Dia mengenakan gaun putih yang panjang dan rambutnya juga dibiarkan panjang terurai ke depan. Aku belum pernah melihat dia dengan penampilan seperti itu sebelumnya.
'Andra?' dia bertanya dengan sorot kekagetan yang sendu di matanya. 'Benarkah itu kau?'
Ada nuansa suka cita di nada pertanyaannya. Itu membuatku tak ragu untuk memegang tangannya. Tangan itu terasa dingin. Tapi tidak kuperhatikan.
'Ya, ini aku,' jawabku bersemangat. 'Sungguh bahagia bisa menjumpaimu lagi, Rianti. Percaya atau tidak, aku kembali untuk bertemu dirimu. Aku mencarimu.'
'Mencariku?' dia menatap wajahku seolah ada teka-teki di sana. 'Tapi kenapa?'
Saat itulah kusadari wajahnya yang sangat pucat.
'Aku ingin kembali bersamamu, Rianti,' jawabku cepat-cepat sebelum kehilangan keberanian. 'Aku ingin kembali jadi kekasihmu.'
Petir menyambar terdengar lebih keras dari sebelumnya, mengisi keheningan yang terjadi sesudah pernyataanku barusan. Rianti nampak lebih terguncang lagi. Matanya terbuka lebar sebagaimana bibirnya.
Dia berusaha menarik tangannya dari peganganku. Tapi aku bertahan. Tak mau kulepaskan.
'Aku tidak bisa, Andra,' akhirnya Rianti berkata. 'Sungguh, aku juga bahagia melihatmu lagi. Tapi maaf, aku tak mungkin bersamamu kembali...'
'Kenapa, Rianti?' aku mendesak. 'Apa sudah ada yang lain? Apakah kau sudah menikah?'