Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Capcaisin

1 Oktober 2018   07:33 Diperbarui: 3 Oktober 2018   15:50 3207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cakra ..." Tangan Aura hendak menyentuh pundak Cakra. Baru seulas jari Aura mendarat di kemeja biru yang kusut masai itu, tangan Cakra mengelak. "Jangan sentuh!"

Aura kaget, terentak ke belakang. Ia menjerit. Punggung Aura beradu dengan pagar pembatas yang telah retak. Keduanya rapuh.

Bersama kepingan batu dan debu-debu. Aura terjun bebas.

Berlepas dari segala rahasia. Terempas.

***
Ribuan hari berlalu. Tidak pernah ada pesta pernikahan. Tidak ada pula tangis di pemakaman. Aura yatim piatu, maka Cakra pun begitu. Selepas Makassar, Cakra kembali ke kota yang selalu menggerutu karena menyimpan kisah cinta yang tragis dan jauh dari romantis.

Di kota ini, Cakra memilih hidup sendiri, dalam rumah besar yang pandai menyimpan misteri. Senyum Cakra tidak pernah lepas, mengurusi setumpuk tugas tanpa merespon tubuh yang menjerit ingin berhenti. Perasaan Cakra tak lagi bernyawa, mati bersama Aura.

Dan Cakra, masih selalu menyingkirkan sambal dari warung-warung di pinggir jalan.

Karena bagi Cakra, tidak ada sambal yang lebih enak selain buatan Aura.

Ralat.

Tidak ada sambal yang lebih enak, selain sambal yang berasal dari Aura.

Kini, Cakra tidak pernah kehabisan eskapisme dari masa lalu yang berkejaran menjadi hantu-hantu. Cakra tahu, bagaimana cara melarikan diri dari lelah dan rasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun