Mohon tunggu...
Nazwa Salsabila Bilqist
Nazwa Salsabila Bilqist Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Indonesia

Saya adalah individu yang menikmati interaksi sosial, saya selalu berusaha untuk akrab dengan orang baru meskipun terkadang merasa sedikit malu. Meskipun saya cenderung extrovert, saya juga menghargai waktu untuk menyendiri. Saya gemar journaling sebagai bentuk ekspresi diri. Minat saya meliputi konten pengembangan diri dan humor, yang saya yakini dapat membantu dalam proses pertumbuhan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Putus Cinta: Dampak pada Kesehatan Mental

25 Desember 2024   18:44 Diperbarui: 25 Desember 2024   22:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pria merasa sedih. (Dok.istimewa)

Di Indonesia, jutaan remaja mengalami masalah kesehatan mental. Salah satu faktor yang sering kali diabaikan, namun berdampak serius, adalah putus cinta. 

Putus cinta merupakan pengalaman yang menyakitkan dan seringkali memiliki dampak emosional yang signifikan, terutama pada kesehatan mental individu. Putus cinta berdampak serius pada kesehatan mental, namun dampak ini seringkali diabaikan.

Hasil survei Indonesia-national Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022  menunjukkan angka yang mengejutkan, sekitar 15,5 juta remaja Indonesia (1 dari 3 remaja  34,8% anak muda) mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental seperti depresi, cemas berlebihan, stres setelah traumatis, perilaku yang menyimpang, atau kesulitan berkonsentrasi. Data ini menunjukkan tingginya angka masalah kesehatan mental di kalangan remaja, dan putus cinta bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Putus cinta dapat memicu beberapa reaksi emosional, seperti rasa kehilangan, kesedihan, dan kecemasan pada seseorang. Reaksi emosional ini jika diabaikan dapat memicu pada depresi atau kecemasan yang membutuhkan penangan medis, bahkan hingga trauma psikologis, terutama jika diiringi kekerasan atau pengkhianatan. Seseorang yang mengalami putus cinta juga mengalami perubahan psikologis yang berpengaruh pada aspek kehidupan, mulai dari penurunan harga diri, peningkatan kecemasan, bahkan kesulitan tidur. Urgensi permasalahan ini terletak pada meningkatnya angka masalah kesehatan mental di dunia, dengan putus cinta 

sebagai salah satu faktor pemicunya yang perlu mendapatkan perhatian serius. Oleh karena itu perlunya memahami dampaknya serta memberikan dukungan serta intervensi yang  tepat untuk membantu individu mengatasi masa sulit ini dan mencegah dampak jangka panjang yang merugikan.

Kesehatan mental ini tidak boleh terabaikan, karena masalah ini memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kualitas hidup, produktivitas pada remaja. Dampaknya jika Dalam kasus Perpisahan ini dapat memicu perasaan keterpurukan yang mendalam dan berpotensi menyebabkan gangguan mental. 

Ditinjau langsung secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, terkait dampak putus cinta pada psikologis dalam artikel Hello Sehat.com menyebutkan bahwa putus cinta itu wajar bikin sedih, nangis, dan nyesel. Tapi, kalau perasaan negatif ini dibiarkan terus menerus, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.  Sebuah penelitian di jurnal PLOS ONE menunjukkan hubungan antara emosi negatif pasca putus cinta dengan masalah kesehatan mental.  Dari 71 orang yang diteliti, 21 orang mengalami gejala depresi.  Selain depresi, patah hati juga bisa menyebabkan trauma dan rasa takut gagal dalam hubungan berikutnya.  Menarik diri dari lingkungan sosial setelah putus cinta juga berbahaya, karena bisa menyebabkan isolasi dan bahkan berujung pada masalah kesehatan serius, bahkan kematian.  Maka dari itu, penting untuk mencari cara agar bisa move on dan sembuh dari patah hati.  Jika kesulitan mengatasinya sendiri, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog.

Perpisahan memang terasa sulit jika seseorang masih selalu mengingat dan mengenang hari-hari yang sudah lalu entah itu bahagia maupun sedih. Karena mereka cenderung berpikir bahwa tidak ada seorang pengganti yang lebih baik dari sebelumnya. Padahal setiap masa yang berbeda juga mungkin bisa lebih baik dari yang sebelumnya karena mungkin kita perlu mengeksplorasi lebih lagi. Menurut Elaine Hatfield, seorang psikolog sosial berpendapat bahwa semakin besar investasi emosional dan sosial dalam hubungan, semakin sulit untuk move on setelah putus.

Melihat dari kasus putus cinta bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memicu antara dua individu seperti berikut ini.

Faktor yang memicu antara dua individu

  • Ketidaksesuaian Nilai dan Tujuan Hidup

Ketidaksesuaian nilai-nilai dan tujuan hidup yang fundamental antara pasangan dapat menjadi pemicu konflik yang signifikan. Kurangnya keselarasan dalam perspektif kehidupan, sistem nilai moral, atau ekspektasi masa depan berpotensi menimbulkan kesulitan dalam menjaga keberlangsungan hubungan. 

  • Ketidakseimbangan Emosional

Ketidakseimbangan emosional yang terjadi pada dua individu yang memiliki perbedaan dalam mengungkapkan dan mengelola emosi mereka. Perbedaan inilah yang dapat menyebabkan ketegangan, kesalahpahaman dan kurangnya keterlibatan emosional, yang malah pada akhirnya dapat menyebabkan putus cinta.

  • Ketidaksetiaan atau Perselingkuhan 

Salah satu faktor yang paling terjadi dalam kasus putus cinta adalah ketidaksetiaan pasangan. Perselingkuhan contohnya yang dapat memicu terjadinya kerusakan dalam masalah kepercayaan serta keintiman dalam hubungan, dan sering kali menjadi alasan yang kuat untuk mengakhiri hubungan. 

  • Perbedaan Komunikasi dan Konflik yang Tak Terpecahkan

Pada masalah ini jika suatu hubungan terdapat komunikasi yang buruk dan tidak mampu untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat dapat menjadi pemicu putus cinta. Permasalahan ini juga dapat menyebabkan ketegangan dan frustasi yang berlebihan yang akhirnya memisahkan mereka.

  • Perubahan hidup dan karier

Perubahan dalam kehidupan pribadi dan karier dapat mempengaruhi hubungan romantis seseorang. Karena perubahan ini bisa menciptakan kesenjangan dan ketidakseimbangan antara pasangan, sehingga menimbulkan putus cinta.

Pentingnya Dukungan dari Orang Terdekat

Ilusi dua orang yang berpelukan menyampaikan dukungan sosial. (Istock)
Ilusi dua orang yang berpelukan menyampaikan dukungan sosial. (Istock)

Strategi individu dalam mengatasi psikologi putus cinta perlunya edukasi tentang kesehatan mental serta perlu mencari tahu apa saja dampak yang dialami pasca putus cinta. Adanya dukungan dari orang terdekat seperti keluarga, teman, dan profesional dapat membantu individu dalam mengatasi perasaan kesedihan dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Dengan adanya dukungan orang terdekat, individu bisa merasakan aman, mengurangi beban mental, mengurangi rasa kesepian membantu mengatasi stres serta mendorong individu untuk mendapatkan bantuan profesional jika diperlukan. Selain itu perlu juga mencari makna terkait pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman putus cinta dan menggali pelajaran yang bisa diambil darinya.

Oleh karena itu putus cinta memang sakit, tapi jangan sampai bikin kita sakit berkepanjangan.  Sedih, nangis, dan nyesel itu wajar, tapi kalau perasaan negatifnya terus-terusan, bisa bahaya untuk kesehatan mental kita.  Banyak hal yang bisa bikin kita putus, misalnya beda pandangan hidup, susah komunikasi, atau bahkan ada yang selingkuh.  Putus cinta bisa bikin kita depresi, susah tidur, dan kehilangan kepercayaan diri.  Yang lebih parah lagi, bisa sampai bikin kita sakit fisik dan bahkan berpikir untuk mengakhiri hidup.  Makanya, penting banget untuk cari dukungan dari keluarga, teman, atau psikolog kalau kita merasa kesulitan menghadapinya sendiri.  Jangan ragu untuk minta bantuan, karena sembuh dari patah hati itu butuh proses dan dukungan.  Ingat, kita nggak sendirian dan pasti bisa melewati ini semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun