"Tidak terlalu baik, Angin. Di usiaku yang telah senja seperti langit, aku masih menyimpan kecemburuan mendalam yang butuh penuntasan."
"Kepada siapa, Puan?"
"Kepadamu, Angin."
Angin menggelayuti ranting, tubuhnya yang ringan tidak putuh penopang kokoh. Dia terlihat sedih. "Apa yang kamu inginkan dariku?"
"Aku tidak butuh apa-apa darimu. Aku ingin jadi sepertimu. Terbang bebas dan lepas. Membelai Bujang hingga tertidur pulas. Menenangkan Bujang ketika hujan deras. Membantu Bujang menerbangkan pesawat kertas."
"Apa itu sebabnya kamu ingin menjaring awan? Kalau begitu, aku akan membantumu. Aku akan meminta awan turun kemari, agar mudah kau raih."
Wajahku seketika cerah seperti bocah. "Baiklah, terima kasih, Angin. Kamu lebih baik dari yang kukira."
"Kamu kira aku sejahat apa?"
Aku tertunduk malu. Sementara angin telah beringsut menuju langit, meliuk indah bak balerina yang menari di atas awan.
Aku terpukau, dan semakin cemburu.
Beberapa saat aku menunggu, sekelompok awan berduyun-duyun menghampiriku. Halus, dan dingin...