Di tengah dunia yang terus berputar. Di layar kaca, di ujung jari, anak-anak tumbuh, penuh harapan dan keresahan.Mencari tempat, mencari arti, disanalah mereka menemukan jati diri , yakni Gawai menjadi sahabat, dan dunia terus bisa dilihat disana. Kita banyak mendengar bahwa, seorang anak kecil rela bunuh diri karena tidak dibelikan gawai, atau Hp dirampas  orang tua, dunia terasa gelap. Hp disita orang tua, menjadi pemicu bunuh diri, tragis memang (https://www.detik.com/jatim/berita/d-7393512/). Kondisi demikian membutuhkan perhatian kita semuanya. Sebab jumlah generasi muda khususnya Gen Z, sungguh sangat besar
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data statistik yang mengungkapkan distribusi penduduk Indonesia berdasarkan kelompok usia. Data ini berasal dari hasil Sensus Penduduk 2020 dan memberikan wawasan lebih mendalam tentang struktur demografi Indonesia di masa depan.
Dalam rilis tersebut, Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, mencatatkan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa, atau sekitar 27,94% dari total populasi. Generasi ini sebagian besar masih berada pada usia muda hingga remaja awal, dan dominasi mereka memberikan harapan besar bagi potensi kemajuan dan perubahan di masa yang akan datang.
Dalam tulisan ini, akas diulas tentang beberpa hal antara lain, ketergantungan pada teknologi, peran keluarga, dan beberapa teori tentang fungsi Keluarga yang buruk, serta, solusi untuk pegangan agar memperkecil terjadinya  ketergantungan pada gawai untuk generasi Z.
KETERGANTUNGAN PADA TEKNOLOGI:
Kehidupan Gen Z sangat bergantung pada teknologi dan internet. Hal ini sering kali berdampak pada kualitas hubungan sosial mereka secara langsung dan keterampilan berkomunikasi secara tatap muka.Tergantung pada teknologi menjadi sebuah pemicu berat, orang berpikir pendek, dan juga kondisi demikian melahirkan Kesehatan Mental: Tingginya tingkat stres, kecemasan, dan depresi di kalangan Gen Z sering dikaitkan dengan tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi, baik dari lingkungan sekitar maupun media sosial. Mereka tumbuh di era digital yang sangat cepat, dan kadang-kadang merasa terjebak dalam perbandingan dengan orang lain.
Hasil beberapa kajian menunjukkan bahwa, Di era yang serba cepat dan terus berkembang ini, kehidupan banyak individu, khususnya generasi muda, sangat dipengaruhi oleh teknologi dan interaksi sosial. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Akinwale, dkk 2024) di kalangan mahasiswa mengungkapkan bahwa media sosial dan konten digital memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan cara menyajikan diri di kalangan remaja serta orang dewasa muda. Proses ini bisa memicu munculnya kecemasan dan gangguan kesehatan mental lainnya.Â
Penelitian ini juga menyatakan bahwa Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, tumbuh dalam era perkembangan teknologi yang luar biasa, dengan akses internet yang sangat luas dan pesatnya pertumbuhan platform media sosial. Di sisi lain, mereka juga menghadapi perubahan dalam dinamika keluarga, dengan struktur, peran, dan pola interaksi yang semakin beragam. Memahami dampak kesehatan mental dari faktor-faktor kontekstual ini sangatlah penting. Depresi dan kecemasan, yang merupakan dua gangguan kesehatan mental paling umum dan menghancurkan di seluruh dunia, memengaruhi individu dari berbagai kelompok usia, dengan remaja dan orang dewasa muda yang lebih rentan. Dalam konteks ini, hubungan antara fungsi keluarga.
Interaksi sosial di dunia maya kini menjadi topik yang menarik bagi para peneliti dan ahli kesehatan mental. Generasi Z pun menyadari tantangan ini. Laporan mengenai peningkatan tingkat bunuh diri menunjukkan hal-hal berikut: * Remaja berusia 15 hingga 19 tahun, yang naik dari 8 per 100.000 pada tahun 2000 menjadi 11,8 per 100.000 pada tahun 2017* Jumlah orang dewasa muda berusia 20 hingga 24 tahun meningkat dari 12,5 per 100.000 pada tahun 2000 menjadi 17 per 100.000 pada tahun 2017. Namun, para penulis mengingatkan bahwa temuan ini terbatas karena adanya kemungkinan ketidakakuratan dalam sertifikat kematian (seperti overdosis opioid yang disengaja tercatat sebagai kecelakaan).
PERAN KELUARGAÂ