Era revolusi industri 4.0 merupakan suatu era dimana terjadi perubahan besar-besaran pada seluruh aspek kehidupan. Teknologi informasi merupakan basis dalam kehidupan manusia di era 4.0 ini.Â
Teknologi informasi merupakan suatu teknlogi yang memiliki fungsi untuk memperoleh, mengolah, memproses, menyusun, menyimpan, dan mengubah data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Teknologi informasi juga berfungsi untuk memecahkan suatu masalah, mengembangkan kreativitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam aktivitas manusia.
Saat ini kita telah memasuki peralihan dari era revolusi industry 4.0 menuju era society 5.0. Jika di era revolusi industri 4.0 terjadi produksi segala hal di bidang teknologi secara besar-besaran, maka di era society 5.0 ini merupakan era memanfaatkan teknologi yang berkembang pada era revolusi industri 4.0 melalui pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari.Â
Sebagai contoh, saat ini kita dapat menemukan atau mencari tahu segala sesuatu dengan mudah dengan menggunakan teknologi informasi. Lebih spesifiknya, saat ini banyak sekali anak yang mengandalkan teknologi informasi (internet) untuk mencari tahu penyelesaian atau jawaban atas persoalan yang diberikan oleh gurunya.Â
Tentunya melihat fenomena tersebut membuat kita sebagai generasi yang lebih tua menjadi dilema, di satu sisi kita merasakan manfaat dari penggunaan teknologi informasi yang sangat memudahkan pekerjaan, di sisi lain jika kita tidak bisa bijaksana dalam menggunakannya maka hal itu akan membuat kita dan generasi yang lebih muda menjadi manja dan ketergantungan karena segala sesuatunya diperoleh dengan instan.Â
Salah satu solusi dari permasalahan yang timbul adalah kita sebagai orang yang lebih dewasa wajib mendampingi anak-anak kita dalam pemanfaatan teknologi informasi.
Solusi lainnya adalah memotivasi anak-anak kita untuk belajar matematika dengan lebih semangat dan sungguh-sungguh. Mengapa matematika bisa menjadi salah satu solusi? Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari cara untuk berpikir logis.Â
Dengan mempelajari matematika kita dapat mengasah dan melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.Â
Selain itu, belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan anak-anak kita dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kemampuan-kemampuan tersebut sebaiknya dimiliki oleh perserta didik supaya mereka mampu berkompetisi di tengah perkembangan jaman.
Melihat kondisi di lapangan, apakah anak-anak kita sudah memiliki kemampuan-kemampuan tersebut? Jawabannya, ada yang sudah dan banyak yang belum.Â
Mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Karena sejauh ini pembelajaran yang dilakukan di kelas, khususnya pembelajaran matematika, masih bersifat teoritis dan kurang mengambil contoh dari permasalahan dunia nyata.Â
Anak-anak kita memang terkadang sudah diberikan masalah kontekstual, tetapi masalah tersebut tergolong mudah atau dapat dikerjakan dengan kita memasukkan unsur-unsur yang diketahui langsung ke dalam rumus.Â
Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif dalam diri anak, sebaiknya guru menggunakan model, metode, dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik anak dan kondisi sekolah.Â
Kedua hal tersebut patut dipertimbangkan dalam memilih model, metode, dan pendekatan pembelajaran agar seluruh siswa dapat terfasilitasi untuk membentuk pengetahuannya secara bermakna sebagaimana mestinya.
Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan untuk diterapkan adalah problem-based learning. PBL adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian permasalahan nyata tidak terstruktur (ill-structured) kepada siswa (Junaedi, 2019).Â
Menurut Sanjaya (2006) PBL merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.Â
Tujuan PBL dikembangkan adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan penyelidikan dan pemecahan masalah, memberikan pengalaman pada siswa mengenai peran orang dewasa, dan menumbuhkan rasa percaya diri hingga mampu menjadi pembelajar mandiri (Arends, 2012).Â
Junaedi (2019) memaparkan bahwa prinsip utama PBL adalah menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan menyelesaikan masalah dan pengetahuan siswa, serta menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa tentang kebermanfaatan pengetahuan yang dipelajari.
Daftar Pustaka:
Arends, R. (2012). Learning to teach (9th ed). McGraw-Hill.
Junaedi, I. (2019). PENDALAMAN MATERI MATEMATIKA: MODUL 1 GEOMETRI. Kemendikbud.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H