"Lalu, siapa kamu? Dan, siapa Larisa?"
"Kamu tidak perlu tahu nama asliku. Kode namaku Nebula. Sebut saja N. En. Larisa, kode nama rekan kerjaku, dia yang telah menjadi sosok Elfat. Sementara Aquila, saat ini menjaga markas Bulan Sabit Perak, sekaligus mengawasi rumah karantina. Dia pemrogram andalan kami. Dan, masih ada beberapa orang lagi yang belum kuingat. "
"Kalian menggunakan nama-nama astronomi?"
Aku tersenyum. Mengagumi analisis Geni. "Kamu tahu?"
"Ya, Baron tergila-gila dengan benda langit. Aku sering mendengar racauannya hingga tengah malam. Larisa, satelit Neptunus, dan Aquila, rasi bintang di dekat ekuator."
Aku menatap Geni dengan penuh kecemasan. "Aku harap kamu mau membantuku setelah mendengar semua ini."
Geni menutup muka, tampak berpikir keras. Ekspresinya kusut, kebingungan.
"Agenda terdekat, kita harus menemukan mereka. Sialnya, setiap kali aku bergabung, Lily selalu berupaya menyingkirkanku. Aku tidak paham, apa yang terjadi dengan program di pikirannya."
Belum sempat Geni menjawab, aku merebut telepon genggam di tangannya. "Sekarang, biarkan aku pergi."
Aku bergegas menuju pintu belakang, berusaha menghubungi Aquila. Tak bersambut.
Sementara di tepi jalan, sebuah mobil terpakir. Daisy menungguku dengan wajah gusar.