Sumber: Bank Dunia
Laporan Bank Dunia yang dirilis pada Desember 2015 mengklaim bahwa hanya 20 persen populasi terkaya di Indonesia yang menikmati hasil dari pertumbuhan ekonomi selama satu dekade, yang menyiratkan bahwa 80 persen populasi (atau 200 juta orang secara absolut) dibiarkan di belakang. Ini adalah angka yang mengkhawatirkan. Faktanya, setelah Cina, Indonesia mengalami peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan tertinggi antara 1990-an dan 2000-an di antara negara-negara Asia:
Tabel 3. Negara-Negara Asia dengan Rata-Rata Rasio Gini Tertinggi
Di Indonesia, rasio gini terkait erat dengan pergerakan harga komoditas. Tren peningkatan rasio gini nasional pada tahun 2000 datang di tengah harga komoditas yang booming, sementara rasio gini stabil setelah harga komoditas turun pada tahun 2011. Oleh karena itu, naik atau turunnya harga komoditas tampaknya sangat memengaruhi 20 persen populasi Indonesia.
Inflasi merupakan masalah perekenomian yang menjadi perhatian utama pemerintah dan pengamat setiap negara karena inflasi akan berpengaruh pada besarnya investasi, kemampuan daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kegiatan pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari inflasi. Inflasi yang terlalu tinggi akan berakibat menghambat pembangunan dan inflasi yang rendah dan stabil justru diperlukan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Menurut Yustika (2010)[4], beban inflasi dalam struktur ekonomi yang sehat adalah hampir merata terhadap seluruh penduduk, meskipun penanggung terberat inflasi adalah masyarakat berpendapatan tetap dan masayarat yang tidak memiliki pendapatan (penganggur). Â Inflasi akan mengakibatkan penurunan daya beli rupiah. Hal tersebut merupakan masalah penting karena bila tidak dikendalikan akan mengakibatkan stagnasi, yaitu keadaan dimana pertumbuhan ekonomi berjalan lambat atau bahkan berhenti. Lonjakan inflasi yang tinggi dan tidak diimbangi oleh pemerataan eknomi akan memperluas kemiskinan, hal ini akan semakin diperparah dengan peningkatan pengangguran.
Dalam keadaan inflasi, nilai harta seperti tanah, rumah, bangunan, pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk berpenghasilan rendah merosot. Dengan demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan antara anggota-anggota masyarakat.
Indonesia mengalami fluktuasi tahunan yang beragam seperti ditunjukkan pada gambar 1 dan fluktuasi bulanan pada gambar 2.