"Tidak bisaaa...huhuhu..."
"Lho kenapa tidak bisa?"
"Soalnya selingkuhnya sama Pak RT...huhuhuhu.."
"Wadaauu...saya ikut berduka deh, Bang. Tapi percayalah, nanti istri Abang pasti balik. Atau malah Abang dapat yang lebih cakep. Saya yakin itu. Kenapa? Karena saya lihat, Abang orangnya baik. Orang baik pasti dibantu Tuhan. Jadi Abang tenang sajalah..."
"Huhuhuhu..saya bukan orang baik...hiks...saya sering perang mulut sama dia..huhuhu..."
"Justru itu, Bang. Kalo cuma perang mulut aja masih baik. Kalo perang beneran, apalagi sambil bawa golok, nah itu baru gak baik. Sudah, sekarang istirahat aja dulu. Besok pagi pasti udah gak sedih lagi. Percaya deh..."
Itu kata-kata terakhir yang didengar Mansyur sebelum dia jatuh tertidur. Lelah lahir maupun batin.
Ternyata yang dibilang orang itu benar. Keesokan paginya Mansyur tidak lagi merasa sedih. Dia cuma kaget setengah mati. Bagaimana tidak, ternyata dia tertidur di tengah kuburan. Saking emosinya, Mansyur tidak sadar kalau tadi malam sampai nyasar di kuburan kampung - yang terkenal angker.
Tapi bukankah dia tadi malam ngobrol - bahkan curhat - sama orang, pikir Mansyur dengan agak bingung. Kenapa orang itu tidak bilang apa-apa?
Mansyur pun berusaha mengingat-ingat sosok orang yang dijumpainya tadi malam. Selama percakapan berlangsung, dia sama-sekali tidak memperhatikan yang bersangkutan. Namanya juga emosi.
Barulah sekarang ia menyadari ada yang aneh dengan penampilan teman curhatnya tadi malam. Orang itu tidak memakai pakaian normal, seperti baju dan celana. Dia cuma memakai kain putih yang menyelubungi dari kepala sampai ujung kaki. Hanya bagian wajahnya yang kelihatan.