Anak-anak kita memang terkadang sudah diberikan masalah kontekstual, tetapi masalah tersebut tergolong mudah atau dapat dikerjakan dengan kita memasukkan unsur-unsur yang diketahui langsung ke dalam rumus.Â
Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif dalam diri anak, sebaiknya guru menggunakan model, metode, dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik anak dan kondisi sekolah.Â
Kedua hal tersebut patut dipertimbangkan dalam memilih model, metode, dan pendekatan pembelajaran agar seluruh siswa dapat terfasilitasi untuk membentuk pengetahuannya secara bermakna sebagaimana mestinya.
Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan adalah problem-based learning. PBL adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian permasalahan nyata tidak terstruktur (ill-structured) kepada siswa (Junaedi, 2019).Â
Menurut Sanjaya (2006) PBL merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.Â
Tujuan PBL dikembangkan adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan penyelidikan dan pemecahan masalah, memberikan pengalaman pada siswa mengenai peran orang dewasa, dan menumbuhkan rasa percaya diri hingga mampu menjadi pembelajar mandiri (Arends, 2012).Â
Junaedi (2019) memaparkan bahwa prinsip utama PBL adalah menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah dan pengetahuan siswa, serta menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa tentang kebermanfaatan pengetahuan yang dipelajari.
Daftar Pustaka:
Arends, R. (2012). Learning to teach (9th ed). McGraw-Hill.
Junaedi, I. (2019). PENDALAMAN MATERI MATEMATIKA: MODUL 1 GEOMETRI. Kemendikbud.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group.