Mohon tunggu...
I Nyoman Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Kimia Undiksha - Hoby menanam anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tia Rahmania, PDIP dan Satyam Eva Jayate

3 Oktober 2024   14:01 Diperbarui: 3 Oktober 2024   23:22 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tia Rahmania (Sumber; panggungpolitik) 

Berita hangat tentang pemecatan Tia Rahmania dari PDIP ,  sehingga dia gagal menjadi anggota  DPR RI, kontroversinya meruak, karena,  Keputusan ini diambil sehari setelah Tia memberikan kritik tajam kepada pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nurul Ghufron, dalam acara pemantapan nilai-nilai kebangsaan untuk calon anggota DPR dan DPD terpilih yang diselenggarakan oleh KPU bekerja sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada Minggu (22/9/2024). 

Lalu,    diskursus melebar atas kejadian itu,  antara lain : (1) suara rakyat tidak penting, partai dominan membuang  pilihan rakyat, lalu dimana  konsepsi Vox Populi Vox Dei- suara rakyat adalah suara Tuhan?, Disini seakan -- anggota partai yang kritis yang menjadi ciri khas PDIP, sekan dianulir dengan kejadian ini, dengan berbagai alasannya, yang seolah-olah benar namun kerap bukan hal yang sebenarnya.  (2) Partai seakan -akan tidak memberikan kreativitas bagi kader yang vokal untuk menyuarakan kebenaran. 

Kini, Tia Rahmania, pun berjuang melawan partainya yang memecatnya , untuk memperjuangan kebenaran, Uniknya dia mengutip pelajaran dari Ibu Megawati dengan pesan Satyam Eva Jayate,   tema yang diusung ketika HUT PDIP ke 51, atas pemecatan Tia Rahmadani, kebenaran pasti akan  menemukan jalannya sendiri. Atas pemecatan diri pada kasus, yang belum tentu benar. Seperti  https://www.youtube.com/watch?v=scGieC1V48E.

 PDIP saat ini memang terus diuji, atas tema hari ulang tahun ke 51 itu, atas  kadernya yang dia pecat karena  Tia Rahmadani,  menempuh jalur hukum. 

Seperti yang dikatakan Sekjen PDIP, Hasto juga percaya bahwa slogan "Satyam Eva Jayate" selalu relevan dengan tantangan yang dihadapi di era sekarang. Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, menambahkan bahwa tema HUT ke-51 PDIP, yaitu "Satyam Eva Jayate, Kebenaran Pasti Menang," bukanlah sekadar tema yang bersifat sementara atau hanya terkait dengan situasi tertentu. Menurutnya, tema "Satyam Eva Jayate" merupakan keyakinan politik yang selalu dijunjung tinggi oleh Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, dalam setiap langkah perjuangan politik partai. (https://www.liputan6.com/news/read/5500317/pdip-beberkan-makna-tema-hut-ke-51-satyam-eva-jayate?page=2)

Pertanyaan adalah, bagaimana kasus ini ke depan? Intinya adalah mencari kebenaran tidaklah mudah, berliku dan terjal, Tia Rahmania, sosok Wanita yang kini lagi trending, karena keberaniannya untuk bertanya dan komentarnya atas ' wakil ketua KPK. Namun keberanian itu, membawa batal dilantik. Namun PDIP berdalih bahwa Tia  Rahmania dipecat karena penggelembungan suara, benarkah?  Biarkan pengadilan yang mengungkapkannya. 

Di terminal itu, "Lika-liku memperjuangkan kebenaran" menggambarkan perjalanan yang penuh tantangan dan rintangan dalam usaha mencapai keadilan dan kebenaran. Terkadang, perjuangan ini melibatkan pengorbanan, ketekunan, dan keberanian untuk menghadapi berbagai konflik dan kesulitan.

Sahabat terdekat kebenaran adalah waktu, sedangkan musuh terbesarnya adalah prasangka, dan pendamping setianya adalah kerendahan hati. Kebenaran tidak memerlukan pembenaran dari siapapun; ia berdiri tegak dengan sendirinya. Meskipun mungkin tersembunyi, pada waktunya kebenaran akan muncul kembali. Kebenaran tidak perlu bersembunyi. "Kesalahan terbesar yang dilakukan manusia adalah ketidakmampuan untuk melihat kebenaran dari perspektif orang lain."

Dalam prosesnya, seseorang mungkin menghadapi berbagai tantangan, baik dari pihak luar maupun dari dalam diri sendiri. Namun, tekad untuk mengungkap kebenaran sering kali menjadi pendorong utama. Di sisi lain, perjuangan ini juga bisa membawa perubahan positif, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat.

Satyam Eva Jayate ,  Apa itu dari dari mana asal usulnya.? 

Satyam Eva Jayate" adalah frasa dalam bahasa Sansekerta yang berarti "Hanya kebenaran yang akan menang." Kalimat ini berasal dari teks kuno "Mundaka Upanishad" dan sering digunakan untuk menekankan pentingnya kebenaran dalam kehidupan.

Upanisad adalah teks filosofis dalam tradisi Hindu yang membahas berbagai konsep spiritual dan metafisik. Kata "Upanisad" sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "duduk di dekat," yang mencerminkan hubungan antara guru dan murid dalam proses pembelajaran.

Frasa Satyam Eva Jayate ini menggambarkan keyakinan bahwa kebenaran, meskipun terkadang menghadapi banyak rintangan, pada akhirnya akan muncul sebagai pemenang. Dalam konteks sosial dan politik, ungkapan ini sering dijadikan prinsip moral yang menekankan kejujuran, integritas, dan keberanian dalam memperjuangkan kebenaran.

Kalimat ini juga digunakan sebagai motto negara India, mencerminkan komitmen untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 

Satyameva Jayate (yang berarti 'Kebenaran saja yang menang') adalah bagian dari mantra dalam kitab suci Hindu, Mundaka Upanishad. Setelah kemerdekaan India, ungkapan ini diadopsi sebagai motto nasional India pada 26 Januari 1950, hari ketika India menjadi republik. Ungkapan ini terukir dalam skrip Devanagari di dasar Lion Capital of Ashoka dan merupakan bagian integral dari lambang nasional India. Lambang tersebut dan kata-kata "Satyameva Jayate" terukir di satu sisi semua mata uang India dan dokumen nasional.

Asal usul moto tersebut adalah mantra 3.1.6 dari Mundaka Upanishad. Apa yang dimaksud dengan Mundaka Upanisad? 

satyameva jayate nnta
satyena panth vitato devayna
yenkramantyayo hyptakm
yatra tat satyasya parama nidhnam[

Artinya :

Hanya kebenaran yang menang; bukan kebohongan.
Melalui kebenaran, jalan ilahi terbentang
di mana para bijak yang keinginannya telah sepenuhnya terpenuhi,
mencapai tempat di mana harta agung Kebenaran berada.

Kembali apa sih yang disebut Mundaka Upanishad 

Mundaka Upanishad, Muakopaniad) adalah teks Veda kuno dalam bahasa Sansekerta, yang termasuk dalam Atharva Veda. Ini merupakan Upanishad Mukhya (utama), dan terdaftar sebagai nomor 5 dalam kanon Muktika yang terdiri dari 108 Upanishad dalam Hindu. Mundaka Upanishad adalah salah satu Upanishad yang paling banyak diterjemahkan.

Teks ini disajikan sebagai dialog antara bijak Saunaka dan bijak Angiras. Mundaka Upanishad ditulis dalam bentuk puisi dengan 64 bait, yang ditulis dalam bentuk mantra. Namun, mantra ini tidak digunakan dalam ritual, melainkan digunakan untuk pengajaran dan meditasi tentang pengetahuan spiritual.

Mundaka Upanishad terdiri dari tiga Mundakam (bagian), masing-masing dengan dua khandas (seksyen). Mundakayam pertama, menurut Roger, mendefinisikan ilmu "Pengetahuan Tinggi" dan "Pengetahuan Rendah", dan kemudian menyatakan bahwa tindakan persembahan dan pemberian suci adalah sia-sia, dan tidak mengurangi ketidakbahagiaan dalam kehidupan sekarang atau yang akan datang, melainkan pengetahuan yang membebaskan. Mundakam kedua menggambarkan sifat Brahman, Diri, hubungan antara dunia empiris dan Brahman, serta jalan untuk mengenal Brahman. Mundaka ketiga mengembangkan ide-ide dalam Mundakam kedua dan kemudian menyatakan bahwa keadaan mengetahui Brahman adalah keadaan kebebasan, tanpa rasa takut, pembebasan total, kemandirian, dan kebahagiaan.

Beberapa cendekiawan menyarankan bahwa bagian-bagian dalam Mundaka Upanishad menyajikan teori panteisme.

Dalam beberapa literatur dan komentar India sejarah, Mundaka Upanishad termasuk dalam kanon beberapa Upanishad yang terstruktur dalam bentuk bait yang secara kolektif disebut "Mantra Upanishad" atau "Mantropanishad"

Lalu, bagaimana nasib Tia Rahmania dalam mencari kebenaran? Siapa yang bersalah dan siapa yang benar, itu selalu diikuti  kebenaran untuk mendapatkannya diperlukan usaha.  Saya kutipan kata bijak dalam bahasa Inggris" No one has the ability to do something perfectly. But each person is given a lot of opportunities to do something right.- Tidak seorangpun punya kemampuan untuk melakukan sesuatu yang sempurna. Tapi setiap orang diberi banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang benar. Moga bermanfaat ****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun