Darah semakin banyak keluar dari lukanya. Kaji Kusen tambah lemah. Akhirnya dia berubah pikiran. "Panggil Ki Sardipala ke sini cepat!. Seorang anak buahnya melompat ke luar rumah. Pandangan Kaji Kusan sudah berkunang-kunang, mukanya sudah tidak berwarna lagi, ketika Ki Sardipala datang memanggil namanya. "Ternyata kamu masih butuh saya. Ji?. "Tolong, Ki. Lirih suara Kaji Kusen. "Saya mau menolong kamu, tapi dengan dua syarat!"pinta Ki Sardipala. "Apa, Ki?. "Pertama cabut tuduhanmu padaku kalau aku ini adalah dukun santet! Kedua cabut pohon sirih yang ada di halaman rumahmu!. "Baiklah. Aku terima dua syaratmu asal kamu bisa menyelamatkan nyawaku. Ki!.
Seorang anak buah Kaji Kusen membawa pohon sirih ke arah Ki Sardipala, kemudian dia mengambil seggenggam dan dikunyahnya cepat-cepat. Kemudian kunyahan daun sirih tersebut dibalurkan pada luka dilengan dan pinggangnya, sedangkan sisanya diberikan pada Kaji Kusen agar ditelan. Mulut Ki Sardipala komat-kamit membacakan jampi, kemudian disemprotkan ludah bekas kunyahan daun sirih ke luka Kaji Kusen. "Waduh! Sakit, Ki!"teriak Kaji Kusen. Tetapi tidak begitu lama kedua luka Kaji Kusen mengering dan wajahnya kembali segar seperti sedia kala.
Setelah merasa baikan. Akhirnya Kaji Kusen menceritakan semua keburukannya. Sebenarnya Sulastri meninggal karena dibadalkan(dijadikan tumbal) untuk memperoleh kekayaanya selama ini. Dan, supaya kekayaannya tidak pernah habis Kaji Kusen harus menanam pohon sirih di halaman rumah yang dirambatkan pada tembok rumah. Pohon sirih itu akan menentukan kehidupan Kaji Kusen; mematikan sekaligus menyelamatkan.
Ternyata benar. Ki Sardipala menyembuhkan luka Kaji Kusen dengan daun sirih. Tetapi setelah pohon daun sirih itu dicabut sampai akarnya, seluruh harta kekayaan Kaji Kusen tiba-tiba habis bak hujan diterpa angin. Sejak saat itu Kaji Kusen menjadi orang yang paling miskin di desa Warudoyong. Untuk mempertahankan hidupnya, Kaji Kusen memutuskan menjadi pedagang daun sirih di pasar desa.
Dulu semua orang tahu Kaji Kusen adalah orang terkaya di desa, semua aturan bisa dia beli, persoalan bisa dia bayar. Tapi kini semua orang tahu kalau Kaji Kusen adalah orang termiskin di desa. Tidak ada lagi yang menaruh hormat padanya. Si penjual hukum! Si biang kerok! Si Raja harta! Dan seluruh gelar buruk disematkan padanya oleh warga. Tapi tidak dengan Ki Sardipala. Tidak sedikitpun ada rasa dendam dalam dirinya terhadap Kaji Kusen. Di belinya daun sirih Kaji Kusen setiap pagi untuk istrinya yang gemar menyirih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H