Kaliwuluh, 05 Juli 2024 - Sebelum masuk pada puncak acara Sosialisasi & Edukasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Eco-Brick, pembuatan kerajinan ecobrick telah menjadi rangkaian kegiatan akan proses panjang yang dilakukan oleh mahasiswa KKN 259 dengan anak-anak di desa Kaliwuluh.
Menjadi salah satu upaya mahasiswa dalam mendukung lingkungan desa yang lebih bersih, berkualitas yang berkelanjutan, ialah hasil dari mulanya pelaksanaan pendekatan observasi secara langsung oleh mahasiswa KKn 259 pada fenomena permasalahan pengelolaan sampah di desa Kaliwuluh yang kemudian menjadi sebab adanya eksekusi mahasiswa KKN Kelompok 259 UIN Raden Mas Said Surakarta untuk mengadakan kegiatan secara terbuka bagi anak-anak di Desa Kaliwuluh guna berinisiatif antusias untuk melakukan pembuatan kerajinan ecobrick, dimana hasilnya partisipasi yang lebih aktif ialah anak-anak yang datang dari dusun Teken, gedhangan lor dan gedhangan kidul.
Tujuan utama dari kegiatan ini selain menjadi salah satu program kerja dari kelompok 259 untuk sumber daya desa Kaliwuluh , ialah untuk meningkatkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai.
Kegiatan sesi pengenalan edukasi pemanfaatan sampah plastik yang disampaikan oleh kak Sherly sebagai anggota KKN Kelompok 259 di posko – yang dipaparkan secara interaktif pada anak-anak. dilakukan dengan metode melingkar setelah sesi belajar bersama. Dimana Anak-anak yang biasanya sibuk dengan obrolan dan mainan mereka, kini duduk dengan penuh perhatian, menyimak setiap kata yang disampaikan. Penyampaian edukasi tipis-tipis yang diberikan diantaranya mulai dari bagaimana dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan seperti bagaimana sampah plastik dapat mencemari tanah dan air yang ada disekitar kita hingga penjelasan bagaimana teknik sederhana yang dapat anak-anak bantu lakukan untuk mendaur ulang sampah plastik dengan solusi yang lebih asyik kita lakukan secara bersama-sama. Salah satunya ialah pembuatan kerajinan ecobrick.
Setelah penjelasan, tibalah saat yang paling dinanti-nantikan, yaitu pembuatan ecobrick. Anak-anak diberikan demonstrasi tentang cara membuat ecobrick, yaitu botol plastik yang diisi padat dengan sampah plastik bersih dan kering yang kemudian bisa digunakan untuk berbagai hal seperti bahan bangunan atau furnitur sederhana. Dengan penuh semangat, anak-anak segera mengambil botol plastik yang sudah disediakan.
Sehingga setelah sesi pengenalan, anak-anak diberi kesempatan untuk melihat secara langsung bagaimana plastik yang mereka anggap sepele bisa menjadi masalah besar jika tidak dikelola dengan baik.
Mendengar itu sebagian dari mereka bergegas mengambil sampah plastik yang disediakan mahasiswa dan sebagiannya lagi mengumpulkan sampah plastik milik mereka sendiri atau yang mereka lihat disekitarnya, seperti bungkus permen, kantong plastik, dan sedotan, lalu memasukkannya ke dalam botol. Dengan penuh antusias, anak-anak mulai memasukkan plastik-plastik tersebut ke dalam botol, sambil sesekali dibantu oleh para fasilitator untuk memastikan semua plastik terisi dengan rapat dan padat. Sambil memasukkan plastik ke dalam botol, anak-anak sesekali bertanya kepada mahasiswa, mencari tahu lebih lanjut tentang manfaat ecobrick dan bagaimana mereka bisa membuat lebih banyak lagi di rumah. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kreativitas mereka dalam memanfaatkan sampah plastik secara positif.
Meskipun ini adalah pengalaman baru bagi mereka, antusiasme anak-anak tidak surut sedikit pun. Mereka bekerja dengan penuh kegembiraan, saling membantu satu sama lain untuk memastikan botol-botol tersebut terisi padat dan rapi. Tawa dan canda sesekali terdengar ketika ada yang berusaha menekan plastik lebih keras agar bisa muat lebih banyak.
Salah satu anak bahkan berujar dengan riang, “Aku ingin membuat banyak ecobrick supaya lingkungan kita jadi lebih bersih!” Ucapan polos itu mencerminkan betapa cepatnya mereka memahami tujuan dari kegiatan ini.
Para mahasiswa yang mendampingi anak-anak juga tak kalah bersemangat. Mereka tidak hanya membantu secara teknis, tetapi juga memberikan dorongan semangat, memuji setiap usaha anak-anak. Hubungan hangat antara mahasiswa dan anak-anak di posko semakin terlihat ketika kegiatan ini berlangsung. Suasana yang awalnya hanya sebuah sesi edukasi, berubah menjadi momen kebersamaan yang menyenangkan dan bermakna.