17 Juni 1985. Space-shuttle Discovery meluncur dari pusat antariksa Kennedy di Florida dengan kecepatan 28,968 kilometer per jam. Pesawat antariksa ini akan melakukan berbagai kegiatan selama tujuh hari, di ketinggian 387 kilometer, dan mengelilingi orbit bumi sebanyak 111 kali. Tapi tidak seperti misi-misi sebelumnya, ada yang tidak biasa pada peluncuran kala itu.
Selain mengangkut tujuh antariksawan - satu di antaranya perempuan, tiga satelit komunikasi, dan serangkaian alat peminda anti rudal, pesawat ini juga membawa sebuah kitab suci Al-Qur'an.
Pemiliknya adalah pangeran Arab bernama Sultan bin Salman Al Saud. Dia adalah salah satu antariksawan yang berada dalam pesawat tersebut. Putra kedua dari Raja Salman tersebut menjadi muslim pertama yang menjadi astronot dan terbang ke orbit bumi.
Sejak kecil sang pangeran memang berangan-angan menjadi antariksawan. Utamanya semenjak menyaksikan pendaratan manusia di bulan lewat televisi hitam-putih tatkala masih berusia 13 tahun. Tapi dia sama-sekali tidak pernah berpikir angan-angannya akan jadi kenyataan. Apalagi kemudian dia sempat menderita rematik saat sekolah lanjutan. Penyakit ini membuatnya meninggalkan sekolah selama setahun, dan membuatnya sulit melakukan aktifitas fisik selama beberapa tahun.
Tapi seperti kata pepatah. All good things come for those who wait.
Saat NASA mau meluncurkan satelit Arabsat 1B milik Liga Arab di orbit, mereka mengundang wakil dari negara anggota untuk mengikuti seleksi sebagai kru pesawat untuk mengawasi peluncuran satelit selama di orbit. Berdasar kesepakatan, Arab Saudi yang mendapat kesempatan mengirim wakilnya.
Pencarian kandidat membutuhkan waktu berbulan-bulan. Yang dicari adalah mereka yang fasih berbahasa Inggris dan memiliki pengalaman sebagai pilot. Meski pangeran Sultan saat itu baru 28 tahun dan hanya seorang staf di kementerian informasi, tapi dia termasuk 20 orang yang diundang untuk mendaftar. Bahasa Inggrisnya lancar dan telah memiliki lisensi pilot dari FAA yang diperolehnya saat kuliah di Amerika tahun 1977.
Setelah uji coba sebanyak 1000 jam penerbangan dan pemeriksaan medis yang ketat, ternyata dia dinyatakan lulus sebagai kandidat utama - dan menjadi anggota tim yang paling muda. Saingan terdekatnya adalah Mayor Abdulmohsen Hamad Al-Bassam, seorang instruktur di Angkatan Udara Arab Saudi. Yang terakhir ini dinyatakan sebagai kandidat cadangan.
Pangeran Sultan akan menjadi satu dari tujuh orang awak pesawat Discovery. Tugasnya selain memantau penempatan Arabsat di orbit, juga melakukan eksperimen tentang ionisasi gas buang roket, bekerja sama dengan Universitas Raja Fahd. Di samping itu, dia juga melakukan pengambilan gambar topografi wilayah barat daya Saudi, untuk program ekplorasi air tanah dan riset pergerakan tanah.
Masa pemusatan latihan di Pusat Antariksa Houston ternyata bertepatan dengan bulan Ramadhan. Meski Imam Besar Saudi Sheikh Abdul Aziz Bin Baz menyatakan pangeran bisa meng-qadhapuasa sekembali dari antariksa dan NASA pun menawarkan untuk menunda pemusatan latihan, namun yang bersangkutan bertekad untuk terus berpuasa dan berlatih sesuai jadwal.
Tentu saja ini suatu tantangan tersendiri buat sang pangeran. Mengingat Amerika saat itu musim panas, di mana siang begitu terik dan malamnya hanya berkisar enam jam saja. Sementara jadwal latihan sudah dimulai sejak pukul 6.30 pagi.
Peluncurannya sendiri diundur. Dari semula tanggal 24 Ramadhan menjadi 29 Ramadhan. Yang berarti Pangeran Sultan bisa merasakan puasa akhir Ramadhan di luar angkasa. Yang menjadi persoalan adalah menentukan saat berbuka puasa. Dalam pesawat yang mengorbit dengan kecepatan hampir 30 kali kecepatan suara, matahari terbit dan tenggelam bisa sebanyak 16 kali dalam tempo 24 jam.
Setelah berkonsultasi dengan Imam Abdul Aziz, sang pangeran akan berbuka berdasar waktu sahur di titik keberangkatan. Dengan demikian dia akan berbuka puasa berdasar waktu Florida, Amerika Serikat.
Meski merasa lemas karena kehilangan cairan, kurang tidur, dan perubahan gravitasi yang mendadak, Pangeran Sultan bisa menyelesaikan puasanya di antariksa. Dia berbuka dengan masakan China - ayam saus asam-manis.
Berbeda dengan menu astronot generasi pertama yang hanya berupa pasta dalam tube seperti pasta gigi yang nyaris tidak mengundang nafsu makan, awak pesawat Discovery lebih beruntung. Menunya jauh lebih beragam. Ada jagung manis kukus, kembang kol dengan keju, tuna, udang, salmon, daging, pasta, salad buah, jus jeruk dan nanas, plus kopi tanpa kafein.
Selain puasa, pangeran Sultan juga tak meninggalkan sholat selama di antariksa. Khusus untuk ibadah ini, dia juga berkonsultasi dengan Mufti Arab Saudi Sheikh Abdul-Aziz Al-Sheikh. Dia berwudhu menggunakan tisu basah karena air susah menempel dalam gravitasi nol. Jadwal sholat pun disesuaikan dengan titik keberangkatan.
"Di pesawat antariksa, kita tidak bisa menghadap kiblat. Karena kecepatannya sangat tinggi. Begitu kita menghadap ke sana, sekejab mata pula kiblatnya sudah berpindah tempat."
"Dan jangan membayangkan saya sholat di atas sajadah yang melayang-layang. Di angkasa luar, sulit menjejak di satu permukaan. Saya malah harus mengikat kaki saya agar bisa bersujud, karena posisi ini sulit dilakukan dalam keadaan tanpa bobot dan cenderung membuat pusing."
Sementara membaca Al-Qur'an dilakukan pangeran Sultan di sela istirahatnya. Setiap astronot disediakan waktu istirahat delapan jam, termasuk tidur. Karena sang pangeran hanya butuh tidur selama 5-6 jam, dia menggunakan sisa waktunya untuk membaca Qur'an. Hal ini dia lakukan secara teratur selama lima hari.
"Saya tidak bilang bahwa saya khatam Al-Qur'an di antariksa. Tapi saya memang membacanya pelan-pelan. Karena ini sebuah kehormatan. Dan saya melakukannya untuk menghormati kedua orang tua yang mendoakan saya di bawah sana."
Kedua orang tuanya memang tidak ikut menghadiri peluncuran di Cape Kennedy. Raja Salman - yang waktu itu masih gubernur Riyadh - memilih berada dekat Ka'bah bersama istrinya, Putri Sultana Al-Sudairi. Mendoakan keselamatan putra mereka. Sang ayah ikut mendampingi pemimpin tertinggi Saudi kala itu, Raja Fahd, saat menyampaikan ucapan selamat kepadanya melalui sambungan jarak jauh.
Sang pangeran memuji suasana kekeluargaan yang terjalin selama mengikuti program. Komandan misi Daniel Brandenstein sampai memanggil departemen sumber daya manusia dari kantor perusahaan minyak Aramco untuk memberi pengantar tentang budaya Arab kepada anggota tim.
Selama pelatihan di Houston, Pangeran Sultan berpuasa mengikuti jadwal waktu Madinah. Meski beda agama, salah satu spesialis misi bernama John Fabian ikut menemaninya berbuka. Setelah itu, mereka selalu tukar-menukar jadwal dengan siapapun yang datang berkunjung ke kompleks antariksa tersebut.
Kebersamaan ini berlanjut di antariksa. Saat sang pangeran berbuka, anggota tim lain menemani, walau seharusnya mereka tidur. Dan pada hari keenam, untuk memulai aktivitas di pesawat, diputarkan lagu biduan Arab Muhammad Abdo yang berjudul 'Abaad Kontom Wala Garayebein' yang artinya 'Jauh Atau Dekat'.
"Pada hari pertama atau kedua memandangi bumi, kita akan saling menunjuk di mana negara kita. Pada hari ketiga atau keempat, kita menunjuk benua asal kita. Pada hari kelima, semua itu terasa tak penting lagi. Kita hanya sadar tentang keberadaan bumi yang satu tanpa batas."
"Saat melihat dari luar-angkasa, kita akan sadar dunia kita ini lebih besar dari sekedar kepentingan pribadi dan golongan. Perhatian dan kepedulian kita akan lebih universal."
Setelah mengelilingi bumi sebanyak 111 kali, setara jarak 4,5 juta kilometer selama 7 hari, satu jam, 38 menit, dan 52 detik, pesawat antariksa Discovery yang ditumpangi Pangeran Salman akhirnya mendarat dengan selamat di pangkalan udara Edward, California. Tepat pukul 6:11 am, 24 Juni 1985.
(Bahan-bahan dari Saudi Gazette, Arab News, NPR, dan Anadolu Agency)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H