Terdapat limpahan informasi yang menarik dan meluap-luap di internet. Namun, kita sama-sama tahu bahwa tidak semuanya akurat dan bermanfaat.
Karena itu, setiap anak perlu latihan berpikir kritis dan mengetahui bahwa tidak semua informasi dapat ia percayai.
Ajari mereka untuk memahami suatu ide secara komperhensif, merenungkan, dan mencari informasi tambahan dari sumber yang kredibel, sebelum mempercayai atau memberi reaksi.
4. Menjaga privasi
Media sosial dan berbagai platform daring, sering kali meminta kita untuk mengetik informasi dan data diri secara lengkap. Belum lagi, perkara unggah foto, riwayat hidup, hingga aktivitas sehari-hari.
Padahal, meski like dan komentar membanjiri, perhatian dari warganet begitu mudah teralihkan. At the end of the day, kita hanya menjadi sebutir gogrokan peyek di antara remah-remah rengginang dan serpihan wafer.
Malahan, ketika foto dan data itu tersebar, tanpa sadar kita telah kehilangan privasi, dan bisa jadi, suatu hari menyesal apa-apa yang kita unggah di ruang publik.
Belum lagi, informasi yang kita berikan dapat memancing berbagai tindak kejahatan. Jadi, peringatkan anak-anak sebelum terlambat ya, Ibu dan Bapak.
5. Diskusi dan negosiasi
Anak-anak perlu belajar mengambil keputusan. Namun, mereka juga harus berlatih mendengar dan mengutarakan pendapat.
Apabila mereka ingin menonton suatu film, memilih game, mencoba suatu aplikasi, atau menambah screen time, cobalah membangun diskursus dan negosiasi.
Kondisikan pertukaran pendapat antara anak dan orang tua. Sehingga, ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak, dapat saling memaklumi dan memahami persepsi masing-masing, terkait pemakaian gawai.
***