Mohon tunggu...
Nufi Asii Fairuziyyah
Nufi Asii Fairuziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Tiada lagi duniawi selain dunia sastra || https://fayruzeenufi.blogspot.com/?m=1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Pelecehan Seksual oleh Tokoh Agama, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

31 Januari 2023   10:56 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:37 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber; pexels-felipe-vallin-no copyright

Dimana masyarakat mengoperasikan pikirannya terhadap agama dengan pemujaan yang selalu berpusat pada otoritas pribadi sang pemimpin. Masyarakat sudah terlanjur menganggap pemuka agama adalah makhluk tanpa cela yang tak mungkin pula melakukan hal tercela. Sehingga disinilah titik permasalahannya: "Budaya kultus (fanatik) yang harus dihindari oleh pemikiran masyarakat atau kultus dijadikan pedoman tokoh agama untuk memberi rasa aman pada dirinya. 

Sehingga dengan ruang yang terbuka bagi mereka (seperti terjadinya kasus serupa di pondok pesantren), menjadikan mereka pelaku akhirnya merasa mempunyai peluang untuk menuruti bisikan iblis untuk melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Dan pada akhirnya mereka cenderung menggunakan kamuflase pada setiap permasalahan yang dibuatnya. Mereka kecewa oleh kekhawatiran tentang kerusakan pada prestise mereka."

Setuju tidak setuju, factor eksternal yang telah dipaparkan akhirnya mampu menembus pengetahuan akan factor internal dari mereka para tokoh agama yang kian telah menjadi pelaku  iman adalah kunci dari segala yang terkunci. Iman mampu menjadi penangkal kultus. Cabang ilmu psikologi Islam boleh mengatakan bahwa iman adalah kebersihan jiwa. Yang tentunya-harus-dimiliki oleh para penganut agama hingga kalangan agamawan.

Kesehatan jiwa bagi seorang umat muslim adalah semata-mata untuk menjaga dirinya untuk tidak ternodai oleh kotoran jiwa seperti nafsu syaithon, riya', tamak dan penyakit hati-jiwa lainnya menuju kepada insan kamil.

Metode Imani yang dibicarakan oleh cabang psikologi Islam sebetulnya bertujuan untuk mengembalikan pribadi seseorang pada fitrahnya yang suci, seseorang dibimbing agar dapat menemukan hakikat dirinya, nememukan Tuhannya, dan menemukan rahasia Tuhan. Pada akhirnya, mengabdikan diri kepada iman dan al-Qur`an, menjaga keikhlasan, dan menjaga ukhuwwah dan jama'ah.

Nasehat terbaik kepada yang saya muliakan derajatnya diantara manusia-manusia lain ialah, janganlah sekali-kali menjadikan ilmu dan derajatmu menjadi sebuah kejumawaan yang seolah-olah, kau membiarkan ilmumu dijajah oleh permasalahan kotor yang kau buat sendiri.

Bahkan sebelum mempaparkan hablum min-annas, korelasi manusia akan hablu-min-Alloh dalam Al Qur'an surat An-Nisa ayat 43, dijelaskan bahwa janganlah kamu berdusta diantara agamamu. Sebab apa yang kau buat harus selaras dengan apa yang kau bawa. Dimana bunyi (arti) nya ialah:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. ( An-Nisa : 43) "

Selain pada amr ayat Allah azza wajalla, pernyataan  hablum-min-Annas terlihat pada pendapat Bediuzzaman Said Nursi-Cendekiawan muslim asal Turki, yang menurutnya,  zaman ini adalah zaman jama'ah. Tidak bernilai seseorang yang bergerak sendiri, demikian karena dengan jama'ah manusia lebih mudah untuk berbuat, beragama, dan menjalankan syariat. Jadi tidak hanya ukhuwwah Islamiyyah, tetapi juga ukhuwwah insaniyyah yang dibutuhkan di zaman ini, dengan dasar bahwa semua manusia adalah bersaudara.

Sehingga jika amr kau ma'rufkan dengan baik, maka ilmu dan imanmu akan menolongmu dari kejumawaan atau kesombongan.

Maka dengan sedikit ilmu yang sudah kita ketahui ini, alangkah baiknya jika kita tetap teguh untuk terus mencari hikmah atas segala permasalahan yang ada pada saudara-saudara kita. Perlunya terus berfikir kritis atas apa yang sebelumnya kita fahami kepada hal-hal yang membuat didalamnya (agama kita) turut terancam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun