Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

7 Cerita Menarik dari Pendaftar CPNS 2018, Kebanyakan Bikin "Gemas"

4 Oktober 2018   06:53 Diperbarui: 5 Oktober 2018   11:20 4122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah besar warga negara Indonesia usia produktif tengah meramaikan hajatan negara. Konon, ASN masih menjadi pekerjaan idaman bagi calon mertua. 

Tak heran, sejak dibuka pada tanggal 26 September 2018 lalu, situs SSCN BKN terus sibuk diserbu pengunjung. Calon PNS pun harus rela begadang atau bangun dini hari demi kelancaran koneksi ketika mengisi formulir, serta mengunggah beragam dokumen.

Maka, untuk menjaga marwah dalam menanggapi keluh kesah CPNS yang ketar-ketir, BKN meningkatkan kapasitas server dan mengundur tenggat waktu pendaftaran. 

Dari tanggal 10 Oktober 2018, kini menjadi 15 Oktober 2018. Sayangnya, perubahan tanggal tersebut belum tentu berpengaruh pada batas akhir pendaftaran dari instansi.

Yang seru, sejak moratorium usai di tahun 2017, perhelatan CPNS ini cukup menarik untuk jadi tontonan. Bukan hanya soal membludaknya peserta, namun juga kebangkitan hal-hal unik, lucu, dan dramatis. 

Apa saja? Berikut ini serangkaian kasak-kusuk pendaftaran CPNS 2018 yang menarik untuk disimak:

1. Kelahiran grup WA dan Telegram CPNS 2018
Naluri manusia sebagai makhluk yang enggan sendiri, mendukung adanya silaturahim untuk melangsungkan simbiosis mutualisme. Bagi CPNS generasi milenial, pembuatan grup WA dan Telegram menjadi koentjinja.

Mulai dari grup daring per instansi dan per daerah, grup khusus rekap formasi, khusus pembahasan soal, khusus bertanya perkara berkas, hingga grup gado-gado. 

Khusus yang terakhir ini, bukan grup kuliner, melainkan grup random yang anggotanya bisa bertanya soal CPNS 2018, sembari seru-seruan berteman, atau bahkan ketemu gebetan.

Dalam grup gado-gado, selama masih menjunjung tinggi moral dan kebaikan universal, anggota grup dipersilakan hadir penuh dan eksis menjadi diri sendiri. 

Setiap orang dapat saling menyemangati dengan tulus dan berinteraksi secara personal. Be real, keep humble. Setidaknya, jika kelak ada yang kurang beruntung mendapatkan NIP, mereka akan mendapat teman baru yang baik hati. Uwuwu~

Tapi, yang kurang lengkap tanpa yin. Sebagai antitesis, ada pula sederet "bandar-bandar" a.k.a admin yang menggarap "proyek" pembuatan grup WA ini dengan sangat serius. 

Kontras dengan grup gado-gado, dalam grup WA semacam ini admin bersifat tegas, memiliki peraturan ketat, dan anti-OOT. Tawa canda antarpeserta dianggap spam dan harus siap di-kick. Positifnya, informasi CPNS tidak akan tenggelam oleh candaan yang kurang penting.

Jadi, kalau kamu mau masuk grup CPNS, pilih yang sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan kamu. Kalau tidak cocok, tinggal left dan buat grup sendiri. Tapi, kalau berniat usil dengan sedikit drama, seru juga sih. Xixixi~

2. Muncul pertanyaan, "Kenapa disebut CPNS, bukan CASN?"
Bukankah istilah PNS (Pegawai Negeri Sipil) telah diganti menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara)? Tapi, kok masih disebut CPNS 2018? Saya pun sempat mempertanyakan hal ini dan mendapat jawaban di grup WA gado-gado. Seorang anggota grup mengunggah UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Pasal 6 menyebutkan bahwa pegawai ASN terdiri dari PNS dan PPPK. Dalam Pasal 7, dijelaskan bahwa PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. 

Sementara itu, PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang tentang ASN.

Mudahnya begini. Seluruh PNS merupakan ASN, tetapi ASN belum tentu seorang PNS. Nah, hajatan besar ini memang bertujuan mengincar NIP nasional yang dimiliki oleh PNS. Itulah sebabnya perhelatan ini disebut Seleksi CPNS Nasional 2018.

3. Isu yang menyebabkan huru-hara sebelum waktunya
Sebelum pendaftaran dibuka, pejuang CPNS sudah gempar dan rusuh dengan syarat dokumen yang memancing perdebatan. Pada tanggal 13 September 2018, admin twitter @kemenristekdikti menyebutkan bahwa bukti akreditasi harus dilegalisir, oleh BAN PT yang berlokasi di Thamrin, Jakarta Pusat.

Screenshoot Twitter @Kemenristekdikti
Screenshoot Twitter @Kemenristekdikti
Sontak, pernyataan ini memancing reaksi keras, karena dinilai menyulitkan peserta yang berada di luar Kota Jakarta, bahkan luar Pulau Jawa. Pernyataan inipun diralat pada tanggal 17 September 2018, "Sertifikat akreditasi lebih baik di legalisir dari kampus atau BAN PT". 

Kendati demikian, beberapa kampus menolak memberi legalisir, karena legalisir harus berasal dari instansi yang mengeluarkan dokumen.

Screenshoot Twitter @Kemenristekdikti
Screenshoot Twitter @Kemenristekdikti
Persyaratan ini membuat kantor BAN PT diserbu oleh pejuang CPNS dari berbagai kota, bahkan sebelum pendaftaran di SSCN BKN dibuka.

Syukurlah, per tanggal 19 September 2018, ketika seluruh instansi mulai mengeluarkan pengumuman rekrutmen, diketahui bahwa hanya sebagian instansi yang membutuhkan legalisir bukti akreditasi. Jadi, bagi pendaftar instansi lain, bisa bernafas lega.

Kalaupun butuh legalisir, pejuang CPNS bisa titip ke teman yang berdomisili di Jakarta. Ya, itulah pentingnya memiliki teman dari berbagai penjuru nusantara, ye kan? Maka, baik-baik sama anggota grup WA kamu, my lov~

4. Kegalauan memilih formasi
Berdasarkan informasi yang tercantum pada situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia tertanggal 07/09/18, Seleksi Nasional CPNS 2018 terbuka untuk 238.015 formasi, yang terdiri dari 51.271 instansi pusat (76 kementerian/lembaga) dan 186.744 (525 instansi daerah).

Nah, sekian banyak slot ini rupanya menimbulkan gelombang kegalauan di antara pejuang CPNS. Mau pilih formasi apa, ya? Karena, sesuai fokus pembangunan, formasi untuk tenaga pendidik, tenaga kesehatan, dan infrastruktur jelas melimpah. 

Namun, untuk beberapa jurusan, mulai dari yang agak unik seperti Teknik Pengolahan Kulit dan Entomologi, hingga yang familiar seperti Teknik Industri dan Desain Interior, mendapatkan ruang yang terbilang sedikit, bahkan tidak ada.

Sementara itu, pejuang dari jurusan pendidikan, kedokteran, apoteker, teknik sipil, dan jurusan lain yang memperoleh kesempatan luas, ikut galau juga menentukan ambil formasi instansi daerah atau pusat. 

Ya, saking banyaknya. Belum lagi, pada situs SSCN, mereka dapat melihat kuota penerimaan dibandingkan jumlah pendaftar. Kawal terooos!

Tapi ... ada baiknya, alih-alih mantengin saingan, kamu perkuat niat dan ketahui dulu latar belakang yang membuatmu ingin jadi PNS. 

Kenali kapasitas kamu, sejauh apa kamu bisa berkontribusi dengan jabatan itu, siapkah menghadapi konsekuensi penempatannya, dan berbagai pertimbangan lain yang penting bagi rencana hidupmu.

5. Polemik yang beragam di setiap instansi
Kadangkala, persyaratan yang berbeda-beda dari setiap instansi membuat peserta kebingungan. Kasak-kusuk terdengar, katanya harus pakai legalisir akreditasi ya? Katanya harus pakai surat lamaran ya? Katanya harus pakai surat pernyataan ya? Katanya pakai minimal tinggi badan ya?

Jawabannya sederhana, belum tentu! Baca lagi!

Ingat-ingat. Syarat, kebutuhan, dan atmosfer setiap instansi amat beragam. Jadi, para pejuang CPNS harus mengetahui dengan pasti, apa yang instansi inginkan, dengan cara membaca utuh seluruh pengumuman yang mereka sampaikan. 

Ya, mulai dari yang tertera pada situs, dokumen, sampai media sosial.

Jika kamu bertanya pada temanmu, belum tentu mereka memilih instansi yang sama. Jadi, inisiatif dan proaktif mencari informasi daring dulu, sebelum kelewat aktif melontarkan pertanyaan di grup ya.

6. Blunder peserta dan panitia yang bikin "gemash"
Namanya juga hajatan besar yang mengakomodir harapan-harapan milik ratusan ribu orang, pasti ada saja "blunder" yang butuh pemakluman. Bukan hanya dari panitia, melainkan juga peserta.

Kalau dari peserta, paling seputar salah isi kolom karena kelewat ngantuk, dan terlanjur kunci data. Misal, nama sesuai KTP sudah benar diisi TUKIMAN, tapi karena bisikan ghaib, nama sesuai ijazah malah ditulis SARJANA EKONOMI. 

Haduh, kelulusan itu hanya akan menambah gelar pada namamu lho, bukan mengganti nama yang sudah diberikan bapak ibumu.

Sementara, kalau blunder dari panitia, seputar input kata-kata di situs seleksi. Misal, pada daftar dokumen yang harus diunggah, tertulis: "Fotokopi KTP + KK (2 rangkap) dalam bentuk jpg maks 500 kb" atau "Pas foto 3x4 (2 lembar) dalam bentuk jpg maks 200 kb".

Kalau diunggah, kok perlu 2 lembar? Kalau dikirim, kok maksimal 200 kb? Kita-kita kan jadi ... rodo piye ngunu yo.

7. Iqro, iqro, iqro!
Rajin membaca itu kriteria wajib dan keahlian utama pada seorang ASN. Kelak, mereka akan berhadapan dengan setumpuk dokumen, entah berupa undang-undang, peraturan pemerintah, rencana anggaran, dan teman-temannya. 

Jadi ... jangan sampai kamu tercyduk bertanya dengan kepolosan tingkat Jayawijaya ya!

Baca dulu FAQ, buku panduan pendaftaran, pengumuman instansi, dan segala dokumen krusial lainnya. Apalagi, kalau perkara yang kamu tanya bisa dengan mudah ditemukan di Google. 

Misal, cara convert pdf ke word, cara mengubah rasio foto menjadi 3x4, atau cara mengecilkan ukuran file pdf.

Ayo, iqro, iqro, iqro! Bacalah!

Ketenangan negara kita sudah terganggu dengan logical fallacy di berbagai arah mata angin. Jangan diperparah lagi dengan keengganan belajar dan membaca.

Yak, cukup sekian dan terima kasih. Sudahkah kamu berhasil mendaftar CPNS 2018 hari ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun