2. Stupidifikasi
Stupidifikasi adalah proses di mana individu atau kelompok dipaksa untuk menjadi bodoh, kurang kritis, atau kehilangan kemampuan berpikir secara rasional dan mandiri. Proses ini seringkali terjadi dalam konteks pendidikan, media, atau ideologi yang berusaha mengendalikan atau memanipulasi pikiran orang dengan cara yang menyederhanakan atau merendahkan kualitas pemikiran mereka.
Contoh stupidifikasi: (1) Proses pendidikan yang menekankan hafalan tanpa pengembangan keterampilan berpikir kritis dapat dianggap sebagai bentuk stupidifikasi. (2) informasi yang tidak akurat atau manipulatif melalui media sosial yang mengarah pada pengurangan kemampuan masyarakat untuk berpikir secara analitis dan kritis.
Secara umum, kedua istilah ini mengkritik fenomena sosial yang membatasi potensi individu atau kelompok dalam berpikir dan bertindak secara bebas dan mandiri, serta proses di mana seseorang atau kelompok dibentuk untuk menerima peran atau informasi yang terbatas dan tidak selalu bermanfaat.
Proses domestifikasi (penjinakan) dan stupidikasi (pembodohan) dalam pendidikan terjadi ketika peserta didik menjadi objek eksploitasi oleh kekuasaan eksternal, yang menjadikan mereka sebagai budak dan alat dalam penjajahan mental yang dilakukan oleh para penguasa. Proses domestifikasi ini dapat dilihat dalam cara pandang yang salah terhadap ijazah, yang dijadikan simbol status sosial tanpa mempertimbangkan proses yang dilalui untuk meraihnya.
Proses domestifikasi dalam pendidikan disebut juga imperalisme pendidikan dan kekuasaan. Artinya, peserta didik menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan di luar pendidikan dan menjadikan peserta didik sebagai budak-budak dan alat dari penjajahan mental dari yang mempunyai kekuasaan.
Tanggapan saya mengenai politik kekuasaan dalam pendidikan adalah bahwa konsep ini menggambarkan bagaimana kekuasaan politik memengaruhi sistem pendidikan. Kekuasaan politik membutuhkan berbagai sumber daya untuk mempertahankan kekuasaannya, seperti senjata, penjara, kerja paksa, teknologi, pendidikan, sistem pengikat, dan aparat. Politik kekuasaan dalam pendidikan juga bisa berupa indoktrinasi, di mana pemerintah berusaha mengendalikan kurikulum, mendorong pendekatan budaya multikulturalisme dalam pendidikan. Namun, hambatan yang muncul dalam proses demokratisasi dapat menyebabkan benturan budaya.
Selanjutnya, masalah domestifikasi dalam pendidikan adalah proses di mana pembelajaran menjadi penjinakan, membunuh kreativitas, dan menjadikan peserta didik seperti robot yang hanya menerima nilai-nilai tanpa kritik. Ini mencerminkan fenomena yang terjadi pada pemberontakan mahasiswa Prancis tahun 1968, yang menggambarkan perubahan dalam pembelajaran yang dapat memengaruhi kehidupan politik, sosial, dan budaya masyarakat.
Refleksi dan aksi yang muncul dari studi mengenai domestifikasi dalam pendidikan bisa menimbulkan masalah terkait dengan pelaksanaan pendidikan yang berlandaskan kekuasaan. Masalah ini mencakup domestifikasi, indoktrinasi, demokrasi dalam pendidikan, serta integrasi sosial. Selain itu, transformasi sosial dalam masyarakat akan mengubah bentuk kekuasaan yang mengatur dan memengaruhi perilaku manusia.
Salah seorang mahasiswa peserta diskusi , menyuara beberapa pesan publik, yakni Saat seseorang berkata, "Jika ijazah di negara ini bukan menjadi syarat formal, saya tidak akan menyekolahkan anak saya ke lembaga formal hanya untuk mendapatkan selembar ijazah," itu menggambarkan kenyataan bahwa ijazah telah menjadi segala-galanya di negara ini. Kita tidak akan diterima bekerja di beberapa institusi---meskipun memiliki keterampilan---jika tidak memiliki ijazah. Ijazah telah berubah menjadi tujuan utama, bukan lagi alat (tool). Oleh karena itu, ijazah menjadi simbol status dan lapisan sosial yang harus dicapai dengan berbagai cara, termasuk dengan uang.
Pendidikan seharusnya tidak terperangkap dalam domestifikasi dan stupidikasi. Saya sependapat dengan artikel ini yang menyatakan bahwa pendidikan harusnya menjadi sarana untuk membebaskan pikiran dan mendorong pemikiran kritis, bukan untuk terjebak dalam proses domestifikasi atau pembodohan. Sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan memberi ruang bagi perkembangan individu secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, dan moral. Menghindari jebakan demokratisasi yang sempit serta menghindari stupidikasi akan membantu mewujudkan pendidikan yang memberdayakan dan mempersiapkan individu untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang.