Ceritanya sendiri memang beda jauh dengan Wonder Woman besutan Patty Jenkins. Berhubung film ini tidak jadi dibuat, tidak ada salahnya kan kalau saya berikan spoiler sebanyak-banyaknya?
Setting-nya terjadi di masa sekarang. Steve Trevor adalah seorang pilot relawan yang menerbangkan bantuan logistik untuk pengungsi di Afrika. Suatu ketika pesawatnya diterjang badai dan harus mendarat darurat di Themyscira.
Sesuai hukum, lelaki yang menginjakkan kaki di pulau itu harus dihukum mati. Tapi Diana yang menemukan Steve keberatan. Dia menantang bertarung Ratu Hippolyta, ibunya sendiri, agar bisa membawa Steve kembali ke peradaban. Meski gagal mengalahkan ibunya, Hippolyta akhirnya mengizinkan Diana pergi.
Setelah sempat mampir ke Afrika dan memporak-porandakan sarang milisi bersenjata, Diana dan Steve akhirnya menetap di Gateaway City. Diana diperkenalkan teman-teman Steve - Ben, Sully, dan Griffin (yang bertindak sebagai pengocok perut dalam film ini) - sekaligus berinteraksi dengan kehidupan modern. Banyak dialog dan adegan yang menggelitik di bagian ini. Termasuk adegan Diana menari seksi di kelab malam.
Masalahnya, ternyata kota itu dikuasai industriawati bernama Arabella Callas. Dia bekerja sama dengan seorang Demigod bernama Strife untuk menebar malapetaka di kota tersebut. Mau tak mau akhirnya Diana dan Steve harus berurusan dengan kedua penjahat ini.
Tentu saja, namanya pasangan serasi, pasti ada pertengkaran di antara Diana dan Steve. Tapi akhirnya cinta itu terbukti. Diana rela dibelenggu dan membuang kesaktiannya untuk menebus nyawa Steve yang disandera Strife.
Diana pun dibuang Strife di Amerika Selatan. Di sini, sang putri Amazon harus berjuang dengan tangan dibelenggu dan tanpa kekuatan super. Membebaskan perempuan suku pedalaman dari gerombolan pelaku human-trafficking.
Dari pengalaman inilah, Diana belajar menjadi pahlawan sejati. Dia berhasil mematahkan belenggunya dan mendapatkan kesaktiannya kembali. Dan tidak cuma itu. Ratu Hippolyta memberi senjata pusaka. Tentu saja bukan keris atau badik. Tapi jet tempur yang kasat mata!
Bersama Steve and his gang, dan juga dewa arak Bacchus yang baik hati, plus preman insyaf bernama Kleen, Diana berjuang melawan Clara dan Strife. Ternyata kedua penjahat itu juga punya senjata pamungkas. Berupa monster bionik berukuran raksasa yang bisa terbang!
Adegan inilah yang akhirnya dipakai Joss di klimaks film Avengers. Ingat kan ketika Kapten Amrik dan kawan-kawan harus bertarung menyelamatkan New York melawan serangan udara dari makhluk raksasa semacam ini? Bedanya, Diana menghadapinya sendiri. Cuma dibantu jet tempurnya. Hebat kan?
Begitulah kira-kira kisahnya. Terus terang saya tak berani mengatakan versi ini jauh lebih bagus dari versi tahun 2017 kemarin. Apalagi film yang dibidani Patty Jenkins itu review-nya selangit dan dapat 93% dari Rotten-Tomatoes. Jarang-jarang lho itu.