Diriku: sini, aku dengarkan keluhmu.
Aku: baiklah. Aku seorang anak, peranku yang satu ini sangat krusial. Ia menggerogoti fikiran. Aku pernah berfikir kenapa harus aku yang lebih dahulu lahir daripada saudaraku?
Diriku: kalau kamu berfikir demikian, rasanya kamu kurang tepat. Kamu lahir sebagai anak yang lahir jauh lebih dahulu daripada saudaramu yang lain karena tuhan tau, kamu punya hati yang tak gampang rapuh, yang tak gampang menyerah, yang kokoh, yang kuat caci maki, yang kuat menopang diri, yang kuat di ladang singa, dan yang bertahan saat gagal. Tuhan sudah design kamu seindah, semenarik, dan sekuat itu. Kamu sadar? Kamu sang pemenang. Kamu sampai garis dunia lebih awal dari saudaramu. Sudah, jangan menyerah.
Aku: mungkin bagimu masih hal mudah. Lalu bagaimana dengan peran keduaku sebagai seorang kakak?
Diriku: ah, kamu harusnya bangga. Menjadi seorang kaka layaknya menjadi seorang guru. Adikmu akan memperhatikanmu. Itu susah. Namun kamu harus bangga. Menjadi pemimpin itu ga mudah kan? Tapi tuhan amanahkan itu padamu.
Aku: kenapa masih terkesan mudah, lalu bagaimana dengan peran ketiga sebagai seorang perempuan?
Diriku: ah itu, bukankan istimewa? Kau mendapat jatah tidur lebih banyak dari seorang laki-laki. Kau bisa merasakan bagaimana ikatan bathin dengan malaikat yang akan ada di dalam rahimmu. Kau akan menjadi syurga bagi anak-anakmu. Kau akan menjadi sekolah bagi mereka.Â
Memang sih, tuntutanmu berat, namun kamu harusnya bangga memiliki peran ini. Di setiap dimensi dirimu, ada banyak air mata yang tuhan ciptakan. Kamu mampu melihat kebohongan dalam diri seseorang. Kamu mampu melihat jauh selain hal yang di depan matamu.
Aku: masih tampak mudah, coba aku keluhkan peran keempatku sebagai seorang pelajar?
Diriku: aku tau itu berat, kadang jenuh datang. Maklum, tuhan tak membuatmu kekar setiap detiknya, namun sudah tuhan sediakan waktu untuk berkeluh kesah. 5 waktu utama, sudahkan sipergunakan dengan baik? Jadi seorang pelajar selalu dituntut bisa semua hal, memang susah. Namun percaya tuhan, tuhan sudah mendesign otakmu dengan kemampuan berjuta-juta mega-byte. Belum bersyukur kan?
Aku: entahlah, kenapa rasanya kamu kuat sekali. Coba deh peran yang ini, sebagai guru?