Kesadaran ini tampak jelas dalam caranya menulis dan merefleksikan situasi dirinya, masyarakat, dan peran perempuan. Ia tidak hanya menyadari ketidakadilan yang ia alami tetapi juga berusaha memahami penyebab dan struktur sosial yang mempertahankannya.
Kesadaran diri ini penting dalam psikologi perkembangan karena menunjukkan bahwa Kartini mulai menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan, meskipun kecil, terhadap lingkungannya.Â
Dia mulai melihat dirinya sebagai agen perubahan, yang merupakan langkah penting dalam perkembangan psikologis seseorang menuju otonomi dan kebebasan mental.
4. Emosi dan Kesejahteraan Psikologis
Kartini juga menghadapi berbagai tekanan emosional, seperti rasa frustrasi, ketidakberdayaan, dan depresi. Kondisi emosional ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengendalikan nasibnya dan tekanan sosial yang berat.Â
Dalam surat-suratnya, Kartini terkadang menunjukkan keputusasaan yang mendalam, tetapi ia juga menemukan kekuatan dalam harapan akan perubahan di masa depan.
Dari perspektif kesehatan mental, perjuangan emosional Kartini mencerminkan dampak negatif dari lingkungan yang menindas.Â
Namun, surat-suratnya juga menunjukkan proses katarsis, di mana Kartini melepaskan perasaan-perasaan terpendamnya melalui tulisan. Ini bisa dianggap sebagai bentuk terapi pribadi yang membantu Kartini mengelola beban emosionalnya.
5. Motivasi dan Harapan
Secara psikologis, motivasi Kartini untuk menulis surat-surat ini dan memperjuangkan pendidikan perempuan dapat dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya, yakni kebutuhan akan kompetensi, otonomi, dan hubungan sosial yang berarti. Kartini memiliki hasrat untuk memperbaiki nasib perempuan dan masyarakatnya, yang menjadi sumber motivasi intrinsiknya.Â
Motivasi ini, meskipun ditantang oleh berbagai hambatan eksternal, mendorongnya untuk terus berjuang dan berharap akan masa depan yang lebih cerah.