Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik, seperti limbah pertanian, limbah hewan, dan sampah organik, oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Komponen utama biogas adalah metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), tetapi juga mengandung sejumlah kecil gas lain.
Biogas dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan, misalnya untuk menghasilkan listrik, pemanas, atau sebagai bahan bakar kendaraan. Penggunaan biogas membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengelola limbah secara lebih efisien. Proses produksi biogas biasanya dilakukan dalam fasilitas yang disebut digester anaerob.
Saat ini, terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan dan pemanfaatan biogas:yakni  (1) Infrastruktur yang Terbatas: Banyak daerah yang belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mengolah limbah menjadi biogas. (2)Biaya Awal yang Tinggi: Investasi awal untuk instalasi biogas seringkali tinggi, sehingga menjadi penghalang bagi petani atau usaha kecil. (3) Kurangnya Pengetahuan dan Edukasi: Banyak petani dan masyarakat yang belum memahami manfaat dan cara pengelolaan biogas secara efektif. (4) Variabilitas Bahan Baku: Ketersediaan bahan baku yang konsisten dan berkualitas dapat menjadi tantangan, terutama di daerah dengan musim tertentu. (5) Masalah Teknologi: Teknologi yang digunakan untuk produksi biogas mungkin belum optimal atau sulit diterapkan di lapangan. (6) Persaingan dengan Energi Lain: Biogas sering kali kalah bersaing dengan sumber energi konvensional yang lebih murah dan lebih mudah diakses. (7) Emisi Gas Rumah Kaca: Jika tidak dikelola dengan baik, sistem biogas dapat menghasilkan emisi metana yang berbahaya. Mengatasi masalah-masalah ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengembangan teknologi yang lebih efisien.
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PENGGUNAAN BIOGAS DI BEBERAPA NEGARAÂ
Dalam laporan pasar energi terbarukan IEA yang baru, untuk pertama kalinya Laporan itu memberikan perhatian khusus pada biogas. Produksi biogas mulai meningkat sejak tahun 1990-an dan terus tumbuh, namun dukungan kebijakan telah melonjak dalam dua tahun terakhir karena beberapa faktor. Pertama, masalah keamanan energi yang muncul akibat invasi Rusia ke Ukraina dan krisis energi yang mengikutinya menjadikan biogas sebagai sumber energi domestik yang dapat mengurangi ketergantungan pada impor gas alam, serta meningkatkan keamanan energi di banyak negara.
Kedua, dengan semakin mendesaknya kebutuhan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5C, negara-negara mulai melihat biogas sebagai solusi praktis untuk mempercepat dekarbonisasi dalam waktu dekat. Ini mendorong pengembangan kebijakan yang menjadikan biogas sebagai bagian utama dari strategi transisi energi mereka.
Selain sebagai sumber energi domestik yang bersih, biogas (termasuk biometana) juga menawarkan manfaat tambahan. Biometana, misalnya, dapat digunakan untuk mendekarbonisasi sektor-sektor yang sulit dialiri listrik, seperti transportasi dan industri. Penggunaan biogas dan biometana tidak hanya menurunkan emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil, tetapi juga, jika dikelola dengan baik, dapat mengurangi emisi metana dari sektor limbah dan pertanian/peternakan, yang menyumbang 60% emisi metana antropogenik global. Keuntungan ini sejalan dengan tujuan pengurangan emisi dari Global Methane Pledge yang diluncurkan pada tahun 2021 dan telah ditandatangani oleh 155 negara hingga Januari 2024.
Dengan demikian, pemanfaatan biogas dan biometana berkontribusi pada pembangunan ekonomi sirkular yang memanfaatkan residu dan limbah, mendukung perkembangan ekonomi pedesaan, serta menciptakan lapangan kerja. Selain itu, produksi pupuk alami sebagai hasil sampingan dari proses ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan membantu memulihkan kesehatan tanah, mengurangi dampak negatif yang terkait dengan penggunaan pupuk kandang yang tidak diolah. Biogas juga bisa dimanfaatkan untuk memasak secara bersih di negara-negara berkembang.
Di Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya disebut "Tiongkok"), sistem digester rumah tangga telah dikembangkan selama beberapa dekade untuk menyediakan energi bersih bagi memasak dan kebutuhan rumah tangga di daerah pedesaan, menghasilkan sekitar 300.000 TJ biogas per tahun. Berkat dukungan investasi dari Proyek Utang Negara Biogas Rumah Tangga Pedesaan yang dimulai pada 2003, hampir 42 juta digester telah dipasang pada tahun 2015. Namun, pada tahun yang sama, kebijakan pemerintah mulai beralih ke pabrik rekayasa untuk produksi panas dan listrik gabungan, dengan dukungan modal dan tarif feed-in.
Sejak 2019, pemerintah Tiongkok telah mengarahkan industri biogas menuju transisi, dengan investasi dalam proyek gas bio-alam (BNG, biometana) berskala besar (>10 mcm/tahun). Pabrik-pabrik ini direncanakan akan memanfaatkan limbah dari pedesaan dan perkotaan secara terintegrasi untuk menghasilkan listrik dan gas yang akan disuntikkan ke jaringan.