Mohon tunggu...
Setiawan
Setiawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Detik Arloji Lalu

4 Januari 2017   20:06 Diperbarui: 4 Januari 2017   20:09 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber gambar: akuinginsukses.com"][/caption]Kau dengar dentum jam di ruang itu? 

Kau jawab, iya

Sama, aku pun mendengarnya.

Tak kah kau rindukan dalam setiap detik-detiknya? 

Aku merindunya, 

Tak harap juga engkau mengiyakan

Mungkin saja memang tidak

Jarum detik itu... 

Kemarin jarum detik itu terhenti

Kupikir detik detik dalam hidup pun juga berhenti

Uh, ternyata masih ada. 

Engahku, lega. 

Hanya arloji itu saja yang terhenti

Lalu dimana kau pemilik detik-detik itu? 

Tak ku bayangkan jika pemiliknya pun ikut berhenti, 

Ya. Berhenti mencintai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun