Mohon tunggu...
nani rachmaini
nani rachmaini Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penyuka sepakbola dan sastra yang kerja di industri media.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

terbaik yang penah saya nikmati

19 Mei 2011   04:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:28 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman membawakan sebungkus teh pada hari itu. Tidak ada merk apa-apa di bungkusnya, kertas coklat yang dikenal dengan sebutan kertas kopi, hanya ada cap samar-samar bertuliskan tidak untuk diperjualbelikan.

"Ini teh kajoe aro Grade I dari PTPN VI, " kata Fendry, teman jurnalisku. Ia baru saja kembali dari kampung halamannya Kerinci, sebuah kabupaten yang terletak di bagian Barat Provinsi Jambi. Teh ini titipan dari teman jurnalis yang lain, setelah meliput ke perkebunan teh PTPN VI di sana.

Teh Kajoe Aro Grade I. Sebelum keburu habis, buru-buru diabadikan, entah kapan bisa ketemu teh ini lagi. (foto: Kelik Prirahayanto)

Saat itu saya tidak terlalu memperhatikan bagaimana isinya. Malah saya sempat bilang,  aku minta ya dua saset saja, pengen nyobain. Eh tak tahunya bentuknya bukan saset, aseli teh tok dalam bungkusan kertas kopi itu.

Karena cuma sebungkus, beratnya sekitar 300 gram an, teh kajoe aro grade I itu disimpan di kantor untuk dinikmati bersama-sama, bagi yang pengin.

Suatu hari, ramai-ramai kami meminta OB untuk membuatnya. Jadilah sekitar enam gelas teh mengepul nan hangat.  Syukurlah saya kebagian. Wuah masih panas..lalu saya hirup uapnya yang mengepul-ngepul.

"Dari baunya saja ini sudah grade I," spontan saya berkata.

"Kayak yang pernah mencicipi teh grade II saja,"  kata atasan saya. haha saya cuma tertawa.

Berkali-kali menghirup aromanya. mengingatkan saya pada melati, tapi tidak semenyengat bau melati. ini bau harum yang lain..lebih halus wanginya..

Ketika saat mencicipi tiba, saya benar-benar terpana. aslinya saya memang penikmat teh kajoe aro, namun yang dijual di pasaran. produk tersebut entah turunan ke berapa dari grade I. jadi saya cukup hapal aroma dan rasa teh merk ini. Saat mencecapnya, bagaikan sebuah daun teh segar yang menyentuh lidah, dan memberikan semua yang terbaik dalam dirinya.

Ada sedikit rasa pahit, yang memang ciri khas teh. namun rasa pahit itu tertinggal sebentar, meninggalkan kesan kesegaran teh yang begitu lama. saya berkata, "ini lah teh terbaik yang pernah saya cicipi"

Mulai dari wanginya. anda harus menghirup wewangian teh bermutu tinggi, karena jarang sekali dalam kehidupan masa kini kita  dapat mencium aroma yang begitu alam, saya merasa seakan diperkenankan sedikit mereka-reka bagaimana aroma surga.

Rasa pahitnya yang khas, yang tertinggal tidak lama, namun bertujuan meninggalkan keelokan rasa sampai berjam-jam kemudian. wuahhhhh...ini benar-benar teh terhebat, terkeren yang pernah saya cicipi..

Dan bukan saja lidah saya yang begitu menghargainya. Menurut perusahaan yang memproduksi teh kajoe aro, yaitu PTPN VI,  teh ini juga jadi kegemaran Ratu Belanda.

Teh grade I kajoe aro, sayangnya tidak diperjualbelikan di dalam negeri dalam jumlah yang signifikan. mungkin tidak sama sekali. Hanya untuk tujuan ekspor.

Terluas dan Tertinggi

Perkebunan teh yang menghasilkan Teh Kajoe Aro ini merupakan perkebunan teh terluas di dunia, yaitu 2.624,69 hektare. Karena ketinggian tempatnya, perkebunan teh kajoe aro termasuk perkebunan teh tertinggi dari permukaan laut, bagian kebun yang tertinggi berada pada 1.700 dpl.

[caption id="attachment_110310" align="aligncenter" width="300" caption="Perkebunan teh PTPN VI yang menghasilkan teh tujuan ekspor. Merk lokalnya adalah Kajoe Aro. (foto TRIBUNJAMBI/EDI JANUAR)"][/caption]

Dan barangkali termasuk yang cukup tua umurnya di Indonesia, karena telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya ditanam sekitar tahun 1929, oleh sebuah perusahaan Belanda.  Sudah mendekati seabad ya..

Para pekerja pemetik tehnya dulu dibawa dari Pulau Jawa. Kini pemetik teh yang ada saat ini, adalah generasi kelima.

Sayang sekali bahwa teh nikmat seperti ini amat jarang tercecap oleh sebagian besar lidah orang Indonesia. Teh Kajoe Aro yang kita kenal, hanya merk dalam negeri saja. Di luar, teh ini bersalin rupa menjadi merk-merk asing.

Di sebuah cafe di Jambi, orang malah mungkin akan lebih kenal dengan kenikmatan teh Twinings  asal Inggris yang menjadi sajian teh andalan di cafe hotel tersebut.

Namun saya beruntung karena sempat mencecap rasanya yang membuncahkan dada. Ada rasa bangga, bahwa produk lokal di Jambi ini, bisa menjadi teh yang diminati kalangan bangsawan Eropa.

Mungkin ada baiknya jika produk unggulanseperti teh Kajoe Aro Grade I, juga dijual dalam negeri, dikemas dengan merk yang premium, namun tetap mengusung kelokalannya.

Tidak hanya orang lokal di Indonesia, warga luar negeri yang melancong ke sini pun bisa ikut menikmati kekayaan alam nan nikmat tersebut, dan mengenalnya sebagai teh khas Indonesia. Tidak dengan berbaju merk luar negeri.

referensi: Tribun Jambi/Edi Januar

Ini Dia Yang Dijual di Pasar Lokal Indonesia

Yang sering saya beli di swalayan dekat rumah bungkusnya warna kehijauan, isi 25 kantong teh, harganya Rp 3.550.

[caption id="attachment_110446" align="alignright" width="300" caption="Beberapa kemasan teh Kajoe Aro yang dijual di Jambi (foto: www.kpbptpn.co.id)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun