Di Indonesia, jutaan remaja mengalami masalah kesehatan mental. Salah satu faktor yang sering kali diabaikan, namun berdampak serius, adalah putus cinta.Â
Putus cinta merupakan pengalaman yang menyakitkan dan seringkali memiliki dampak emosional yang signifikan, terutama pada kesehatan mental individu. Putus cinta berdampak serius pada kesehatan mental, namun dampak ini seringkali diabaikan.
Hasil survei Indonesia-national Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022  menunjukkan angka yang mengejutkan, sekitar 15,5 juta remaja Indonesia (1 dari 3 remaja  34,8% anak muda) mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental seperti depresi, cemas berlebihan, stres setelah traumatis, perilaku yang menyimpang, atau kesulitan berkonsentrasi. Data ini menunjukkan tingginya angka masalah kesehatan mental di kalangan remaja, dan putus cinta bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Putus cinta dapat memicu beberapa reaksi emosional, seperti rasa kehilangan, kesedihan, dan kecemasan pada seseorang. Reaksi emosional ini jika diabaikan dapat memicu pada depresi atau kecemasan yang membutuhkan penangan medis, bahkan hingga trauma psikologis, terutama jika diiringi kekerasan atau pengkhianatan. Seseorang yang mengalami putus cinta juga mengalami perubahan psikologis yang berpengaruh pada aspek kehidupan, mulai dari penurunan harga diri, peningkatan kecemasan, bahkan kesulitan tidur. Urgensi permasalahan ini terletak pada meningkatnya angka masalah kesehatan mental di dunia, dengan putus cintaÂ
sebagai salah satu faktor pemicunya yang perlu mendapatkan perhatian serius. Oleh karena itu perlunya memahami dampaknya serta memberikan dukungan serta intervensi yang  tepat untuk membantu individu mengatasi masa sulit ini dan mencegah dampak jangka panjang yang merugikan.
Kesehatan mental ini tidak boleh terabaikan, karena masalah ini memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kualitas hidup, produktivitas pada remaja. Dampaknya jika Dalam kasus Perpisahan ini dapat memicu perasaan keterpurukan yang mendalam dan berpotensi menyebabkan gangguan mental.Â
Ditinjau langsung secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, terkait dampak putus cinta pada psikologis dalam artikel Hello Sehat.com menyebutkan bahwa putus cinta itu wajar bikin sedih, nangis, dan nyesel. Tapi, kalau perasaan negatif ini dibiarkan terus menerus, bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Â Sebuah penelitian di jurnal PLOS ONE menunjukkan hubungan antara emosi negatif pasca putus cinta dengan masalah kesehatan mental. Â Dari 71 orang yang diteliti, 21 orang mengalami gejala depresi. Â Selain depresi, patah hati juga bisa menyebabkan trauma dan rasa takut gagal dalam hubungan berikutnya. Â Menarik diri dari lingkungan sosial setelah putus cinta juga berbahaya, karena bisa menyebabkan isolasi dan bahkan berujung pada masalah kesehatan serius, bahkan kematian. Â Maka dari itu, penting untuk mencari cara agar bisa move on dan sembuh dari patah hati. Â Jika kesulitan mengatasinya sendiri, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog.
Perpisahan memang terasa sulit jika seseorang masih selalu mengingat dan mengenang hari-hari yang sudah lalu entah itu bahagia maupun sedih. Karena mereka cenderung berpikir bahwa tidak ada seorang pengganti yang lebih baik dari sebelumnya. Padahal setiap masa yang berbeda juga mungkin bisa lebih baik dari yang sebelumnya karena mungkin kita perlu mengeksplorasi lebih lagi. Menurut Elaine Hatfield, seorang psikolog sosial berpendapat bahwa semakin besar investasi emosional dan sosial dalam hubungan, semakin sulit untuk move on setelah putus.
Melihat dari kasus putus cinta bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memicu antara dua individu seperti berikut ini.
Faktor yang memicu antara dua individu
- Ketidaksesuaian Nilai dan Tujuan Hidup