Mohon tunggu...
Nur Alfiana Isnaini
Nur Alfiana Isnaini Mohon Tunggu... Administrasi - You are entirely up to you

Miniatur Albert Einstein Aamiinn.

Selanjutnya

Tutup

Love

Pernah Menjaga Dia

30 Mei 2021   17:06 Diperbarui: 30 Mei 2021   17:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Part 1: Mengenal 

.

Hai, begitulah kau sapa aku.

Terlihat sapaan kaku, tapi siapa sangka kita bisa senyaman ini ya.

Dulu, jangankan untuk sekedar saying, membalas pesanmu saja tak sedikitpun terlintas

Hari-hari selalu menari-nari, seolah mereka menjadi saksi bisu akan perasaanku yang berbunga

Kubilang tak bahagia? Bohong

Kubilang tak indah? Bohong

Bahkan, sekedar tulisan kamu Typing aja rasanya seperti menerima raport, akankan romantis seperti nilai baikku, atau merah seperti nilai 5 matematikaku.

Begitulah, berulang, dan terlihat bahagia

Part 2: Nyaman atau Cinta?

.

Sudah sangat lama kenal. Di setiap hari bahagiaku, kau selalu tak ingin terlewat. Haha.. lucu, bahkan untuk sedetikpun.

Aku sudah menjadi prioritas.

Kamu selalu ada, dan sebaliknya.

Aku dengan ccerita-cerita recehku dan kamu dengan cerita-cerita kebanggaanmu.

Kadang lupa, jam sudah dini hari.

Eh, tau-tau sudah diingatkan sahur, kalau puasa. Kalau hari biasa, ya diingatkan sholat.

Part 3: Luka

.

Kau bilang, aku tak pernah bisa bersikap biasa saja saat kamu membawa ceritamu hari ini, tentang cowok itu.

Oke, disini kadang kita juga suka beradu argumen. Ah, kayak sedang debat capres saja ya.

Bukan, maksudku, kamu dengan egomu dan aku dengan egoku.

Lelah, lalu besok kembali seperti semula.

Kadang kesalahan kecil mulai dianggap masalah besar.

Belum dewasa ya.

Sama, aku juga.

Part 4: Melepas

.

Namanya juga nyaman, untuk ditinggal, kadang susah.

Pernah punya waktu bersama, bahkan sudah sampai menyusun rasa bersama, waktu bersama

Tapi, ternyata kau dan aku sama-sama salah..

Sebegitu hebatnya kita merancang dunia kita sendiri

Sebegitu egoisnya kita mendahuli taqdir tuhan

Kita lupa, seberapa kuat rencana kita

Tuhanlah yang tetap dan selalu menentukan

Kadang tuhan kasih orang baik dalam hidup kita untuk menjadi warna ungu di pelangi hidup kita

Kita lupa, bahwa semuanya sudah tertulis, hingga kepada tulangrusuk.

Kita memutuskan untuk bahagia masing-masing

Kau dengan jalanmu, dan aku juga dengan jalanku.

Hai.. Aku tak pernah benar-benar pergi, aku hanya dipaksa keaadaan untuk tak lagi punya waktu untuk kita seperti dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun