MORFOLOGI PENJOR.
Penjor adalah tiang hias yang biasanya terbuat dari bambu, yang dihiasi dengan berbagai ornamen, seperti daun kelapa, bunga, dan buah-buahan. Penjor sering dipasang pada hari-hari besar keagamaan, terutama dalam perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali, Indonesia. Penjor melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan juga sebagai simbol keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual. Selain itu, penjor juga menjadi bagian penting dari tradisi dan budaya Bali yang kaya.
Penjor merupakan salah satu elemen budaya yang berperan penting dalam ritual keagamaan Hindu. Dalam ajaran Hindu di Bali, penjor dianggap sebagai bentuk persembahan atau ungkapan terima kasih kepada bumi yang telah memberikan kehidupan dan kesejahteraan kepada manusia (Sony Pratama, 2006). Kehadiran penjor dalam setiap ritual membuat acara tersebut lebih meriah, terutama karena ada anjuran dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang menyatakan bahwa penjor adalah komponen penting dalam perayaan Hari Raya Galungan-Kuningan. Seiring waktu, penjor telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Bali, namun maknanya mulai berubah di kalangan generasi muda yang tidak sepenuhnya memahami arti sebenarnya dari penjor (Studi et al., 2016).
Keindahan penjor terlihat dari hiasan-hiasannya yang artistik, menjadikannya terlihat indah dan berharga. Meski penjor menarik perhatian umat lain sebagai aksesoris dalam ritual, banyak umat Hindu yang belum sepenuhnya memahami makna penjor dalam konteks Galungan-Kuningan. Banyak di antara mereka yang membuat penjor hanya berdasarkan tradisi, tanpa memahami aspek filosofi dan etika yang terkandung di dalamnya. Secara umum, tidak ada perbedaan signifikan antara praktik Hindu di Bali dan Lombok. Umat Hindu di Lombok umumnya merupakan keturunan imigran dari Bali, sehingga ritual keagamaan di Lombok sangat dipengaruhi oleh tradisi Bali. Dalam menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Lombok juga membuat penjor sebagai simbol perayaan yang sakral (Pradnyanitasari, 2019).
Jenis PenjorÂ
Secara umum, terdapat dua jenis penjor, yaitu penjor upacara dan penjor hias, yang sama seperti di Bali pada umumnya. Penjor upacara digunakan dalam ritual keagamaan Hindu, khususnya pada Dewa Yadnya, seperti saat perayaan Galungan-Kuningan dan piodalan di pura, dan dapat dikenali dari isi penjor tersebut. Sementara itu, penjor hias dibuat untuk kegiatan Manusa Yadnya, seperti pernikahan, upacara potong gigi, dan acara resmi seperti penyambutan tamu dalam suatu kegiatan tertentu. Penjor berfungsi sebagai wujud fisik dari ungkapan rasa syukur umat Hindu atas segala anugerah yang diterima. Unsur-unsur penjor memiliki simbolisme, seperti yang tercantum dalam lontar Tutur Dewi Tapini:
- Bambu sebagai simbol kekuatan Hyang Brahma.
- Bambu yang tinggi melambangkan tempat yang tinggi, simbol gunung atau giri.
- Kain putih melambangkan kekuatan Hyang Iswara.
- Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
- Janur melambangkan kekuatan Hyang Mahadewa.