Cagar Budaya Klenteng Sam Poo Kong adalah sekolah harmoni. Terajut akulturasi budaya, tersemai toleransi religi. Juga harmoni hijau flora dan merahnya nuansa klenteng. Mari manjakan mata hati.
The highest Zheng He (Cheng Ho) statue in the world. The oldest Chinese Temple in Semarang. Cagar budaya Gedung Batu dengan No. Regnas CB.1390. Penetapan No SK: 646/50/1992. Bagi simbok kebun Sam Poo Kong adalah sekolah harmoni.
Berkunjung berkali tiada jemu. Ajakan komunitas Kompasianer Jawa Tengah Semarkutiga berkolaborasi dengan Kotekasiana disambut gembira. Sam Poo Kong menjadi wahana kebersamaan.
Menuliskan aspek sejarah, budaya, religi..... Biar menjadi bagian para sahabat. Simbok kebun pernah menyajikannya dalam Melongok Kemajemukan di Cagar Budaya Sam Poo Kong Semarang. Kali ini disuguhkan flora hijau penyejuk Sam Poo Kong.
Harmoni merah hijau mulai terasa dari depan. Indahnya penanda gerbang naga berbingkai Kamboja merah muda dari genus Plumeria berasal dari Amerika Tengah. Berpadu dengan pohon Biola cantik (Ficus lyrate) asli Afrika Barat.
Mari kita masuki area klenteng dari loket masuk. Pengunjung akan disambut dengan area teduh. Jajaran pohon Angsana berseling dengan Jati. Angsana alias sonokembang (Pterocarpus indicus) ada masanya mengguyurkan bunga mungil kuning keemasan.
Pandang mata meluas dari megahnya arena panggung utama. Gagahnya patung perunggu Cheng Ho pun artistiknya gerbang Selatan. Simpan sejenak untuk deretan klenteng area sembahyang di sisi Barat.
Silau panasnya areal tengah terbuka diimbangi oleh keteduhan dan kehijauan sekitarnya. Area kuliner pun pelayanan berada di sisi ini.
Sulur menjuntai dari rimbunnya pohon Beringin (Ficus benjamina) tidak hanya berada di sudut area tengah. Tampil anggun di pintu masuk area sembahyang. Beringin dengan nilai tradisi yang kuat di daerah Jawa, melengkapi kamboja yang dipuja masyarakat Bali.
Jajaran tanaman hias perdu pucuk merah (Syzygium myrtifolium) melatar di depan Klenteng Juru Mudi. Tunas muda daun berwarna merah yang akan menghijau seturut waktu. Pemangkasan teratur menghasilkan kanopi tumbuhan yang cantik selaras dengan lingkungan sekitar.
Mari dengarkan penjelasan awal mbak Muna pemandu wisata tentang area sembahyang. Diawali dengan Klenteng Dewa Bumi. Nyaman menikmati di keteduhan pohon Jati (Tectona grandis). Pucuk dahan jati melengkung menaungi merahnya atap klenteng.
Harmoni warna yang lengkap. Hijau jati bersanding merah klenteng. Bersama menikmati biru langit dan awan putih.
Melipir sejenak saat menikmati Klenteng Dewa Bumi. Teringat kunjungan sebelumnya melihat rambusa sejenis markisa liar yang tampil hampir meranggas. Bersyukur kini menjumpainya dalam posisi sangat rimbun.
Rambusa sebutan bagi markisa mini atau ermot (Passiflora foetida). Tampilan buahnya artistik ketika masak tertutup oleh semacam rajutan kepompong perbesaran kelopak bunga. Sebutan nama daerah ceplukan blungsun, senthiet (Jw.), permot, rajutan, kaceprek atau ki leuleu'eur (Sd.).
Sebelas peserta terdiri dari 1 mas dan 10 mbak beriringin mengarah ke Klenteng Juru Mudi. Olala simbok kebun tergoda dengan tampilan meliuk eksotik batang rantai. Kunjungan awal tahun melihat pangkalnya di dekat Klenteng kyai Jangkar. Merambat berpuluh meter hingga Klenteng Juru Mudi.
Menurut cerita tutur batangnya dengan tampilan mirip rantai temali semacam dadung pengikat kapal Cheng Ho. Penasaran belum menemukan nama ilmiah. Berbekal aplikasi glens semacam liana tanaman merambat ditemui di salah satu hutan kampus di India.
Mencermati klenteng Juru Mudi dari areal tengah terlihat hal unik. Seolah dipayungi oleh pohon raksasa menjulang hijau. Semakin terperangah saat melihat pangkal pohon besar berada di samping makam Juru Mudi (tanda panah hijau pada foto). Dibiarkan tumbuh ke atas menembus tingkap klenteng.
Klenteng pemujaan utama, klenteng Sam Poo Kong mudah ditandai dengan bangunan arsitektur paling megah. Merah meruah lampion dan jajaran lilin. Terdapat sumber air di bawah klenteng yang tak pernah mengering meski musim berganti.
Mata simbok kebun menerawang ke sisi Timur. Terlihat jajaran pohon jati dan pohon Trembesi (Samanea saman). Sering disebut sebagai Ki Hujan. Pohon besar dengan tajuk menyerupai payung mahkota raksasa.
Uniknya, pohon raksasa ini berdaun menyirip ukuran mini. Bunganya juga cantik berwarna pink berada di ujung. Bulan Agustus ini lagi sarat meruahnya bunga. Gagah pohonnya bunganya mungil pink romantik. Aha generasi kami tak akan melupakan godril, goreng sangan biji trembesi.
Nah di antara Klenteng Kyai Jangkar dan Kyai Tumpeng terdapat flora unik. Di sinilah pangkal tumbuhan rantai yang batangnya melilit menjalar jauh. Dibuatkan penyangga dari besi penopang kumpulan rantai temali alami ini.
Olala terlihat dompolan buah pating gelantung dari tumbuhan menjalar. Mohon informasi dari Mas Anandita, general manager Sam Poo Kong yang dengan kebaikannya membersamai rombongan. Menggunakan bantuan glens dan memaksimalkan info sekitar.
Inilah si anggur hutan liar. Daunnya sangat beda dengan anggur yang berdaun bergerigi. Ukuran buah sangat mungil membulat. Warna dari hijau ke arah kekuningan. Menurut pustaka masaknya berwarna ungu kehitaman.
Untuk sementara mendapatkan informasi dari sini nama ilmiah anggur hutan (Ampelocissus martini). Merupakan salah satu buah liar yang sering ditemukan di hutan. Kaya antioksidan dan bermanfaat bagi kesehatan. Kalau mendapatkan info lain akan ditambahkan.
Nah kan, dolan ke Sam Poo Kong bukan hanya mendapat pencerahan sejarah, budaya, dan religi. Bisa juga menjadi sekolah alam botani. Apalagi kalau dilengkapi papan nama tumbuhan.
Pamungkas
Harmoni hijau flora dan merahnya Sam Poo Kong. Menuntaskan harmoni budaya, religi, filosofi pun ekologi. Mari menjadi bagian dari komponen harmoni.
Catatan: Terima kasih untuk kebersamaan ini ya Mbak Gana, mbak Wahyu, mbak Bekti, mbak Lia, mbak Yanti, mbak Dani, mbak Selsa, mbak Tirta, mbak Anna, dan Mas Wang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI