terdapat 5 kriteria untuk membentuk argumen yang baik.Â
Argumen yang terstruktur dengan baik (The Structural Principle), premisnya relevan terhadap kebenaran dari kesimpulan (The Relevance Principle), premis masuk akal dan dapat diterima orang (The Acceptability Principle), premis membentuk alasan yang cukup untuk kebenaran kesimpulan (The Sufficiency Principle), premis dapat dibantah secara efektif melalui kritik dari argumen (The Rebuttal Principle) . Sebuah argumen yang memenuhi kriteria tersebut termasuk argumen yang baik.
The Structural Principle
Argumen dengan struktur yang baik adalah argumen dimana premisnya tidak saling kontradiksi, tidak kontradiksi terhadap kesimpulan, atau secara eksplisit maupun implisit berasumsi terhadap kebenaran kesimpulan. Pembahasan isu kontroversial terjadi akibat adanya perbedaan pendapat satu dengan yang lain yang merujuk pada perbedaan kesimpulan.Â
Penggunaan premis yang masuk akal serta mendukung penarikan kesimpulan memungkinkan kesimpulan tersebut dapat diterima. Premis yang baik adalah alasan independen untuk mendukung suatu kesimpulan, bukan premis yang sama dengan suatu kesimpulan.
Selain itu kesalahan struktur sebuah argumen yang fatal adalah premis yang bertentangan dengan kesimpulan salah satunya adalah hukum non-kontradiksi yaitu tidak ada pernyataan benar sekaligus salah.Â