Mohon tunggu...
Pena_Angkasa
Pena_Angkasa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

membaca/ intropert

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Terindah Hari Itu

3 Mei 2023   17:42 Diperbarui: 3 Mei 2023   17:50 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Namun dengan satu syarat, kamu harus menikahi anak teman papah, papah punya hutang pada keluarganya dan ia ingin menikahi kamu, papah tak bisa menolaknya. Ia pun setuju kalau kamu beragama Islam." Lanjut ayahnya.

"Tapi, Pah "Sakura berusaha untuk menolak.

" Tak ada tapi-tapi, kalau kamu tetap mau berpindah agama, kamu harus bersedia menikahinya. Tak ada pilihan lain." Ayahnya enggan mendengar alasan apapun yang akan dikatakan Sakura.

Sakura terbaring di atas kasur sambil merenung, ia bingung apa yang harus dilakukannya. Ia tak bersedia jika harus menikahi seorang Kristen. Dalam harapannya, ia menikah dengan laki-laki yang bisa menjadi imam salat untuknya.

"Tring" ponselnya berdering tanda notifikasi masuk. Setelah terbuka, ternyata notifikasi dari chanel Sagha Pratama, ia melakukan siaran langsung, bercerita tentang kisah Rasulullah dengan Khodijah.

" Seperti ini imam yang kudambakan, apakah ia adalah jalan keluarku? Apakah boleh aku mengungkapkan rasaku padanya seperti ibunda  Khadijah kepada Rasulullah? Mungkin aku harus tanya pendapat Ainun" pikir Sakura.

Belum sempat ia menghubunginya, Ainun mengirimkan pesan padanya, sebuah foto laki-laki yang tak terlihat asing terkirim padanya.

"  Ia Sagha Pratama, sekampus dengan kamu, tapi aku tak yakin sih kamu kenal dia. Aku mengaguminya, aku akan bertaaruf denganya lewat temanku, doain yah teman baiku " pesan dari Ainun diakhiri dengan emoji terenyum manis.

Dada sakura sesak membaca pesan ini, ia menyukai laki-laki yang disukai temannya."Aku harus mundur sebelum maju, tak mungkin ku bersaing dengannya, ia jauh lebih baik dari aku" pikir Sakura.

" Wah, iya aku pasti doain yang terbaik" balas Sakura.

"Pah, Sakura menyayangi papah dan mamah, Sakura memutuskan untuk pergi dulu dari rumah ini, Sakura tak ingin berdebat dengan papah, Islam mengajarkanku untuk tak mengangkat suara di depan papah, Islam mengajarkanku untuk selalu berbakti, papah jangan khawatir, Sakura akan jaga diri diluar sana. Untuk permintaan papah, biarkan Sakura tuk memikirkanya dulu." Tulis Sakura dalam sebuah kertas yang diletakan diatas kasurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun