Jangan tinggalkan buku. Saya berkata kepada adik saya, Â "Jangan menjadi seperti orang yang memiliki beberapa mobil di garasi, namun tidak memiliki perpustakaan pribadi." Dia sendiri memang pembaca buku dan pembeli buku yang rajin. Sebelum saya mengatakan itu, ia sedang dalam tahap membuat perpustakaan mini di rumah barunya.
Membentuk Manusia
Persentuhan yang intens dengan buku jarang terjadi secara semerta-merta. Saat awal-awal berkuliah, saya hanya sekadar pembaca majalah dan komik seperti donal bebek. Kalaupun ada buku di rumah, itu hanya sebatas buku populer cerita anak, yang sering dibelikan oleh ayah saya. (saya bersyukur setidaknya beliau telah mulai menanamkan bibit membaca buku tersebut).
Sampai suatu ketika, seorang teman menantang saya untuk membaca buku pramoedya ananta toer, dan langsung disodorkannya buku tetralogi manusia. Ini buku berat pertama yang saya baca, dan sungguh sulit untuk menyelesaikannya. Bisa saja saya putus di tengah jalan, hanya sampai buku pertama atau kedua. Namun ketika saya selesai membaca keempatnya, lalu menyusul buku-buku pram yang lain.
Ada satu rahasia kecil dalam hobi membaca buku. Selesaikan membaca. Jika anda tidak menyelesaikannya, maka jarang sekali anda akan mendapat manfaatnya. Ini berlaku untuk buku-buku bermutu yang memang layak dibaca.
Setelah itu saya mulai membaca buku-buku sastra. Buku terberat yang berhasil saya selesaikan adalah novel dr zhivago karya boris pasternak. Sungguh berat membaca buku ini, bagi saya yang baru mulai membaca. Tiap kali, kemajuannya hanya dua tiga halaman saja. Kadang berhari-hari kemudian baru saya sambung lagi. Â Sebulan mungkin hanya beberapa kali saya buka, untuk menyambungnya. Sehingga butuh hampir setahun, ketika saya mencapai halaman terakhir.
Sensasi membaca buku bermutu baru anda rasakan beberapa saat setelah anda mencapai halaman terakhir, sekitar belasan menit setelahnya, saat anda terpaku, lalu pelan-pelan cahaya buku itu merasuki dada, dan pikiran anda.
Sejak saat itu, saya adalah pemburu buku-buku bermutu. Â Sungguh saya merasa bersyukur, jika saja saya masih seperti saya yang dulu, hanya membaca buku-buku populer, komik, dan cerita-cerita ringan, maka kehampaan yang terkadang kita rasakan, sebagai seorang manusia, barangkali akan semakin sering menyeruak dalam batin kita.
Terima kasih kepada penulis-penulis buku bermutu, yang sudah membagi intisari pengetahuan mereka kepada saya. Yang sudah mengajari saya, membimbing, dan menunjukkan kepada saya sebuah dunia lain yang berbeda, mungkin lebih ideal, lebih baik dari dunia saya sekarang. Tempat saya memiliki perbandingan terhadap hidup, tempat berkaca, dan memberi kemudahan dalam saya memilih pilihan-pilihan hidup.
terima kasih kepada para penulis, yang tidak bisa saya sebut satu persatu, pram, tan malaka, penulis jepang, penulis barat, timur dan segenap mereka yang telah menyentuh saya lewat buku.
Syukurlah saya sudah sampai di mana tempat saya sekarang, dan Insya Allah saya akan terus berjalan, dengan buku-buku yang akan terus mengiringi perjalanan saya, membentuk saya menjadi manusia yang lebih baik, lebih bermartabat, lebih beradab dan lebih peduli dengan lingkungan saya. Menjadikan saya soerang yang rendah hati, dan menyebarkan kebaikan bagi segenap makluk di bumi. Amin.