Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pohon Aren, Tuak, Gula dan serat Alam

18 Januari 2025   18:47 Diperbarui: 19 Januari 2025   04:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyadap Nira ( Sumber : contohmu.github.io)

Dari nira yang mengalir lembut,ada rasa dan karsa
Tuak terlahir, manis dan hangat, bisa menyejukkan hati yang gundah
Di setiap tetesnya, ada cerita,
Tentang tanah, tentang waktu yang merambat.

Tuak, memang selalu menarik untuk diulas, sebab tuak di Bali adalah minuman alkohol tradisional yang banyak ditemukandi derah lain , Indonesia. Bukan hanya di bali,daerah lain pun ada, seperti di Pulau Timor saya lihat, atau di Toraja  juga ada dijajakan. 

Tuak terbuat dari air nira yang diambil dari pohon kelapa atau pohon aren. Proses pembuatannya dimulai dengan memanjat pohon kelapa atau aren untuk menampung air nira yang mengalir dari bunga pohon tersebut. Air nira ini kemudian difermentasi untuk menghasilkan alkohol.

Di Bali, tuak sering disajikan dalam acara adat atau perayaan, dan menjadi bagian penting dalam berbagai ritual keagamaan atau upacara tradisional. Tuak memiliki rasa manis yang khas, meskipun tingkat keasamannya dapat bervariasi tergantung pada lama fermentasi dan jenis pohon yang digunakan. Biasanya, tuak diminum langsung dari wadah kecil atau botol kaca.

Selain itu, ada juga variasi tuak yang lebih kuat dan lebih difermentasi, yang dikenal dengan nama "arak", yang sering digunakan dalam campuran minuman keras atau sebagai bagian dari ritual adat. Arak di Bali umumnya dibuat dengan cara penyulingan, menghasilkan minuman dengan kandungan alkohol yang lebih tinggi.

Meskipun tuak adalah bagian dari budaya Bali, penggunaannya sering kali dibatasi untuk orang dewasa dan dipantau dalam konteks adat dan agama, mengingat pengaruh budaya Hindu Bali yang cukup kental dalam kehidupan masyarakat setempat

Sepanjang jalan Ke Klungkung, anda akan melihat orang menjajakan tuak, orang percaya minuman khas ini bisa membuat melayang', dan sering mabuk beneran.  Tentu Kalau berlebihan.

Dulu, Saya perhatikan bahwa arena tempat Minum tuak, para orang tua biasanya tidak banyak-banyak hanya beberapa gelas, tidak sampai mabuk, mereka berkumpul untuk berdiskusi tentang banyak hal.  Itu waktu kecil saya diajak orang tua , beliau hanya memesan 2-3 gelas, dengan membawa kacang, sayuran dan lain sebagainya.

Tuak dengan konsentrasi alcohol 8-15 persen, dan diminum hanya 2 gelas, itu mudah menghangatkan tubuh, benar, memang, karena etanol lebih mudah terserap lalu dioksiasi dalam mitrkondria dalam bentuk reaksi  glikolisis. Sehingga dapat menghasilkan energi., dari pada pati, pati perlu enzim pemecah polisakarida menjadi disakrida, lalu menjadi mono sakarida..Perjalanannya panjang,

 Namun kini, zaman telah berubah, anak-anak muda minum, sampai ketagihan dan teler. Walaupun sebelumnya arena ngobrol, bercanda,  dan diselingi dengan nyanyian, sehingga di Singaraja ada  tarian dan lagu yang dikenal dengan Genjek" ,  menjadi aktif   aktivitasnya dikenal dengan istilah megenjekan",  awalnya tarian spontan  orang minum tuak, Namun, kini mengamami modifikasi yang lebih knstruktif dan mendidik  dengan konten moral dan etika , sehingga tarian genjek  ini dilombakan di berbagai daerah di Bali (https://www.nusabali.com/berita/64818/lomba-genjek-tingkat-sd-digelar-saat-saraswati)

Kembali ke tuak, Tuak berasal dari getah  dari  tongkol bunga aren yang dipotong Di Buleleng Bali utara, ada tuak dari aren yang sangat dikenal, yaitu tuak tajun.Tuak Tajun adalah minuman tradisional beralkohol yang terbuat dari nira (tongkol bunga) pohon aren. Produksinya tuak di desa tajun rata-rata mencapai  beberapa ratus liter  lper hari. Dengan kandungan alkohol yang tinggi, rasa yang kuat, dan harga yang terjangkau, Tuak Tajun menjadi favorit di kalangan pecinta Tuak. Minuman ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Tajun, tetapi juga oleh para penggemar Tuak di Buleleng. Setiap hari, sekitar 800 liter Tuak dijual di warung-warung Tuak sekitar Kota Singaraja dengan nama merek "Tuak Tajun". Tuak adalah minuman yang digunakan sebagai minuman selingan, karena kadar alkoholnya masih rendah  5 sampai 15% , tergantung  racikan yang diberi nama lawu.

Tuak Asli Tajun (TAT) sangat populer di kalangan pecinta Tuak di Bali, khususnya di Buleleng. Setiap hari, Warung TAT rata-rata menjual sekitar 150 liter Tuak, belum termasuk penjualan di warung-warung Tuak lainnya," ungkap Raja Don, pemilik Warung TAT yang terletak di depan Pura Kresek Banyuning. Gede Ar Kubu Jati, salah satu pelanggan Warung TAT, juga mengakui kelezatan rasa Tuak Tajun, "Rasa Tuak Tajun benar-benar mantap," ujarnya.

Agus Darmayuda, seorang pedagang Tuak Tajun di pinggir jalan WR. Supratman, menjelaskan bahwa Tuak Tajun memiliki cita rasa yang khas dan sangat digemari. "Rasa Tuak Tajun yang kuat dan khas membuatnya lebih mantap dibandingkan dengan Tuak jenis lainnya, seperti Tuak Klandis atau Juanyar," jelasnya. Tuak Tajun kini juga mulai dikenal di Denpasar dan Lombok. "Tuak Tajun produksi 'Lau Bena' tidak hanya dipasarkan di Desa Tajun, Desa Bulian, dan Kota Singaraja, tetapi juga sering dikirim ke Denpasar," kata Made Suilasa Tambun, pemilik warung Tuak 'Lau Bena'. Lau Bena memproduksi dua jenis Tuak, yaitu Tuak Segel Merah dan Segel Putih, masing-masing dengan kadar alkohol yang berbeda.

Seiring berjalannya waktu, Tuak Tajun mengalami inovasi. Selain rasa original yang sudah terkenal, kini di Tajun juga diproduksi Tuak dengan varian rasa "Ginseng, Mint, dan Jahe". Varian-varian ini bertujuan untuk menawarkan sensasi rasa yang berbeda serta memberikan manfaat kesehatan. "Tuak rasa Ginseng, Mint, dan Jahe memberikan rasa yang lebih lembut di tenggorokan. Khasiatnya juga sangat baik untuk kesehatan, karena Ginseng, Daun Mint, dan Jahe memiliki manfaat pengobatan. Pemasarannya sudah menjangkau Lombok, sementara di Seririt dan Singaraja sudah sangat dikenal," ujar Gede Sutama, yang dikenal sebagai Kang Dadang, pembuat Tuak rasa ginseng, mint, dan jahe di Desa Tajun

Tuak bukan saja diminum, namun kerap juga digunakan untuk bahan baku gula aren, Di Buleleng gula aren yang terkenal adalah Gula Silangjana dan Gula Pedawa, harganya jauh lebih mahal, karena kadar gulanya tinggi dan aroma dan cita rasa yang khas.

Tulisan ini mencoba mengulas tentang, pohon aren , pengolahannya  menjadi gulan aren, dan serat dari pohon aren.

SELAYANG PANDANG POHON AREN

Pohon aren memiliki nama ilmiah Arenga pinnata (sin. Arenga saccharifera) adalah pohon palem berbulu yang memiliki nilai ekonomi penting dan berasal dari Asia tropis, mulai dari India timur hingga Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Beberapa nama umum untuk tanaman ini antara lain palem gula, palem areng (atau palem aren), palem gula hitam, dan palem kaong.

Deskripsi Pohon ini berukuran sedang dan dapat tumbuh hingga 20 meter (66 kaki) tinggi, dengan batang yang tertutup oleh pangkal daun tua yang kasar. Daun palem ini panjangnya antara 6 hingga 12 meter (20--39 kaki) dan lebar 1,5 meter (5 kaki), serta tersusun bersirip dengan pinna yang teratur dalam 1--6 baris, masing-masing panjangnya 40--70 cm (16--28 inci) dan lebar 5 cm (2 inci). Buahnya berbentuk hampir bulat dengan diameter sekitar 7 cm (3 inci), yang berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi hitam saat matang.

Ekologi Arenga pinnata dapat diserang oleh kumbang merah palem, Rhynchophorus ferrugineus, yang menjadi salah satu pemangsa utama tanaman ini di China. Meskipun pohon ini tidak termasuk spesies yang terancam punah, keberadaannya cukup langka di beberapa wilayah. Pohon ini juga merupakan bagian penting dari makanan beberapa spesies yang terancam punah, termasuk tikus awan dari genus Phloeomys.

Pemanfaatan Tanaman ini dimanfaatkan untuk berbagai produk, mulai dari makanan hingga bahan bangunan.

Buah Buah muda dari Arenga pinnata banyak dikonsumsi di Filipina (kaong) dan Indonesia (kolang-kaling), serta dijadikan buah kalengan setelah direbus dalam sirup gula. Bijinya digunakan dalam berbagai masakan, seperti sup asam, atau dimakan dengan pandan, sirup, atau santan. Bijinya kenyal dan manis, dan mudah dikunyah saat masih muda. Buah yang terlalu matang memiliki tekstur biji yang lebih keras. Air rebusan buah juga digunakan sebagai pewarna alami untuk kain.

Tangkai Buah Tangkai buah dapat dipotong kecil-kecil dan digunakan sebagai kayu bakar atau dimanfaatkan sebagai bahan furnitur.

Tunas Muda Di Thailand, tunas muda Arenga pinnata dimakan dengan saus cabai atau digunakan dalam hidangan seperti sup.

Serat Serat dari kulit batang yang gelap, dikenal dengan berbagai nama di berbagai daerah seperti duk atau doh dalam bahasa Jawa, ijuk di Indonesia, dan yumot atau cabo negro di Filipina, dimanfaatkan untuk membuat tali, sikat, sapu, atap ilalang, atau saringan. Di Bali dan Minangkabau, serat ini digunakan dalam konstruksi atap tradisional seperti yang ditemukan di Istana Pagaruyung.

Daun Daun dan tulang daun palem ini digunakan untuk membuat keranjang atau dalam marquetry untuk furnitur.

Pati Di Indonesia, pati dari palem gula dapat diekstraksi dan digunakan sebagai pengganti tepung beras dalam pembuatan mie, kue, dan berbagai hidangan lainnya.

Pohon Nira sebagai sumber serat alam (sumber : M.L. Sanyang et.al, 20216)
Pohon Nira sebagai sumber serat alam (sumber : M.L. Sanyang et.al, 20216)

Batang Kayu batangnya digunakan dalam konstruksi berkualitas tinggi, seperti tiang, balok, lantai, dan penyelesaian interior, serta dalam pembangunan jembatan dermaga, di mana kekuatan dan ketahanan sangat diperlukan.

PRODUKSI GULA AREN

Getah Getah dari Arenga pinnata dipanen di Asia Tenggara untuk digunakan secara komersial, menghasilkan gula yang dikenal dengan berbagai nama, seperti gur di India, gula aren di Indonesia, dan pakaskas di Filipina. Getah ini diproses menjadi minuman tradisional manis dingin yang disebut lahang, serta difermentasi menjadi cuka (sukang kaong), anggur palem (tub di Filipina, tuak di Malaysia dan Indonesia), dan juga disuling menjadi minuman keras (sopi di Maluku, cap tikus di Sulawesi Utara).

Gula kelapa juga dihasilkan dari getah segar di Indonesia dan Filipina, yang biasanya diawetkan dengan menambahkan cabai atau jahe untuk mencegah fermentasi. Getah direbus hingga menjadi sirup kental yang kemudian dikeringkan menjadi gula merah. Metode yang sama juga diterapkan pada palem gula lainnya, seperti palem buri (Corypha elata).

Gula aren adalah jenis gula alami yang dihasilkan dari nira (getah) pohon aren (*Arenga pinnata*). Gula ini dikenal dengan warna kecoklatan, aroma khas, dan rasa yang lebih kaya dibandingkan gula pasir. Proses pembuatan gula aren melibatkan pengumpulan nira dari pohon aren, yang kemudian direbus dan diproses hingga menjadi gula dalam bentuk padat atau cair. Gula aren memiliki indeks glikemik yang lebih rendah daripada gula pasir, menjadikannya pilihan yang lebih sehat untuk pemanis. Selain digunakan dalam berbagai masakan dan minuman, gula aren juga digunakan dalam pembuatan produk-produk tradisional seperti jamu dan selai.

Gula aren adalah gula tradisional yang berasal dari Indonesia. Gula ini memiliki beberapa keunggulan, seperti warna kecoklatan, aroma khas, serta indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan gula pasir, yaitu sekitar 35. Nektar dari pohon aren diolah menjadi gula aren, yang merupakan pemanis alami. Saat ini, banyak orang yang menggabungkan gula aren cair dengan kopi instan siap minum. Pembuatan selai kopi dengan ekstrak kopi dan gula aren cair menghasilkan selai yang mudah dioleskan, meskipun rasanya tidak seperti selai pada umumnya. Agar selai kopi lebih mudah merata, perlu ditambahkan bahan pengental, seperti CMC (Carboxy Methyl Cellulose), yang berfungsi sebagai pembentuk gel. Pohon aren adalah jenis tanaman palem yang kaya akan fruktosa dan sukrosa.

Inilah beberapa Langkah cara membuat Gula Arren:

(1) Persiapkan Bahan Utama Terlebih Dahulu
Gula aren berasal dari nira yang diproses melalui beberapa tahap. Sebagian besar orang menggunakan gula aren sebagai bahan tambahan dalam pembuatan obat tradisional seperti jamu, karena manfaatnya yang beragam. Proses pembuatan gula aren dimulai dengan menyiapkan bahan utamanya terlebih dahulu. Gula aren dibuat dari nira pohon aren yang telah difermentasi, dengan tambahan bahan pengawet alami seperti kulit manggis, kulit nangka, atau akar kawao untuk memperpanjang daya simpannya.

(2) Persiapkan Peralatan Terlebih Dahulu
Selain bahan, peralatan juga harus dipersiapkan dengan matang untuk membuat gula aren. Berbagai peralatan diperlukan dalam proses pembuatan gula aren, di antaranya wajan, pengaduk kayu, saringan, dan cetakan. Pastikan semua peralatan siap digunakan sebelum memulai proses pembuatan gula aren dengan nira aren sebagai bahan utamanya.

(3) Melakukan Penyaringan
Proses penyaringan merupakan langkah penting dalam pembuatan gula aren. Setelah nira aren difermentasi, langkah selanjutnya adalah merebusnya dalam kuali hingga kandungan airnya menguap. Setelah itu, nira yang sudah direbus disaring menggunakan saringan halus yang terbuat dari kawat tahan karat untuk memastikan hasilnya bersih.

(4) Melakukan Pemasakan
Setelah penyaringan, tahap selanjutnya adalah pemasakan nira aren. Nira yang telah disaring direbus di atas api sedang, sambil terus diaduk agar pemasakan merata. Perhatikan agar api tidak terlalu besar agar nira tidak cepat terbakar dan menghasilkan rasa pahit. Setelah mendidih, buang busa dan kotoran yang mengapung.

(5) Proses Pemanasan
Pada tahap ini, nira aren terus dipanaskan hingga volumenya tersisa sekitar 8% dari volume semula. Proses pemanasan ini memerlukan ketelatenan dan energi yang cukup besar, namun hasilnya akan setimpal. Cairan yang dihasilkan akan menjadi gula aren dalam bentuk cair atau kental.

(6) Dinginkan dan Cetak
Setelah proses pemanasan selesai dan nira aren mencapai kekentalan yang diinginkan, angkat kuali dan biarkan nira aren mendingin selama sekitar 5 menit. Setelah itu, diamkan lagi selama 10 menit hingga gula aren mengeras dan terbentuk seperti gula semut atau gula aren dalam bentuk bubuk.

(7) Proses Pencetakan
Tahap terakhir dalam pembuatan gula aren adalah pencetakan. Setelah sirup kental nira aren didiamkan selama 5 menit, tuangkan ke dalam cetakan yang dapat terbuat dari batok kelapa atau bambu. Biarkan hingga teksturnya mengeras sedikit.

SERAT POHON ENAU

Serat sintetis telah menjadi bahan utama dalam industri komposit selama beberapa dekade terakhir. Namun, dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan telah mendorong peningkatan penggunaan serat alami sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Banyak peneliti dan insinyur material tertarik dengan berbagai kelebihan serat alami dibandingkan dengan serat sintetis. Peningkatan penggunaan serat alami ini dapat dijelaskan oleh faktor-faktor seperti ketersediaannya yang melimpah, biaya yang lebih rendah, kemudahan dalam pengolahan, keberlanjutan, kemampuan untuk didaur ulang, serta sifat biodegradabilitasnya . Selain itu, serat alami memiliki beberapa keuntungan lainnya, seperti sifat kekuatan tarik yang setara, risiko kesehatan yang lebih rendah, kemampuan isolasi yang baik, densitas rendah, dan kebutuhan energi yang lebih sedikit selama pengolahan dibandingkan dengan serat sintetis.

Secara umum, sifat serat alami bervariasi tergantung pada jenis tanaman, kondisi tumbuh, lokasi geografis, metode persiapan serat, serta berbagai faktor lainnya . Serat alami yang diperoleh dari tanaman umumnya disebut sebagai serat lignoselulosa, karena sebagian besar tersusun dari fibril selulosa yang terbenam dalam matriks lignin. Nilai karakteristik untuk parameter struktural ini berbeda-beda antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Struktur serat alami umumnya terdiri dari lapisan-lapisan kompleks, yang mencakup dinding sel primer dan tiga lapisan dinding sel sekunder yang berbeda. Setiap dinding sel terdiri dari tiga komponen utama: selulosa, hemiselulosa, dan lignin .

Serat alami diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu dari tumbuhan, hewan, atau mineral Namun, serat alami dari tumbuhan adalah bahan penguat yang paling banyak digunakan dalam biokomposit. Serat tumbuhan dibagi lagi berdasarkan jenis tanaman atau bagian tanaman dari mana serat tersebut diekstrak. Semua serat tumbuhan tersebut termasuk dalam kategori serat non-kayu. Baru-baru ini, banyak penelitian yang fokus pada penggunaan serat non-kayu. Pemanfaatan serat alami ini dapat membantu pelestarian hutan alami karena deforestasi merupakan ancaman lingkungan yang semakin meningkat yang perlu diatasi. Konsumsi kayu yang tinggi (seperti kayu lapis) dalam komposit kayu-plastik untuk konstruksi dan aplikasi lainnya menyebabkan deforestasi yang mengarah pada hilangnya keanekaragaman hayati. Sebagai contoh, Malaysia tercatat memiliki tingkat kehilangan hutan tertinggi di dunia  antara tahun 2000 hingga 2012. Sekitar 14,4% dari tutupan hutan Malaysia pada tahun 2000 telah hilang pada tahun 2012, yang setara dengan 47.278 km . Oleh karena itu, beralih ke serat alami non-kayu dapat mengatasi kerusakan hutan yang terus berlangsung. Malaysia memiliki sumber daya serat alami yang kaya dan luas yang belum dimanfaatkan dan berpotensi menjadi alternatif serat sintetis. Sumber daya serat alami ini meliputi kenaf, serat batang kelapa, serat palem gula, tebu, sagu, daun nanas, kulit buah kakao, tandan buah kelapa sawit, daun kelapa sawit, batang kelapa sawit, dan lainnya. Sebagian besar serat alami ini cocok dan berpotensi untuk diproduksi menjadi produk komposit serta produk bernilai tambah lainnya.

Selulosa adalah polisakarida (C6H12O5)n yang terdiri hanya dari karbon, hidrogen, dan oksigen, yang saat terurai akan menghasilkan glukosa (C6H12O6). Selulosa hadir dalam bentuk mikrofribril kristalin berbentuk batang ramping yang tersusun secara heliks di sepanjang dinding sel primer dan lapisan tengah dinding sel sekunder serat. Biasanya terdapat 30 hingga 100 molekul selulosa dalam setiap mikrofribril kristalin berbentuk batang yang memberikan kekuatan mekanik dan stabilitas pada serat. Selulosa dianggap sebagai komponen struktural paling penting dalam dinding sel dibandingkan dengan komponen kimia lainnya pada serat alami. Sifat mekanik, biaya produksi, serta potensi aplikasi serat sangat dipengaruhi oleh jumlah selulosa dalam dinding selnya.Serat palem gula, seperti kebanyakan serat alami lainnya, termasuk dalam kategori lignoselulosa, yang mana selulosa dan hemiselulosa diperkuat oleh matriks lignin . SPF mengandung selulosa sekitar 40,56--66,49%, sebagaimana terlihat dalam . Pola yang serupa juga terlihat pada kekuatan mekanik SPF yang berasal dari bagian pohon tersebut, yang mengikuti urutan yang sama dengan kandungan selulosa; daun palem gula > tandan palem gula > ijuk > batang palem gula. Hasil ini menegaskan bahwa kandungan selulosa yang tinggi pada serat alami sangat mempengaruhi kekuatan mekaniknya. Oleh karena itu, kandungan selulosa yang tinggi pada SPF dari daun palem gula, yang menghasilkan kekuatan mekanik lebih baik, menjadikannya sebagai bahan potensial untuk penguatan dalam aplikasi komposit polimer.

Komposisi kimia SPF dapat bervariasi tidak hanya karena komponen tanaman, usia tanaman, kondisi lingkungan, kondisi tanah, faktor cuaca, dan metode pengujian yang digunakan, tetapi juga dipengaruhi oleh tinggi tanaman. Oleh karena itu, Ishak et al.  melakukan karakterisasi komposisi kimia SPF yang diperoleh dari berbagai ketinggian  pada pohon palem gula yang sama. Temuan mereka menunjukkan bahwa SPF yang berasal dari bagian bawah pohon (ketinggian 1--3 m) memiliki kualitas serat yang lebih rendah, dengan persentase selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang paling rendah. Hal ini dapat dijelaskan oleh penuaan daun palem gula, di mana serat di bagian bawah pohon cenderung lebih tua. Seiring berjalannya waktu, daun-daun tua ini akan terdegradasi akibat serangan mikroorganisme yang merusak struktur komponen daun tersebut. SPF yang diekstrak dari daun palem gula yang sudah mati menjadi membusuk dan melemah, dengan komponen kimia yang terurai, berbeda dengan daun yang lebih muda yang ditemukan pada ketinggian yang lebih tinggi. SPF yang diambil dari ketinggian 5 hingga 15 meter menunjukkan kandungan kimia yang lebih stabil dan lebih tinggi, dengan kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin masing-masing berada pada kisaran 53,41--55,28%, 7,36--7,93%, dan 20,45--24,92%.

 KARAKTERISTIK SERAT POHON ENAU

Serat pohon kelapa gula, seperti sebagian besar serat alami lainnya, merupakan lignoselulosa, di mana selulosa dan hemiselulosa saling memperkuat dalam matriks yang teratur [4]. SPF mengandung selulosa sekitar 40,56--66,49%, sebagaimana terlihat dalam Tabel 2. Kandungan berbagai komponen kimia pada SPF yang diekstraksi dari berbagai bagian pohon kelapa gula (daun, tandan, ijuk, dan batang) bervariasi. Pohon kelapa gula, seperti anggota keluarga palma lainnya, termasuk dalam kelompok monokotil, dan pertumbuhannya terjadi melalui pembesaran batang yang melibatkan penumpukan dasar daunnya. Seiring waktu, daun yang lebih tua akan terletak di bagian bawah pohon, sementara daun baru tumbuh di bagian atas. Daun yang lebih tua ini akan terdegradasi karena serangan mikroorganisme yang merusak struktur mereka. SPF yang diambil dari daun kelapa gula yang telah mati akan membusuk, melemah, dan komponen kimianya akan terurai, berbeda dengan daun yang lebih muda di bagian atas pohon. SPF yang diambil dari ketinggian 5 hingga 15 meter memiliki kandungan kimia yang lebih stabil dan lebih tinggi, dengan komposisi selulosa, hemiselulosa, dan lignin masing-masing berkisar antara 53,41--55,28%, 7,36--7,93%, dan 20,45--24,92%

SPF dari daun kelapa gula memiliki kandungan selulosa tertinggi, diikuti oleh tandan, ijuk, dan batang pohon kelapa gula. Pola yang sama juga ditemukan pada kekuatan mekanik SPF dari berbagai bagian pohon kelapa gula; urutannya adalah daun kelapa gula > tandan kelapa gula > ijuk > batang pohon kelapa gula  Temuan ini menggarisbawahi pentingnya kandungan selulosa dalam menentukan kekuatan mekanik serat alami. Oleh karena itu, kandungan selulosa yang tinggi pada SPF dari daun kelapa gula yang mengarah pada kekuatan mekanik yang lebih baik, membuatnya menjadi bahan yang potensial untuk aplikasi penguatan komposit polimer.

Komposisi kimia SPF bisa bervariasi tidak hanya berdasarkan bagian tanaman, usia tanaman, kondisi lingkungan, tanah, pengaruh cuaca, dan metode pengujian, tetapi juga tergantung pada tinggi tanaman. Sebagai contoh, Ishak et al.  mengidentifikasi komposisi kimia SPF yang diperoleh dari berbagai ketinggian (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 meter) pada satu pohon kelapa gula. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa SPF dari bagian bawah pohon (1--3 meter) memiliki serat dengan kualitas lebih rendah, dengan kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang lebih sedikit. Fenomena ini terkait dengan proses penuaan daun kelapa gula, yang membuat serat di bagian bawah pohon memiliki kualitas yang lebih rendah. Moga bermanfaat****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun