Aku meraih vas. Tujuh mawar merah yang mulai menghitam, aku ganti dengan lima tangkai lili calla putih.
Nyonya tidak menjawab, larut dalam senyap. Di tepi jendela, matanya yang sembab berkelana entah ke mana. Muram, aroma rindu yang semerbak memenuhi atmosfer kamar. Â
Aku termenung.
Ke mana perginya wajah segar penuh kepuasan itu? Jadi, aku benar-benar hanya bermimpi?
Belum sempat aku menanyakan kabar Nyonya lebih lanjut, terdengar dentang bel berkali-kali.
Ada tamu, aku bergegas menuju pintu depan.
"Nyonya ada?" Perempuan cantik yang memancarkan aura magis berdiri di depan pintu.
Bah, dia lagi! Sosok Elfat yang semalam menjadi salah satu peran utama dunia mistis, kini hadir utuh di hadapanku.
"Elfat." Aku bergumam.
"Hm, Elfat? Siapa?" Tanya perempuan itu dengan wajah bingung.
Eh. Aku gelagapan.