Mohon tunggu...
Nufi Asii Fairuziyyah
Nufi Asii Fairuziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Tiada lagi duniawi selain dunia sastra || https://fayruzeenufi.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Book

Review 488 Halaman Milik Eric Weiner, Buku The Geography of Genius

3 Agustus 2024   02:47 Diperbarui: 3 Agustus 2024   02:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: mizanstore.com

Penulis yakin akan lebih banyak review_dari tulisan ini_yang patut ditulis bagi siapapun yang berhasil menghabiskan 1 buku berjumlah 488 halaman ini. 

Sebab; buku ini memang amat sangat menarik. Tulisannya full emas. Sekali belum kelar tapi sudah lepas dari tangan, dijamin tulisan Eric Weiner yang satu ini akan buat kamu terngiang-ngiang.

Maka yang belum selesai, ambil kopi dan sikat, selesaikan-

Jadi bagi kalian yang tertarik pada konteks sejarah, budaya, atau psikologi kreativitas, buku ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan. Ringan, namun berisi.

Eric Weiner, seorang penulis dan jurnalis, membawa pembaca dalam sebuah perjalanan yang menarik dalam bukunya "The Geography of Genius". Dengan menggabungkan elemen-elemen sejarah, psikologi, dan geografi, Weiner mengeksplorasi bagaimana tempat dan waktu tertentu dalam sejarah menjadi tempat lahirnya ide-ide brilian dan inovatif.

"The Geography of Genius" adalah buku karya Eric Weiner yang mengeksplorasi hubungan antara tempat dan kreativitas. Weiner mengajukan pertanyaan: Mengapa genius cenderung muncul di lokasi dan waktu tertentu dalam sejarah? Untuk menjawabnya, ia melakukan perjalanan ke beberapa tempat yang dikenal sebagai pusat kreativitas di masa lalu dan masa kini, seperti Athena kuno, Hangzhou selama Dinasti Song, Florence pada masa Renaisans, Edinburgh pada Zaman Pencerahan, Calcutta pada masa kolonial, Wina pada abad ke-19, dan Silicon Valley di era modern.

Jadi yang terbaik disini ialah penulis telah mengunjungi tempat-tempat seperti Athena, Hangzhou, Florence, Wina, Edinburgh, dan Silicon Valley. Dalam perjalanannya, Weiner berbincang dengan sejarawan, ilmuwan, dan penduduk setempat untuk memahami apa yang menjadikan tempat-tempat ini sarang kreativitas. Salah satu poin menarik yang diangkat Weiner adalah bahwa kreativitas sering kali muncul dari kondisi-kondisi yang tidak nyaman, seperti kemiskinan atau persaingan ketat, dan bukannya dari kenyamanan dan stabilitas.

Konsep dan Eksplorasi Utama:

Weiner tidak hanya fokus pada individu jenius tetapi juga pada "genius loci"---semacam roh atau atmosfer suatu tempat yang memfasilitasi kreativitas luar biasa. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan mengapa Athena kuno melahirkan filsuf-filsuf besar seperti Socrates, atau bagaimana Florence menjadi pusat Renaisans yang penuh dengan seniman dan ilmuwan jenius.

Isi Buku:

Weiner meneliti faktor-faktor sosial, politik, dan lingkungan yang berkontribusi pada terciptanya kondisi di mana kreativitas dapat berkembang. Ia berargumen bahwa genius bukan hanya hasil dari bakat individu, tetapi juga hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Misalnya, di Florence pada masa Renaisans, perpaduan antara kekayaan, patronase seni, dan persaingan antar seniman menciptakan suasana yang mendukung inovasi artistik.

Selain itu, Weiner juga menekankan pentingnya keberagaman dan pertukaran ide sebagai bahan bakar kreativitas. Tempat-tempat yang paling kreatif sering kali adalah yang memiliki interaksi intensif antara budaya yang berbeda, yang memungkinkan munculnya gagasan-gagasan baru.

Weiner menulis dengan gaya yang cerdas dan penuh humor, membuat konsep-konsep yang kompleks menjadi mudah diakses dan menarik. Dia menggabungkan penelitiannya dengan pengamatan pribadi dan anekdot-anekdot yang menghidupkan setiap lokasi yang dikunjunginya.

Penulis menilai bahwa buku yang ditulis oleh Eric Winer ini menyediakan wawasan yang mendalam tentang bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi kreativitas.

Pendekatan interdisipliner ini berhasil  menggabungkan sejarah, psikologi, dan geografi dengan sangat epik. Kepenulisan yang ringan dan menghibur membuat buku ini mudah diikuti, bahkan bagi pembaca yang tidak memiliki latar belakang akademis dalam topik yang dibahas.

Namun disisi banyaknya kelebihan pada buku ini, beberapa kritikus mungkin berpendapat bahwa kesimpulan yang diambil Weiner terlalu menyederhanakan kompleksitas yang terkait dengan lahirnya genius. Dan fokus pada contoh-contoh tertentu mungkin mengabaikan lokasi dan peradaban lain yang juga memiliki kontribusi besar terhadap sejarah kreativitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun