Mohon tunggu...
Nufi Asii Fairuziyyah
Nufi Asii Fairuziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Tiada lagi duniawi selain dunia sastra || https://fayruzeenufi.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Psikologis Ibu Kartini Pada Surat-suratnya di Buku Duisternis Tot Licht

20 Agustus 2024   17:31 Diperbarui: 21 Agustus 2024   10:46 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumentasi buku terkait 

Kesadaran ini tampak jelas dalam caranya menulis dan merefleksikan situasi dirinya, masyarakat, dan peran perempuan. Ia tidak hanya menyadari ketidakadilan yang ia alami tetapi juga berusaha memahami penyebab dan struktur sosial yang mempertahankannya.

Kesadaran diri ini penting dalam psikologi perkembangan karena menunjukkan bahwa Kartini mulai menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan, meskipun kecil, terhadap lingkungannya. 

Dia mulai melihat dirinya sebagai agen perubahan, yang merupakan langkah penting dalam perkembangan psikologis seseorang menuju otonomi dan kebebasan mental.

4. Emosi dan Kesejahteraan Psikologis

Kartini juga menghadapi berbagai tekanan emosional, seperti rasa frustrasi, ketidakberdayaan, dan depresi. Kondisi emosional ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengendalikan nasibnya dan tekanan sosial yang berat. 

Dalam surat-suratnya, Kartini terkadang menunjukkan keputusasaan yang mendalam, tetapi ia juga menemukan kekuatan dalam harapan akan perubahan di masa depan.

Dari perspektif kesehatan mental, perjuangan emosional Kartini mencerminkan dampak negatif dari lingkungan yang menindas. 

Namun, surat-suratnya juga menunjukkan proses katarsis, di mana Kartini melepaskan perasaan-perasaan terpendamnya melalui tulisan. Ini bisa dianggap sebagai bentuk terapi pribadi yang membantu Kartini mengelola beban emosionalnya.

5. Motivasi dan Harapan

Secara psikologis, motivasi Kartini untuk menulis surat-surat ini dan memperjuangkan pendidikan perempuan dapat dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya, yakni kebutuhan akan kompetensi, otonomi, dan hubungan sosial yang berarti. Kartini memiliki hasrat untuk memperbaiki nasib perempuan dan masyarakatnya, yang menjadi sumber motivasi intrinsiknya. 

Motivasi ini, meskipun ditantang oleh berbagai hambatan eksternal, mendorongnya untuk terus berjuang dan berharap akan masa depan yang lebih cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun