Pertanyaan ekstrim namun kerap terlontar kenapa kita tidak memiliki produk  mobil atau sepeda motor yang khas milik  bangsa Indonesia sendiri?  Malaysia punya Proton, Perodua. India  Tata Motors , Mahindra & Mahindra dan lain-lain.Â
Pertanyaan ini muncul kepermukaan, mengngat Pidato Presiden Prabowo Subianto didepan kepala daerah baru baru ini, menyatakan keinginannya agar Indonesia mencapai kemandirian dalam produksi barag-barang dalam negeri. Ia merasa tidak terima jika Indonesia tidak mampu memproduksi mobil, motor, hingga komputer secara mandiri. Pernyataan ini disampaikan Prabowo dalam kesempatan memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemerintah Pusat dan Daerah, yang diadakan di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (7/11). Acara tersebut mengusung tema 'Implementasi Asta Cita Menuju Indonesia 2024'.
Indonesia sebenarnya mampu memproduksi mobil dan motor, bahkan negara ini sudah memiliki industri otomotif yang berkembang pesat, namun ada beberapa faktor yang memengaruhi tantangan dan keterbatasan dalam pengembangan industri tersebut.
PERKEMBANGAN INDUSTRI MOBIL NASIONALÂ
Kisah produksi mobil nasional di Indonesia adalah perjalanan panjang yang dimulai sejak awal tahun 1970-an, dengan berbagai upaya yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, industri otomotif global, dan pengusaha lokal. Berikut ini adalah gambaran singkat tentang sejarah dan perjalanan produksi mobil nasional di Indonesia.
1. Awal Mula (1970-an)
Pada tahun 1970-an, Indonesia memulai upaya untuk mengembangkan industri otomotif dalam negeri sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menciptakan lapangan pekerjaan. Pemerintah Indonesia berusaha untuk mendorong investasi di sektor ini dengan menawarkan berbagai insentif bagi perusahaan otomotif asing yang ingin berinvestasi dan membangun fasilitas produksi di Indonesia.
Pada tahun 1976, pemerintah Indonesia menggagas proyek mobil nasional pertama yang dikenal dengan "Mobil Nasional" (Mobnas). Salah satu langkah awal ini adalah dengan mendirikan pabrik yang memproduksi mobil dalam negeri, seperti kerja sama dengan perusahaan asing.
2. Kolaborasi dengan Mitsubishi: Mobil Kijang
Pada 1977, Indonesia melakukan kolaborasi dengan Mitsubishi melalui PT. Toyota Astra Motor dan PT. Mitsubishi untuk memproduksi kendaraan pertama yang secara luas digunakan oleh masyarakat Indonesia, yakni mobil Toyota Kijang. Kijang menjadi ikon mobil keluarga yang sangat populer, dan produksi mobil ini mulai dipasarkan pada tahun 1977. Kendaraan ini diproduksi secara lokal dengan komponen yang semakin banyak diproduksi di Indonesia.
Meskipun Kijang bukanlah mobil nasional pertama, namun peranannya sangat besar dalam pengembangan industri otomotif lokal. Pada era ini, mobil tersebut menjadi simbol keberhasilan pertama dalam memproduksi kendaraan yang secara lokal diproduksi dengan kualitas yang sangat baik.
3. Upaya Pembangunan Mobil Nasional (1990-an)
Pada tahun 1990-an, Indonesia kembali mencoba untuk mengembangkan mobil nasional secara lebih serius. Program ini dikenal dengan nama Proyek Mobil Nasional (Mobnas) yang digagas oleh pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Salah satu langkah pentingnya adalah dengan mendirikan Industri Mobil Nasional (IMN), yang bertujuan untuk menghasilkan mobil dengan merek Indonesia.
Pada tahun 1994, Timor, yang diproduksi oleh perusahaan PT. Timor Putra Nasional (TPN) milik pengusaha Tommy Soeharto, meluncurkan mobil yang dikenal dengan nama Timor. Timor merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dengan perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Kia Motors. Mobil ini didesain dengan basis kendaraan Kia Sephia, dan diproduksi di Indonesia dengan beberapa penyesuaian. Namun, program ini tidak bertahan lama karena masalah finansial dan kontroversi yang muncul terkait dengan proyek ini.
4. Perkembangan Era 2000-an: Keberagaman dan Industri Otomotif
Pada 2000-an, industri otomotif Indonesia semakin berkembang dengan adanya berbagai perusahaan global yang membuka pabrik di Indonesia. Merek-merek seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Daihatsu memperkuat pasar mobil nasional. Pabrikan lokal yang lebih besar mulai memproduksi mobil dengan lebih banyak komponen lokal, tetapi Indonesia masih belum memiliki mobil nasional yang sepenuhnya dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri.
5. Era Mobil Nasional Modern: Kiat-kiat Terbaru
Pada era modern ini, upaya untuk menciptakan mobil nasional terus berlanjut. Salah satu yang menarik adalah upaya dari PT. Garansindo dan PT. Mobil Anak Bangsa (MAB) yang memproduksi mobil Esemka pada tahun 2012. Esemka menjadi berita besar karena dikaitkan dengan harapan besar terhadap pengembangan industri otomotif nasional. Mobil ini dikenal dengan harga yang lebih terjangkau dan pengembangan teknologinya yang melibatkan banyak komponen lokal.
Namun, meski mendapat perhatian, Esemka menghadapi banyak tantangan dalam hal kualitas, pemasaran, dan dukungan pemerintah. Walaupun demikian, Esemka tetap menjadi simbol penting dalam usaha Indonesia untuk memiliki mobil buatan dalam negeri.
6. Masa Depan Mobil Nasional: Perkembangan Kendaraan Listrik
Di tengah tren global menuju kendaraan listrik, Indonesia berusaha untuk mengejar ketertinggalan dalam hal teknologi otomotif. Pemerintah Indonesia telah berencana untuk mengembangkan industri mobil listrik melalui berbagai kebijakan dan insentif. Salah satu proyek yang cukup menarik adalah mobil listrik karya anak bangsa yang diinisiasi oleh berbagai perusahaan dalam negeri, seperti Gesits yang lebih dikenal di ranah sepeda motor listrik, dan Alam yang mengembangkan kendaraan listrik roda empat.
Proyek mobil listrik nasional ini dipandang sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan industri otomotif yang ramah lingkungan dan berbasis teknologi tinggi. Beberapa produsen mobil asing, seperti Hyundai dan Wuling, juga telah berinvestasi dalam produksi mobil listrik di Indonesia, menjadikan negara ini sebagai salah satu pusat pengembangan kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Perjalanan mobil nasional Indonesia penuh dengan dinamika dan tantangan. Meski berbagai upaya untuk menciptakan kendaraan buatan dalam negeri telah ada sejak lama, baik itu melalui kolaborasi dengan perusahaan asing maupun inisiatif pengusaha lokal, Indonesia masih terus berusaha menciptakan mobil yang tidak hanya dapat bersaing di pasar domestik tetapi juga di pasar internasional. Tantangan besar dihadapi dalam hal teknologi, pendanaan, dan daya saing produk. Namun, langkah Indonesia menuju kendaraan listrik dan pengembangan teknologi otomotif ramah lingkungan memberikan harapan baru bagi industri otomotif nasional.
KENDALA DAN TANTANGANÂ
Â
Mari kita tengok mobil esemka, Mobil Esemka adalah salah satu upaya besar yang dilakukan oleh Indonesia untuk menciptakan mobil nasional (mobnas) yang dapat bersaing di pasar otomotif domestik. Meskipun mobil ini sempat mendapatkan perhatian besar sejak awal kemunculannya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan Esemka hingga saat ini tidak berkembang sebagaimana diharapkan
Esemka tidak berkembang seperti yang diharapkan karena sejumlah faktor, mulai dari masalah kepercayaan konsumen, kualitas produk, dukungan purna jual yang terbatas, hingga persaingan yang sangat ketat dengan merek global. Di sisi lain, keberhasilan sebuah mobil untuk diterima di pasar sangat bergantung pada kemampuan produsen untuk menghadirkan produk yang berkualitas, serta memiliki jaringan layanan dan purna jual yang baik. Jika Esemka ingin berkembang, mereka perlu fokus pada peningkatan kualitas produk, inovasi teknologi, dan memperkuat infrastruktur distribusi dan pelayanan purna jual.
 Berikut adalah beberapa alasan mengapa Indonesia menghadapi tantangan dalam memproduksi mobil dan motor secara lebih mandiri dan berskala besar:
1. Teknologi dan R&D yang Terbatas
- Keterbatasan Teknologi: Industri otomotif membutuhkan teknologi canggih untuk desain, pengembangan, dan produksi kendaraan. Indonesia masih tergolong tertinggal dibandingkan dengan negara-negara besar seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman yang memiliki keunggulan dalam riset dan pengembangan (R&D).
- Investasi dalam Inovasi: Pengembangan mobil atau motor yang inovatif memerlukan dana yang besar untuk riset dan pengembangan. Banyak produsen otomotif Indonesia yang lebih memilih untuk bermitra dengan perusahaan global yang sudah mapan daripada mengembangkan teknologi mereka sendiri.
2. Skala Ekonomi yang Terbatas
- Pasar Domestik yang Terbatas: Meskipun pasar Indonesia cukup besar, namun daya beli konsumen Indonesia masih terbatas dibandingkan dengan negara maju, sehingga produsen kendaraan lokal menghadapi kesulitan untuk mencapai skala ekonomi yang memungkinkan mereka bersaing dengan pemain global.
- Keterbatasan Produksi Massal: Untuk dapat menghasilkan mobil atau motor dalam jumlah besar dengan biaya yang efisien, dibutuhkan pasar yang lebih luas dan dukungan industri penunjang yang kuat. Indonesia mungkin belum sepenuhnya mencapai tingkat produksi massal yang optimal.
3. Keterbatasan Infrastruktur dan Rantai Pasokan
- Industri Pendukung yang Kurang Maju: Industri otomotif membutuhkan rantai pasokan yang sangat luas dan efisien, mulai dari suku cadang, material, hingga komponen elektronik. Indonesia, meskipun sudah memiliki banyak pabrik suku cadang, namun belum memiliki ekosistem yang sangat kuat dibandingkan dengan negara-negara industri besar.
- Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur untuk mendukung industri otomotif, seperti pabrik, logistik, dan fasilitas distribusi, masih perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung produksi dalam jumlah besar.
4. Biaya Produksi yang Tinggi
- Biaya Tenaga Kerja dan Material: Meskipun tenaga kerja di Indonesia relatif murah, biaya untuk bahan baku dan komponen otomotif tetap tinggi, terutama jika harus mengimpor teknologi dan bahan baku dari luar negeri.
- Kendala Regulasi dan Pajak: Kebijakan pemerintah dalam hal pajak, regulasi, dan insentif industri juga bisa mempengaruhi biaya produksi. Misalnya, jika tarif impor komponen dan bahan baku tinggi, ini akan menambah biaya produksi kendaraan.
5. Kualitas dan Standar Internasional
- Persaingan Global: Produsen otomotif besar seperti Toyota, Honda, dan Hyundai memiliki pengalaman dan reputasi global dalam menghasilkan mobil dan motor dengan standar kualitas tinggi. Indonesia perlu berinvestasi lebih banyak untuk memenuhi standar kualitas internasional agar produknya bisa bersaing di pasar global.
- Kepercayaan Konsumen: Meskipun beberapa merek mobil lokal seperti Esemka sudah mulai diproduksi, konsumen Indonesia cenderung lebih memilih merek global yang sudah terpercaya dalam hal kualitas dan performa kendaraan.
6. Pergeseran Fokus dan Prioritas
- Fokus pada Industri Otomotif Lain: Indonesia memang sudah memiliki beberapa produsen mobil dan motor, namun sebagian besar produksi di Indonesia masih didominasi oleh kendaraan bermotor roda dua dan kendaraan komersial seperti truk dan bus. Industri otomotif Indonesia lebih banyak didorong oleh merek global yang memiliki pabrik di Indonesia, yang lebih mengutamakan pengembangan mobil atau motor dengan harga terjangkau untuk pasar domestik.
7. Investasi dan Pembiayaan
- Kurangnya Investasi: Industri otomotif membutuhkan investasi yang sangat besar. Banyak produsen Indonesia yang kurang mampu mendapatkan pembiayaan yang cukup untuk mengembangkan pabrik dan teknologi mereka.
- Kemitraan dengan Perusahaan Luar: Banyak perusahaan otomotif Indonesia yang lebih memilih untuk bekerja sama dengan produsen global seperti Toyota, Honda, atau Suzuki, untuk memanfaatkan teknologi dan jaringan distribusi mereka.
8. Pengaruh Ekonomi Global
- Fluktuasi Ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi global dan regional, seperti krisis ekonomi atau pandemi, bisa mengganggu pasokan bahan baku dan permintaan kendaraan. Hal ini dapat memengaruhi kelangsungan dan daya saing industri otomotif lokal.
9. Perubahan Kebijakan Pemerintah
- Kebijakan yang Berubah-ubah: Kebijakan pemerintah dalam hal perpajakan, insentif industri, dan regulasi lingkungan juga dapat memengaruhi kelangsungan industri otomotif. Kebijakan yang tidak konsisten dapat menciptakan ketidakpastian bagi para investor dan produsen.
Secara keseluruhan, Indonesia sudah mampu memproduksi mobil dan motor, namun pengembangan industri otomotif dalam negeri masih menghadapi berbagai tantangan besar, terutama terkait dengan teknologi, infrastruktur, dan daya saing global. Untuk bisa bersaing lebih baik, diperlukan investasi besar dalam riset dan pengembangan, peningkatan infrastruktur, serta peningkatan kualitas produk agar dapat memenuhi standar internasional.
INDUSTRI OTOMOTIF DI INDONESIA
Industri otomotif di Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting, baik dari segi kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) maupun dari sisi penciptaan lapangan kerja. Indonesia menjadi pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara dan salah satu pasar mobil yang berkembang pesat di dunia. Beberapa aspek penting terkait industri otomotif di Indonesia antara lain:
1. Perkembangan Industri Otomotif di Indonesia
Industri otomotif Indonesia mulai berkembang pesat pada dekade 1970-an ketika pemerintah mulai memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung investasi di sektor ini. Dalam beberapa tahun terakhir, industri ini mengalami perubahan signifikan dengan masuknya perusahaan otomotif global yang mendirikan pabrik di Indonesia, serta peningkatan produksi lokal.
2. Pemain Utama
Beberapa produsen mobil besar, baik yang berasal dari Jepang, Korea Selatan, maupun Eropa, memiliki pabrik di Indonesia, di antaranya:
- Toyota: Salah satu produsen mobil terbesar di Indonesia, dengan model populer seperti Avanza, Innova, dan Fortuner.
- Honda: Selain mobil, Honda juga memproduksi sepeda motor di Indonesia. Model yang populer antara lain Brio dan HR-V.
- Daihatsu: Anak perusahaan Toyota yang juga memproduksi mobil dengan harga terjangkau, seperti Xenia dan Terios.
- Suzuki: Merek lain yang memiliki pabrik di Indonesia, dengan model seperti Ertiga dan XL7.
- Mitsubishi: Terkenal dengan kendaraan seperti Pajero dan Xpander yang laris di pasaran Indonesia.
- Nissan dan BMW juga memiliki pabrik perakitan dan jaringan distribusi yang kuat di Indonesia.
3. Pertumbuhan Pasar dan Produksi
Indonesia memiliki potensi pasar otomotif yang sangat besar karena jumlah penduduk yang besar (lebih dari 270 juta orang) dan kelas menengah yang terus berkembang. Selain itu, dengan kebijakan pemerintah yang mendukung industri otomotif, seperti program tax holiday dan pengurangan pajak untuk kendaraan ramah lingkungan, mendorong pertumbuhan pasar domestik.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pasar mobil Indonesia mengalami fluktuasi, tetapi tetap menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 1 juta unit mobil terjual setiap tahun. Tahun 2023, misalnya, penjualan mobil Indonesia diperkirakan akan melebihi angka tersebut meskipun sempat terpengaruh oleh pandemi.
4. Kendaraan Listrik (EV) dan Teknologi Ramah Lingkungan
Pemerintah Indonesia juga semakin fokus pada pengembangan kendaraan listrik (EV). Beberapa kebijakan seperti insentif pajak untuk kendaraan listrik dan pengembangan infrastruktur pengisian baterai mendukung arah industri otomotif yang lebih ramah lingkungan. Indonesia juga telah menjadi lokasi produksi baterai kendaraan listrik, dengan beberapa perusahaan global seperti LG Energy Solution dan CATL yang berinvestasi dalam pabrik baterai di Indonesia.
Beberapa produsen lokal dan global seperti Hyundai, Wuling, dan Toyota telah mulai memasarkan mobil listrik di Indonesia, dengan harapan pasar EV akan tumbuh signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
5. Infrastruktur dan Konektivitas
Untuk mendukung industri otomotif, Indonesia terus berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi. Selain itu, pemerintah mendorong pengembangan infrastruktur berbasis teknologi, seperti mobilitas berbasis aplikasi (ride-hailing services) yang semakin populer di kota-kota besar.
6. Tantangan yang Dihadapi
Beberapa tantangan yang dihadapi industri otomotif Indonesia antara lain:
- Kualitas jalan dan kemacetan di kota-kota besar yang dapat mengurangi efisiensi penggunaan kendaraan.
- Tantangan regulasi dan kebijakan yang dapat berubah dengan cepat, seperti kebijakan terkait emisi dan pengenaan pajak baru.
- Persaingan harga yang ketat antar produsen lokal dan asing, serta kemampuan daya beli masyarakat yang berfluktuasi.
7. Industri Komponen Otomotif
Industri komponen otomotif di Indonesia juga berkembang pesat. Berbagai perusahaan lokal dan global memproduksi komponen seperti mesin, transmisi, sistem pengereman, dan suku cadang lainnya. Beberapa perusahaan besar yang beroperasi di sektor ini adalah Astra Otoparts dan Denso.
8. Ekspor dan Investasi
Indonesia juga menjadi pusat ekspor kendaraan dan komponen otomotif, terutama ke negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan beberapa negara Afrika. Selain itu, sektor otomotif Indonesia juga menarik minat investasi asing, baik dalam bentuk pabrik perakitan mobil maupun investasi di sektor komponen.
9. Prospek Masa Depan
Industri otomotif Indonesia diprediksi akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan kelas menengah, peningkatan infrastruktur, serta transisi ke kendaraan ramah lingkungan. Dengan adanya kebijakan yang mendukung kendaraan listrik dan mobilitas berbasis teknologi, sektor otomotif di Indonesia berpotensi menjadi pasar yang semakin matang di masa depan.
Industri otomotif Indonesia memiliki prospek yang cerah meskipun menghadapi tantangan dari sisi regulasi, teknologi, dan daya beli. Dengan dukungan kebijakan pemerintah dan terus berkembangnya pasar domestik, Indonesia dapat menjadi pemain utama di pasar otomotif global, khususnya di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik. Moga bermanfaat***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H