Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lenjongan dan Es Dawet Telasih Pasar Gede Hardjonagoro Solo

2 Februari 2024   05:30 Diperbarui: 2 Februari 2024   05:31 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penikmat es dawet telasih (dokumen pribadi)

Tata penyajian lenjongan selalu memikat. Aneka warna cemerlang. Hijaunya klepon, merah muda si cenil, hitam manis ketan hitam. Lah dari bentuk geometrinya juga beragam ada membola kecil klepon, silinder lepet ketan, jajaran genjang kue lapis.

Belum lagi kisah penyertanya dalam ritual tradisi. Lenjongan ditata dalam tampah anyaman bambu dialasi daun pisang. Digunakan sebagai uba rampe penyerta tradisi kenduri acara suka pun duka.

Keberadaan lenjongan sama tuanya dengan sejarah Pasar Gede. Lahir dari budaya keragaman pangan lokal dengan citarasa tradisional. Tidak lekang oleh waktu, sensasi dan kenangannya diwariskan antar generasi.

Simbok penyuka cagar merunutnya. Nah lenjongan tertera dalam dokumen warisan budaya takbenda tingkat nasional. Diajukan pada tahun 2020 oleh Provinsi Jawa Tengah dengan no registrasi 2020009987. Domain kemahiran dan kerajinan tradisional. Belum mendapatkan data penetapannya.

Nah menikmati lenjongan bukan hanya memanjakan organ pencernaan dari pencecap hingga penyerapan gizi. Ada warna warisan budaya. Kinerja nyata kreativitas leluhur mengolah hasil bumi menjadi kudapan berseni. Sendi dasar kedaulatan pangan.

Es dawet telasih

Terpatri dalam memori, seorang genduk kecil mengikuti langkah ibunya di Pasar Gede. Mendapat kesempatan mencicip semangkok kecil es dawet telasih. Segar di tengah suasana panasnya pasar.

Memori yang secara berkala diperbaharui dengan berkunjung dan menyantapnya kembali. Tak peduli usia, memori selalu datang menghampiri. Nah untuk es dawet telasih tidak ada los khusus. Tersebar di banyak tempat mulai dari pintu masuk hingga ke tengah pasar.

Penikmat es dawet telasih (dokumen pribadi)
Penikmat es dawet telasih (dokumen pribadi)

Mengikuti langkah kaki mengamati hampir setiap tempat penjual dipadati pembeli. Sebagian duduk mengitari penjual yang lain pesan bungkus. Simbok menelusuri antar penjual. Berpretensi soal rasa dan harga akan tidak berbeda jauh. Berharap ada standarisasi, pembeda menjadi pencirinya.

Nah ini dia kios tempat melabuhkan kenangan mengikuti ibu ke Pasar Gede. Kios dawet ibu Dermi. Ooh pembeli berderet antri. Ada 2 jalur bagi yang minum di tempat disediakan dingklik panjang muat 3 orang dan 2 kursi plastik tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun