Ya, mulai dari yang tertera pada situs, dokumen, sampai media sosial.
Jika kamu bertanya pada temanmu, belum tentu mereka memilih instansi yang sama. Jadi, inisiatif dan proaktif mencari informasi daring dulu, sebelum kelewat aktif melontarkan pertanyaan di grup ya.
6. Blunder peserta dan panitia yang bikin "gemash"
Namanya juga hajatan besar yang mengakomodir harapan-harapan milik ratusan ribu orang, pasti ada saja "blunder" yang butuh pemakluman. Bukan hanya dari panitia, melainkan juga peserta.
Kalau dari peserta, paling seputar salah isi kolom karena kelewat ngantuk, dan terlanjur kunci data. Misal, nama sesuai KTP sudah benar diisi TUKIMAN, tapi karena bisikan ghaib, nama sesuai ijazah malah ditulis SARJANA EKONOMI.Â
Haduh, kelulusan itu hanya akan menambah gelar pada namamu lho, bukan mengganti nama yang sudah diberikan bapak ibumu.
Sementara, kalau blunder dari panitia, seputar input kata-kata di situs seleksi. Misal, pada daftar dokumen yang harus diunggah, tertulis: "Fotokopi KTP + KK (2 rangkap) dalam bentuk jpg maks 500 kb" atau "Pas foto 3x4 (2 lembar) dalam bentuk jpg maks 200 kb".
Kalau diunggah, kok perlu 2 lembar? Kalau dikirim, kok maksimal 200 kb? Kita-kita kan jadi ... rodo piye ngunu yo.
7. Iqro, iqro, iqro!
Rajin membaca itu kriteria wajib dan keahlian utama pada seorang ASN. Kelak, mereka akan berhadapan dengan setumpuk dokumen, entah berupa undang-undang, peraturan pemerintah, rencana anggaran, dan teman-temannya.Â
Jadi ... jangan sampai kamu tercyduk bertanya dengan kepolosan tingkat Jayawijaya ya!
Baca dulu FAQ, buku panduan pendaftaran, pengumuman instansi, dan segala dokumen krusial lainnya. Apalagi, kalau perkara yang kamu tanya bisa dengan mudah ditemukan di Google.Â
Misal, cara convert pdf ke word, cara mengubah rasio foto menjadi 3x4, atau cara mengecilkan ukuran file pdf.