Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Traveling, dari Berkeliling hingga Rasa yang Asing

26 April 2018   21:01 Diperbarui: 9 September 2020   18:01 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia instagram, bentang alam tampak sempurna. Langit yang biru, dengan awan sirus bak gula-gula kapas. Lautan gemerlapan tertimpa matahari dhuha. Pasir putih kemilau halus, tanpa sampah berserakan. Namun, benarkah gambar persegi berukuran 640x640 piksel telah mewakili nuansa nyata?

Datang, dan lihat lebih dekat. Ada angin semilir, udara segar, cuaca hangat, dan buaian ombak yang harus kamu rasakan. Mengalami, tentu lebih menarik daripada terobsesi dengan foto diri. Ada hati yang perlu dibuka, dengan cara melepaskan diri dari ikatan benda-benda. Melihat lebih dekat, lebih dalam, di luar batasan mata.

3. Menjadi saksi atas mahakarya

Di luar dinding kamar dan langit-langit kediaman, ada langit tak terukur dan dinding-dinding gua. Tercipta, tanpa campur tangan manusia. Kokoh melindungi, dan sempurna tanpa cela.

Pada setiap detail komponen bumi dan langit, kita menyaksikan satu kemegahan. Mahakarya yang tidak akan pernah bisa tertandingi oleh pencakar langit dan sculpture-sculpture raksasa. Hentakan sedikit saja, niscaya binasa. Dengan menjadi saksi atas penciptaan yang luar biasa, maka tak ada tempat lagi bagi bangga dan rasa jumawa.

4. Belajar dari semesta

Jadikan semesta sebagai ruang kelas terbaik dan terbesar yang dapat kita serap setiap hikmahnya. Lebah, penyu, tapir, kecoak, semut, dan seluruh entitas alam ialah guru yang bicara tanpa kata-kata. Berbahasa tanpa aksara. Jika kita mengamati, memikirkan, dan merenungkan tiap-tiap pertanda, ada pemahaman dan pengetahuan yang mengandung kebijaksanaan. Rangkaian pesan tersirat, dari Tuhan.

5. Memahami nilai-nilai universal

Masing-masing budaya memiliki corak yang berbeda. Setiap peradaban pun mempunyai ciri khas yang tak sama. Namun, ada nilai-nilai universal yang berlaku dan bersumber dari satu hal: kebaikan. Rahmat. Meski roda kehidupan terus bergerak, meninggalkan zaman yang terus berganti wajah, pesona kebaikan akan tetap memancar. Tanpa terhalang oleh atribut atau sekadar tampilan.

6. Sepi tanpa merasa sendiri

Kita lahir seorang diri, dan kelak kembali tanpa ditemani. Buat apa takut akan sepi? You'll never walk alone, bukan hanya anthem milik fans Liverpool FC. Berjalanlah, kamu tidak pernah benar-benar sendiri. Ada yang perlu kamu ajak bicara dalam sunyi, dalam hati. Tanpa distraksi hingar bingar, atau keramaian di kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun