Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sepincuk Nasi Liwet Solo, Rasa dan Filosofi

17 Oktober 2024   00:04 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:01 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati makanan bukan hanya masalah pemenuhan asupan gizi. Mengait rasa dan budaya masyarakat. Bahkan termaktub filosofi yang menyertainya. Sepincuk nasi liwet Solo, rasa dan filosofi.

Nasi liwet salah satu ikon kuliner kota Solo

Kota Solo memiliki aneka kuliner andalan. Salah satu yang ikonik adalah nasi liwet alias sega liwet. Sepincuk nasi gurih dengan racikan khasnya mampu menyatukan aneka komunitas saat menyantapnya.

Penjaja nasi liwet betebaran di segala penjuru kota Solo. Pun waktu bukanya bervariasi. Lazimnya mulai buka sore hari hingga tengah malam.

Teringat sekian dasa warsa lalu lesehan menikmati nasi liwet Mbah Wongso Lemu di daerah Keprabon Solo. Suasana yang khas, pengunjung dihibur lantunan tembang Jawa diiringi alat musik siter. Lain kali menikmati di warung Bu Sani daerah Nggemblegan.

INasi liwet Solo Yu Sani Gemblegan (Dokumentasi pribadi)
INasi liwet Solo Yu Sani Gemblegan (Dokumentasi pribadi)

Menurut telaah nasi liwet ini berasal dari desa Menuran Sukoharja, di sebelah selatan kota Solo. Cita rasanya dapat diterima oleh warga Solo dan merambat kepada pencicipnya. Bermula dari komponen ritual budaya.

Nasi liwet berupa nasi gurih, paduan santan dan rempah semisal serai, daun salam, daun jeruk purut pun sejumput garam. Sayuran penyertanya adalah sambal goreng jipan atau labu siam. Lauk opor ayam dan pindang telur ayam sebagai sumber protein hewani.

Ada pula yang disertakan sambal goreng krecek dari kulit sapi. Beberapa menggunakan kerupuk urat sapi yang khas. Kini tersedia aneka lauk pendamping siap pilih sesuai selera dan harga.

Penyajiannya unik dialasi pincuk daun pisang. Tatanan kekinian ada pincuk jadi dari anyaman bambu tinggal dialasi daun pisang. Bila tidak tersedia pincuk, piring anyaman dialasi samir daun pisang bundar.

Sentuhan nasi gurih panas pada daun pisang menguarkan aroma yang khas arum. Topping areh, santan kental kelapa kelapa di atas sayur daun labu dan lauk yang ditata menambah selera. Cita rasa berpadu dengan tata saji.

Tidak harus jajan di Solo. Sahabat Kompasiana dapat mengolahnya sendiri untuk sajian keluarga atau suguhan acara. Bahan maupun cara memasaknya relatif mudah tanpa tingkat kesulitan yang ribet.

Nasi liwet ala simbok (Dokumentasi pribadi)
Nasi liwet ala simbok (Dokumentasi pribadi)

Nasi liwet lekat dengan acara perayaan Maulid Nabi. Diilhami oleh nasi samin klangenan nabi. Hambatan kesulitan mendapatkan minyak samin dikreasikan dengan nasi liwet plus santan kelapa.

Keberadaan kuliner nasi liwet menghidupkan suasana plesiran malam. Melibatkan banyak pengusaha UMKM dan pegawainya. Mendorong perputaran roda ekonomi setempat.

Nuansa santai terbangun saat menikmati sepincuk nasi liwet. Antar penikmat duduk lesehan di tikar yang sama. Bisa juga di dingklik kayu yang sama. Meniadakan batas sekat antar penyantap.

Filosofi nasi liwet Solo

Masakan adalah produk budaya. Sangat erat diwarnai nilai budaya masyarakat pembuat dan penyantapnya. Layaknya adat Jawa yang dibarengi dengan makna filosofis, begitupun nasi liwet ini.

Nasi gurih putih dilekati simbol ketulusan hati yang bersih. Keberadaan telur sebagai lambang kehidupan. Pertumbuhan janin juga diawali dari sel telur yang dibuahi. Suwiran ayam dimaknai sebagai kebersamaan.

Secara fisik terlihat nasi diambil dari bakul yang sama. Sayur dari kuali yang sama. Pun ayam disuwir dari kesatuan ayam utuh. Simbol kebersamaan yang dihidupkan dalam sepincuk nasi liwet. Lahir dari kearifan lokal masyarakat.

Beberapa kajian menunjukkan keberadaan nasi liwet Solo sebagai sarana tolak bala. Tentunya perlu dimaknai secara hati-hati. Mengait simbol kedekatan dengan Sang Sumber Hidup, menempatkan pengharapan kepada Sang Pencipta.

Penelitian Inti Krisnawati tentang Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan Sejarah, Budaya dan Filosofi disajikan pada jurnal Hospitality dan Pariwisata. Filosofi dalam nasi liwet adalah untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup.

Nasi Liwet Solo masih autentik. Ditandai bahan dan citarasanya masih sama. Begitupun keunikan teknik memasak dan cara penyajiannya. Penjual nasi liwet masih memasak dengan kayu bakar. Penyajiannya menggunakan pincukan daun pisang atau piring beralas daun.

Suapan terakhir

Menyantap nasi liwet Solo tidak hanya mengenyangkan secara fisik. Menambah wawasan rasa syukur sederhana yang dilestarikan antar generasi. Semangat kebersamaan menerima berkat. Yook menikmati nasi liwet Solo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun