(2) Mim Yudiarto, yang serupa mesin penenun puisi. Beliau begitu konsisten dalam berkarya, dengan landasan kecintaan entah kepada apa. Saya terpukau, setiap hari, Tuan Mim mampu menghasilkan karya fiksi yang memiliki nyawa dan tidak pernah absen menguarkan makna.Â
Serius, di antara seluruh puisi yang lahir pada kanal Fiksiana, karya Tuan Mim selalu ingin saya letakkan di kolom artikel utama. Xixixi~
(3) Lilik Fatimah Azzahra, ibu yang suka membaca dan menulis. Tidak perlu penjelasan panjang, tentu barisan penggemarnya sudah paham betapa karya beliau memiliki pesona dan persona yang layak disegani. "Kakak pertama", menjadi panggilan sayang dari saya padanya.Â
Kendati beliau memiliki kelembutan tutur kata, fiksi besutannya selalu mengandung hentakan dan kekuatan.
(4) Hennie Engglina, yang selalu bersemangat berbagi manfaat. Saya menyukai ulasan-ulasannya yang penuh kesungguhan dan kejujuran. Beliau juga tergolong manusia yang mencintai kejernihan, setia kawan, dan adil sejak dalam pikiran.Â
Bu Hennie memiliki kualitas yang mahal secara personal, dan itu direfleksikan dalam karya-karya yang kerap menyentuh sanubari pembaca.
(5) Desol, kami baru saja berkawan. Pembawaannya yang kadang santai, kadang tegas, kadang elegan, dan kadang berburai, memiliki magis yang mampu menjerat siapa saja. Dan, saya baru tahu, bahwa dia memang legenda.
Lebih dari memproduksi karya fiksi berkualitas, Nyonya Desol juga mampu membidani penulis-penulis lain yang berpotensi melahirkan karya-karya yang menakjubkan.Â
Aih, Nyonya ini mengagumkan.
#6
Sepertinya, tulisan ini menjadi terlalu panjang. Kalau begitu, saya akan masuk pada segmen duka dan harapan. Ya, karena saya kurang pandai memberi kritik dan saran. Xixixi~