Sahabat pembaca Kompasiana, pernahkah keserimpet? Rekan penulis Kompasiana, mana yang lebih dahulu dilakukan antara membuat artikel dan pemilihan kategori? Lah, apa tumon keserimpet kategori di Kompasiana. Ini ceritanya.
Apa tumon adalah rubrik humor pada majalah Panjebar Semangat. Majalah berbahasa daerah Jawa. Memuat cerita semi konyol yang sangat disukai pembaca. Hayo pembaca yang senyum bagian dari penikmat rubrik ini.
Keserimpet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah terjerat (terbelit) kakinya. Penjerat atau pembelitnya umumnya tali atau semacamnya. Terjadi pada saat seseorang melangkah, berjalan ataupun berlari. Biasanya ukuran tali tidak sangat besar.
Penyebabnya aneka macam. Bisa saja karena wujud tali perintang tidak terlalu jelas. Bisa jadi kita kurang memperhatikan atau tidak mengenali tali atau pembatas. Ada saatnya kita terlena karena fokus tidak penuh.
Bagaimana hasil kita keserimpet? Mulai dari sedikit kaget sesaat kehilangan keseimbangan lalu kembali stabil. Bisa juga menghasilkan rasa sedikit malu atau malah trauma. Lah keserimpet di depan doi yang ditaksir.
Ada juga gaya keserimpet cantik. Sudah keserimpet, oleng hampir jatuh. Eh lingkungan sekitar membuatnya bahan tertawaan. Tidak mau jatuh mental. Kembali melenggang dengan anggun, nah kan keserimpet cantik.
Siapapun dapat keserimpet. Balita yang sedang berlatih berjalan. Hingga pejalan bahkan pelari tangguh jagoan. Mari kita lihat keserimpet sebagai bagian proses. Begitupun menulis di Kompasiana.
Kategori tulisan yang disediakan oleh Kompasiana beragam. Mulai dari fiksiana, halo lokal, humaniora hingga vox pop. Mewadahi aneka selera penulis yang berkiprah.
Pengelola Kompasiana melalui kategori memfasilitasi sistem klasifikasi sajian tulisan. Setiap kategori menjadi satu kesatuan yang terstruktur. Mempermudah penulis pun pembacanya.
Terasa bahwa kategori menjadi semacam rambu pengarah. Bisa jadi semacam tali pengikat kesatuan artikel. Tersusun dalam kategori yang apik.
Nah sekarang mulai terlihat benang merahnya. Antara pejalan atau penulis di Kompasiana. Tali rambu kategori dan peluang keserimpet.
Saat kita klik mulai menulis di bagian kanan atas halaman Kompasiana, kita dituntun ke dashboard akun kita. Terlihat penanda tulis artikel. Urut dari atas dimulai kategori, judul lalu bidang untuk menulis.
Beberapa sahabat memiliki kebiasaan menulis langsung tanpa draf. Lah drafnya sudah siap sedia di ingatan tinggal goyang jemari. Kalau simbok kebun masih suka berkutat buat draf di file word baru ditempel salin.
Kembali pada urutan antara kategori dan menulis. Beberapa kategori sangat khas dan memandu penulisnya. Semisal fiksiana tidak akan diisi reportase kan ya.
Lah simbok seringnya asal nulis dulu. Baru saat memasukkan jadi setengah riweuh menetapkan kategorinya. Eits, jangan ditiru loh ya.
Semisal menurut kita ini artikel travel story sub trip. Weleh isinya condong ke budaya. Nah kan ada tali alias rambu kategori. Tapi kita malahan bingung keserimpet. Tidak jarang artikel simbok keserimpet njungkel salah kategori.
Mbak dan Mas admin yang menggawangi bergegas meletakkannya sesuai koridor kategori. Terbayang kan ya setiap harinya beliau pada mantengi memantau aliran artikel yang menderas diunggah. Sambil senyum sesekali ya mungkin agak gemes beliau meluruskan kembali artikel yang keserimpet kategori.
Sahabat pembaca Kompasiana, kalau artikel ini seyogyanya masuk kategori apa ya? Apa Tumon? Keserimpet kategori di Kompasiana. Salam senyum, awas keserimpet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H