Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nostalgia Dekon alias Sarangan, Pembungkus Alami dan Food Loss

1 Juli 2023   21:02 Diperbarui: 6 Juli 2023   19:30 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dekon alias Sarangan Wadah Daging dan Food Loss (Dokumentasi pribadi)

Wadah hantaran makanan mengalami transformasi mengikuti perkembangan zaman. Kini aneka wadah cantik menjadi pemanis hantaran. Sejenak nostalgia dengan dekon alias sarangan berupa anyaman daun kelapa sebagai wadah daging kurban.

Nostalgia sarangan daun kelapa kenduri

Liburan sejenak di wilayah Bantul, DIY pada masa cuti bersama Iduladha menghadirkan sejumlah kisah. Menerima daging kurban dalam wadah unik. Masyarakat DIY melakukan gerakan pengurangan kantong plastik. Mengulik pemberitaan, namanya dekon ada yang menulis dhekon alias sarangan daun kelapa.

Ingatan melayang pada masa kecil. Kami bergembira menyambut Bapak usai menghadiri kenduri. Mata menatap bontotan anyaman daun kelapa warna hijau.

Bapak atau Ibu membuka simpul teratas berupa tali siratan daun kelapa atau bambu. Terbukalah empat sudut ikatan yang berasal dari 2 kumpulan daun kelapa yang dianyam menyilang. Kini terlihat semacam mangkuk atau baskom nabati dengan aneka isi sajian kenduri tertutup daun pisang.

Selaku penanggung jawab distribusi isi, Ibu mengambil daun pisang penutup sebagai alas makan kami. Diisi dengan bawaan kenduri yang dialasi daun jati diatas anyaman daun kelapa. Usai makan semua bekas wadah kami buang ke pawuhan atau jugangan lubang sampah di kebun. Siap berproses menjadi kompos.

Pembungkus alami ramah lingkungan dan food loss

Kembali kepada hantaran daging kurban. Wujud bungkus menghidupkan kembali nostalgia masa kecil. Pengantar dengan mudah menenteng beberapa ikat sarangan.

Tidak khawatir isi daging tumpah? Tidaklah. Anyaman daun kelapa hijau rapat. Runutan bacaan menyebut terdiri dari 10 atau 12 helai daun kelapa. Dibagi 2 menjadi 5-6 per bagian lalu dianyam di bagian tengah.

Empat sudutnya masing-masing diikat dan dibentuk menjadi semacam mangkuk. Kemudian dialasi daun jati baru diisikan daging sesuai pembagian. Barulah keempat sudut poncot ini diikat dengan kuat. Keempat sudut sering dimaknai sebagai keutuhan empat penjuru mata angin.

Kombinasi daun kelapa dan daun jati pembungkus alami (Dokumentasi pribadi)
Kombinasi daun kelapa dan daun jati pembungkus alami (Dokumentasi pribadi)

Alas daun jati menjadi pembungkus langsung dari daging. Daun jati sebagai pengawet alami. Hasil telaah dari FTP UGM dan Tim Riset Pangan UNEJ mendukungnya dengan data telaah sifat kimia fisika daun jati.

Sifat antibakteri menghambat laju kerusakan daging oleh mikroba. Beberapa metabolit sekunder yang dilepas perlahan dari daun jati mempertahankan kesegaran daging. Bulu halus daun jati menjaga kelembaban daging.

Sejarah mencatat leluhur menggunakan daun jati sebagai pembungkus dan pengawet alami. Secara empirik menjaga kualitas pangan yang dibungkus, mengurangi food loss. Alam menyediakan kebutuhan manusia. Tentunya bukan bermakna menolak teknologi kemajuan.

Amatan sekilas di sekitar kami, beberapa ikatan besar daun jati terlihat di beberapa mushola tempat pembagian daging kurban. Pemberitaan ajakan penggunaan daun jati sebagai pembungkus yang sehat dan halal disambut oleh warga.

Bagaimana dengan dekon/dhekon/sarangan anyaman daun kelapa. Nah nampaknya berperan ganda sebagai pembungkus sekaligus pembawa layaknya tas jinjing.

Keamanan daun kelapa sebagai pembungkus makanan secara empirik turun temurun dilakukan. Sebut saja ketupat yang dibungkus janur daun kelapa muda. Penganan tradisional clorot yang unik dinikmati dengan cara menclorotkan isi atau membuka terompet bungkus daun kelapa.

Mencoba menelusuri karakteristik daun kelapa umur sedang (daun hijau) sementara menemukan janur atau daun muda segar. Ini hasil penelitian dari Edlina Putri Sukma Dewi, dari Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, UGM.

Bertajuk, Karakteristik Fisik dan Kimia Daun Kelapa (Cocos nucifera L.) Muda Segar dan Kukus Serta Potensi Ekstraknya Sebagai Bahan Pengemas Aktif. Hasil penelitian menunjukkan, janur segar memiliki warna kuning kehijauan, ketebalan 0,30 +/- 0,02 mm, tensile strength 19,19 +/- 0,83 MPa, kuat sobek 1.61 +/- 0,03 N/mm, kadar air 73,46 +/- 0,25%, lemak 6,02 +/- 0,17%.

Kembali kepada dekon atau sarangan yang terbuat dari anyaman daun kelapa hijau yang lebih tua dari janur. Kiranya memiliki karakteristik senada dengan nilai yang berbeda. Memiliki kekuatan sebagai pembungkus sekaligus penjinjing. Secara kimia memiliki senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan yang bermanfaat.

Kombinasi dekon beralaskan daun jati bagian dari penggunaan kemasan ramah lingkungan. Seraya menekan laju penurunan kerusakan pangan atau mutu daging. 

Pendekatan pengelolaan food loss secara tradisional yang diwariskan sebagai kearifan lokal. Tindakan nyata pengurangan kantong plastik.

Wasanakata

Gerakan penggunaan dekon atau sarangan dari anyaman daun kelapa sebagai wadah daging kurban adalah wujud kepedulian warga atas food loss. Memadukan kesehatan dan kelestarian alam. Pendekatan ekologis pemanfaatan materi lokal sebagai wadah dan kemasan ramah lingkungan.

Catatan: selalu diperkaya saat menyajikan artikel melalui komen para sahabat. Analagi eco bag pada eranya, kemiripan dengan 'panjang ilang'. Juga penggunaan wadah hantaran pada ritual suku Tengger yang menggunakan bahan lokal. Sungguh terima kasih para K'ner atas diskusinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun