Persija Jakarta, salah satu klub sepak bola paling ikonik di Indonesia, memiliki basis penggemar yang setia dan penuh semangat yang dikenal sebagai The Jakmania. Para pendukung yang berdedikasi ini mengenakan seragam oranye khas klub dan membuat kehadiran mereka terasa selama pertandingan kandang dan tandang. Melalui nyanyian, koreografi, dan kreativitas visual, The Jakmania mengekspresikan dukungan yang tak tergoyahkan untuk Persija di lapangan.
Sejarah The Jakmania berawal dari masa sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pendahulunya, Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), didirikan pada 28 November 1928, sebagai klub sepak bola untuk penduduk Indonesia di Jakarta pada masa penjajahan Belanda. Nama "Jacatra" merujuk pada sebuah benteng di pantai utara Jakarta saat ini. VIJ, bersama dengan enam klub Indonesia lainnya, memainkan peran penting dalam mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930 dan muncul sebagai pemenang kompetisi pertama yang disahkan oleh PSSI pada tahun 1931.
Setelah Indonesia merdeka, VIJ bertransformasi menjadi Persija pada tahun 1950, menandai babak baru dalam sejarahnya. Pada pertengahan 1950-an, terjadi penggabungan antara Persija dan sebuah klub yang terdiri dari pemain-pemain beretnis Tionghoa, Belanda, dan Eurasia. Para pemain ini kemudian secara signifikan mempengaruhi tim sepak bola nasional Indonesia, karena mereka membentuk bagian inti dari susunan pemainnya.
Klub ini dijuluki sebagai Macan Kemayoran, membuat orang lain mengetahui perihal klub sepak bola ini. Selain itu, pendukung dari klub ini pun bisa dikatakan banyak diantara pendukung - pendukung klub sepak bola Indonesia yang lainnya. Pendukungnya ini dijuluki dengan nama The Jakmania.
Pendirian The Jakmania secara resmi dilakukan pada 19 Desember 1997, melalui deklarasi yang dihadiri oleh 40 orang di Graha Wisata Kuningan, Jakarta. Manajemen klub mendukung penuh pembentukan organisasi suporter ini. Di antara mereka yang hadir adalah Diza Rasyid Ali, manajer tim, yang menghadiri langsung deklarasi tersebut. Muhammad Gunawan Hendromartono, atau yang lebih dikenal dengan nama Gugun Gondrong, menjadi ketua umum pertama The Jakmania.
Namun, The Jakmania bukanlah organisasi suporter pertama yang dibentuk untuk mendukung Persija Jakarta. Pada Desember 1994, di era Gubernur M. Idroes (1993-1997), Persija Fans Club diresmikan. Sayangnya, kelompok suporter yang lebih awal ini gagal meraih simpati luas di kalangan penggemar Persija Jakarta dan tidak bertahan lama.
“Kalau dulu, orang bisa tau dia The Jakmania dari atribut sampai attitudenya,” Ucap Okta sebagai salah satu The Jakmania (Narasumber). Hal ini dikonformasi dengan banyaknya unggahan foto maupun video yang terupload di sosial media mengenai pendukung Persija ini.
Seiring berjalannya waktu, gaya hidup dan perilaku setiap anggota Jakmania berangsur-angsur berkembang. Pengaruh globalisasi modern telah merembes ke Indonesia, berdampak pada cara para suporter mengekspresikan semangat mereka melalui berbagai aktivitas, termasuk menghadiri pertandingan, membuat koreografi, dan berinteraksi di media sosial.
“Sekarang tuh kita lebih ngikut cara gimana pendukung klub-klub yang di Eropa ngedukung klub favoritnya gitu. Pake lagu atau anthem-anthem gitu. Dari segi pakaian juga sekarang lebih trendy. Kalau dulu tuh warna oren, sekarang banyak yang pada pakai warna hitam, khususnya anak-anak muda sekarang.” Ujar Irvan, The Jakmania
Berikut adalah beberapa perubahan penting:
- Dukungan yang Terinspirasi dari Eropa : The Jakmania kini terinspirasi dari budaya suporter sepak bola Eropa. Mereka menggabungkan nyanyian, lagu kebangsaan, dan tampilan visual ke dalam dukungan mereka untuk Persija. Hari-hari dengan pakaian oranye sederhana telah berganti dengan pilihan mode yang lebih trendi dan beragam, termasuk pakaian hitam yang disukai oleh para penggemar yang lebih muda.
- Kehadiran Media Sosial : Kreativitas The Jakmania tidak hanya di dalam stadion. Platform media sosial dibanjiri dengan foto dan video yang menampilkan dedikasi mereka yang tak tergoyahkan. Apa yang dulunya dapat dikenali melalui pakaian dan sikap, kini diperkuat melalui saluran digital.
- Sepak Bola di Luar Lapangan : Menjadi seorang pendukung sepak bola bukan hanya tentang berteriak dari tribun. Hal ini mencerminkan gaya hidup unik yang melampaui permainan itu sendiri. Pilihan fesyen The Jakmania-entah itu sepatu kets atau jaket-mencerminkan pergeseran budaya ini.
Singkatnya, perjalanan The Jakmania telah ditandai dengan semangat, kreativitas, dan adaptasi. Dari akarnya di masa pra-kemerdekaan Indonesia hingga saat ini, kelompok suporter ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan Persija Jakarta. Baik di stadion maupun secara online, The Jakmania terus merayakan Macan Kemayoran kesayangan mereka dengan semangat yang tak tergoyahkan.
Link youtube : https://youtu.be/0Xb_0EgNIUU?si=F7gknl-LRkO6F5x_
Kelompok 4 : Ahmad Haikal, Devita Pratiwi, Nur Alfiani, Mohamad Romdohi