Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peluh Petani di Musim Kemarau

26 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:02 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pompa air, tabung gas dan pipa panjang (dokpri)

Siang menyengat di tengah hamparan persawahan. Kami mengelilingi suatu sumber air. Terlihat rentangan pipa ke segala arah.

Bersyukur atas anugerah Illahi sumber air alami di tengah hamparan persawahan. Berterima kasih mendapat fasilitas penguatan bangunan air dan sarana distribusi. Pematang air mengular hingga ke ujung persawahan.

Sumber air dan pintu air (dokpri)
Sumber air dan pintu air (dokpri)

Mari lihat pintu air arah pukul 12 dekat pohon rindang. Lumrahnya air mengalir keluar dari sumber air melaluinya. Luapan air akan mengisi ruang penampungan dan didistribusikan ke areal penanaman melalui pematang air.

Tandon limpasan dan pendistribusian air (dokpri)
Tandon limpasan dan pendistribusian air (dokpri)

Terlihat kosong kan tandon tampung aliran irigasi alami? Penanda tiada aliran melampai dasar pintu air. Penyusutan isi oleh penurunan muka air di sumber alami.

Tanaman di lahan kami terkulai. Daun jagung tergulung. Rumpun padi mengalami kekeringan. Mengiringi kucuran peluh kami petani. Fenomena alam di luar kekuasaan pengingat keterbatasan.

Pompa air, tabung gas dan pipa panjang (dokpri)
Pompa air, tabung gas dan pipa panjang (dokpri)

Lahan kami perlu pengairan. Secara alami air tidak mampu menjangkau lahan kami. Air permukaan sumber turun di bawah ambang normal. Karunia akal budi membimbing kami.

Kami melakukan intervensi terhadap aliran alami dari sumber air. Air kami sedot dinaikkan dan dialirkan ke lahan. Berjajar mesin pompa air bekerja, saat itu mencapai 8 tersebar seputar keliling sumber air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun