Hasil heterogenitas untuk pendaftaran neto di kelas 1 serupa dengan hasil pendaftaran sekolah dasar. Efek heterogenitas ini sejalan dengan temuan dalam literatur, dan sejalan dengan harapan bahwa perempuan dan anak-anak dari latar belakang yang terpinggirkan secara historis lebih responsif terhadap insentif makan siang gratis yang diberikan oleh MDMS. Salah satu penjelasan yang mungkin untuk dampak MDMS yang lebih besar pada perempuan adalah bahwa mengingat adanya bias gender dalam partisipasi sekolah, biaya pendidikan yang ditanggung oleh rumah tangga lebih menjadi faktor penghalang yang menonjol bagi perempuan dibandingkan laki-laki.
Temuan lain adalah  bahwa dengan mengurangi biaya pribadi pendidikan yang ditanggung orang tua, MDMS berkontribusi pada pengurangan kesenjangan gender dalam partisipasi sekolah.
Hasil temuan ini  memberikan kontribusi pada literatur yang terus berkembang yang menganalisis dampak program pemberian makan sekolah terhadap hasil pendidikan. Berbagai studi yang menggunakan uji coba acak terkontrol telah menemukan bahwa SFP meningkatkan partisipasi sekolah, setidaknya untuk perempuan . Meskipun hasil penelitian  mungkin tidak seakurat studi uji coba terkontrol acak, namun memiliki keuntungan dalam hal generalisasi. Selain itu, berbeda dengan studi yang ada, temuan  ini mengestimasi LATE, yang secara eksplisit memasukkan tingkat pelaksanaan kebijakan yang berbeda-beda antar negara bagian.
OPTIMALISASI PROGRAM MAKAN SIANG GRATIS
Pelaksanaan program makan siang gratis bisa berbeda-beda tergantung pada kebijakan dan area geografisnya, tetapi ada beberapa langkah umum yang biasanya diikuti dalam program semacam ini, seperti di India atau beberapa daerah lainnya. Berikut adalah gambaran umum mengenai cara pelaksanaan program makan siang gratis:
1. Perencanaan dan Penyusunan Anggaran
- Pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab perlu merencanakan anggaran yang cukup untuk membeli bahan makanan yang dibutuhkan setiap hari.
- Tentukan jenis makanan yang sehat dan bergizi untuk disediakan. Biasanya, program ini berfokus pada makanan bergizi yang dapat mendukung pertumbuhan anak-anak, seperti nasi, sayuran, protein (daging atau kacang-kacangan), dan buah-buahan.
2. Penyusunan Sistem Distribusi
- Makanan harus dipersiapkan dengan sistem yang efisien agar bisa sampai ke sekolah-sekolah dengan tepat waktu.
- Dalam beberapa kasus, makanan bisa dimasak di dapur sekolah atau pusat penyediaan makanan yang ditunjuk.
- Ada juga yang mengandalkan sistem distribusi terpusat dari pusat penyedia makanan ke sekolah-sekolah di daerah tertentu.
3. Pelatihan untuk Pengelola Program
- Para tenaga pengelola (seperti petugas kantin atau pengawas makanan) harus dilatih agar bisa menyiapkan dan menyajikan makanan yang higienis, sehat, serta sesuai dengan standar gizi.
- Ini termasuk pengelolaan stok bahan makanan, kebersihan dapur, serta teknik penyajian yang benar.
4. Monitoring dan Evaluasi
- Untuk memastikan program ini efektif, pemerintah atau pihak terkait biasanya melakukan pemantauan berkala mengenai kualitas makanan, distribusi, serta partisipasi siswa.
- Selain itu, ada juga evaluasi untuk melihat dampak program ini terhadap tingkat kehadiran siswa, performa belajar, serta kesehatan mereka.
5. Sosialisasi kepada Warga dan Sekolah
- Sosialisasi tentang pentingnya program makan siang gratis ini kepada orang tua, guru, dan siswa sangat penting agar mereka mendukung dan memahami tujuan dari program ini.
- Pihak sekolah dan masyarakat sekitar juga perlu diberi tahu bagaimana cara mereka bisa berpartisipasi atau mendukung keberlanjutan program.
6. Pengawasan dan Penyempurnaan
- Setelah berjalan beberapa waktu, ada evaluasi tentang kendala atau masalah yang terjadi di lapangan, seperti kurangnya pasokan makanan, kualitas makanan yang tidak sesuai harapan, atau kesulitan distribusi di daerah terpencil.
- Berdasarkan feedback tersebut, sistem dapat disempurnakan agar program bisa berjalan lebih lancar dan efektif.