Mohon tunggu...
N Syaifudin
N Syaifudin Mohon Tunggu... Atlet - Periset ekonomi

Periset ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Lesu di Tahun 2024, Tantangan Berat untuk Semua Kalangan

16 Oktober 2024   15:46 Diperbarui: 16 Oktober 2024   16:36 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah penjualan mobil januari 2023 - juni 2024/dokpri

Tahun 2024 terasa berat bagi banyak orang di Indonesia. Pertanyaan yang banyak dari kita mungkin renungkan: "Kamu berasa enggak sih, ekonomi tahun ini lesu banget?"

Bagi sebagian besar masyarakat, jawaban atas pertanyaan ini sudah jelas. Daya beli yang terus merosot, lapangan pekerjaan yang makin sedikit, dan banyaknya perusahaan yang gulung tikar, menjadi realitas yang sulit untuk dihindari. 

PHK terjadi di mana-mana, saldo tabungan terus tergerus, dan sektor-sektor penting, seperti tekstil, mengalami krisis. Fenomena ini tidak hanya menimpa kalangan bawah, tetapi juga mulai merambat ke kelas menengah, yang kini merasa terancam turun kelas.

Tabungan Masyarakat yang Tergerus

Berdasarkan laporan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rata-rata saldo tabungan masyarakat Indonesia telah menurun drastis dalam lima tahun terakhir. Jika pada 2019 saldo tabungan rata-rata mencapai Rp3 juta, kini hanya tersisa Rp1,8 juta per April 2024---penurunan sekitar 40%. Kondisi ini menjadi cermin nyata dari kesulitan yang dialami oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Mereka terpaksa menggunakan tabungan yang seharusnya digunakan untuk cadangan masa depan, hanya untuk bertahan hidup di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit.

PHK Massal dan Lonjakan Pengangguran

Krisis ini tidak hanya tercermin dari saldo tabungan, tetapi juga dari tingginya angka pengangguran yang semakin mengkhawatirkan. Jakarta, sebagai pusat ekonomi nasional, mengalami peningkatan angka pengangguran hingga 1.000%. 

Di daerah seperti Bangka Belitung, angka ini bahkan mencapai 4.000%. Angka-angka ini mencengangkan dan menggambarkan betapa seriusnya dampak dari perlambatan ekonomi yang terjadi. 

Sayangnya, angka ini belum termasuk pekerja sektor informal seperti pengemudi ojek online dan pekerja lepas yang juga terjebak dalam kesulitan, tetapi tidak tercatat secara resmi oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun