Batang rotannya mulai patah dan bulu-bulunya terlepas. Kartini menoleh ke tangga. Terlalu jauh dan memanjatnya juga tidak bisa cepat-cepat. Apalagi sambil menggendong Spongebob. Gadis itu lalu mengamati barang-barang dekat tumpukan peti-peti.
Tapi tetap saja tidak ada yang berguna sebagai senjata. Cuma tabung gas yang sudah kosong, tongkat pengepel lantai, dan beberapa botol maupun kaleng. Semuanya disandarkan ke dinding. Kartini mengerutkan kening. "Tunggu sini ya!" ujarnya sambil meletakkan bonekanya di lantai. Yang dilakukannya kemudian sungguh mengherankan. Dia mengambil tongkat pengepel lantai, lalu berdiri tegak menghadap lemari. Seperti pendekar tongkat sakti yang menunggu kedatangan musuhnya.
BRAK! Pintu lemari itu akhirnya berhasil didobrak. Si zombie cilik langsung melompat keluar. Wajahnya yang memang sudah mengerikan makin tambah mengerikan oleh ekspresi kemarahannya. Apalagi saat melihat Kartini berdiri menghadap dirinya sambil memegang tongkat pengepel lantai. Si zombie cilik seketika berlari menyerang. Tapi Kartini tidak bergeming. Menunggu. Begitu saatnya tiba, gadis kecil itu cepat beraksi. Bukan! Bukan menyerang si zombie cilik dengan tongkat! Dia justru menyelipkan ujung tongkatnya di celah antara dinding dan tumpukan peti, lalu bagian tengahnya ditumpukan sekuat tenaga pada tabung gas kosong. Titik tumpu-beban-kuasa. Lagi-lagi Kartini menggunakan hukum tuas sederhana. Tumpukan peti yang sangat berat itu pun terjungkir dan tepat menimpa si zombie kecil. BRAKK!
Kartini memperhatikan peti-peti yang berantakan selama beberapa saat, sambil tetap memegang tongkat pel erat-erat. Setelah yakin si zombie kecil sudah gepeng di bawahnya, dia bergumam, "Terima kasih, Archimedes!" lalu melempar tongkat pel tersebut. Sambil meringis ceria, dia peluk kembali boneka Spongebob-nya seraya berkata, "Kan sudah kubilang, aku akan menjagamu, Spongebob. Sudah beres kan sekarang? Squidwad gak akan mengganggu kamu lagi. Yuk, kita balik ke atas. Kayaknya Mama bentar lagi pulang deh. Mama pasti bangga kalau tahu aku nekad turun ke sini buat nolong kamu. Gapapa kan kalau kugigit tanganmu sebentar? Soalnya susah naik tangga sambil nggendong kamu...hehehe."
......
Catatan: Kisah ini merupakan sekuel kedua dari cerpen yang berjudul 'Mama'. Sekuel pertama berjudul 'Penyintas'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H