Apa uniknya jalan atau saluran air melayang di atas jalan transportasi. Bukankah sudah jamak jalan layang tingkat sekian di kota besar? Mari menengok ke masa silam, bangunan kanal air ini dibangun tahun 1909. Teknologi lebih dari seabad lalu.
Pada beberapa tempat terdapat tangga dari jalan menuju ke saluran air. Melongok tepat di bibir saluran memandang bentang alam. Wow saluran meliuk dari hulu yang dibingkai pasangan Aki Merapi dan ibu Merbabu.
Menatap ke arah hilir, saluran meliuk mengikuti topografi. Serasa hampir sejajar dengan atap rumah penduduk. Perhitungan dan penataan debit air yang presisi. Agar air tidak melimpah dari badan selokan.
Bangunan Buk Renteng kini tampil bersih. Merunut dari jejak digital ada masanya bangunan buk tembok rendah ini penuh dengan tulisan. Pengunjung seolah berlomba menorehkan penanda. Kerjasama dengan komunitas atau berbasis masyarakat dalam pemeliharaan bangunan bersejarah.
Mendengar suara gemericik air mengalir. Menikmati bentang alam kawasan persawahan. Paduan hijau rumpun padi berseling mulsa penutup guludan tanaman sayuran. Berlatar gunung biru menjulang berpayung awan. Wow nikmat luar biasa, penyegaran tanpa biaya tambahan.
Kejelian menangkap peluang berlaku. Kehadiran sejumlah pengunjung meningkat di hari dan masa liburan. Sosok joglo Buk Renteng terlihat dari ruas lain kanal air.
Penikmat saluran air berhenti di beberapa ruas. Bermula dari ruas kanal di bawah badan jalan. Spot terkenal ruas kanal melintang di atas sungai dan jalan. Lanjut pada ruas kanal bersisian dan sedikit nangkring di atas badan jalan.
Perhentian ke empat, simbok kebun menyimpang dari ruas jalan besar. Menyusur sakuran kanal sedikit ke arah hulu. Selokan air menjadi pemisah atau penghubung ya antara pemukiman dengan persawahan.