Cegah anak kecanduan gawai, dengan menanamkan 5 skill penting di abad ke-21. Seperti apa? Yuk, belajar dari Steve Jobs, Bill Gates, dan technogeek lainnya!
***
Bersamaan dengan pandemik COVID-19, orang tua generasi alfa [1] harus menghadapi tantangan yang memusingkan. Ketika tagar #dirumahaja berseliweran, kita sama-sama harus muter otak untuk menjaga kewarasan, sambil sekuat tenaga mencegah anak kecanduan gawai.
Hm, tunggu. Apakah istilah "kecanduan" jadi terlalu berlebihan dan konservatif? Tidak juga.
Karena, di balik kemudahan teknologi yang kita terima, terdapat pusaran bisnis yang tengah berlomba-lomba untuk memengaruhi dan menarik perhatian para penggunanya [2].
Ya ... kita sepakat, teknologi jadi makin pervasif dan persuasif. Dengan kata lain, memang sengaja didesain untuk membuat kita kecanduan, hingga sulit melepaskan gawai [3].
Dan, kemajuan yang pesat ini, cepat atau lambat, dapat membentuk 4 tipe manusia di masa depan:
- Satu, orang-orang yang terbawa arus teknologi. Tanpa sadar, membiarkan teknologi memengaruhi preferensi, konsumsi, hingga persepsi mereka.
- Dua, orang-orang yang merayakan perkembangan teknologi, dan menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik sosial maupun finansial.
- Tiga, orang-orang yang menjalani hidup dengan prinsip yang kuat, dan secara sadar "tidak terdistraksi". Sehingga, mereka hanya memanfaatkan teknologi untuk memudahkan sebagian aktivitas, sesuai kepentingan dan kebutuhan.
- Empat, orang-orang yang berkiprah dan turut serta mengembangkan teknologi, dengan segala kebaikan dan ketidakbaikan yang menyertainya. Sebut saja, mas-mas dan mbak-mbak technogeek di Silicon Valley.
Gambaran kasarnya kira-kira begitu.
Jadi, kalau kita abai dan kurang hati-hati, generasi alfa berisiko jadi golongan satu, yaitu konsumen bingung yang mudah terpesona, dan menclok sana-sini. Kalau pakai istilah jadul sih "korban iklan".
Akibatnya, FOMO (fear of missing out), jadi gaya hidup sehari-hari, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik, finansial, hingga mental.